Energi, Renewable Sources

Mengolah Ampas Tebu Menjadi Pembangkit Listrik, Gunakan Teknologi Berbasis Bio

ShareBagaimana cara mengolah ampas tebu menjadi pembangkit listrik? Turunan produk diaplikasikan untuk  kebutuhan olahraga, otomotif, medis, dan menjadikan ampas tebu atau biomassa...

Written by Erwin Prasetyo · 2 min read >
mengolah ampas tebu

Bagaimana cara mengolah ampas tebu menjadi pembangkit listrik? Turunan produk diaplikasikan untuk  kebutuhan olahraga, otomotif, medis, dan menjadikan ampas tebu atau biomassa lignoselulosa menjadi pembangkit listrik—sebagai energi terbarukan.

mengolah ampas tebu
Butiran polylactide amorf dan kristal (kiri) dan kanan serat dan tekstil polylactide. mengolah ampas tebu menjadi pembangkit listrik, gunakan teknologi berbasis bio (Foto/©: Fraunhofer TIK)

Indonesia sungguh kaya atas sumber energi terbarukan asalkan tahu cara mengolah ampas tebu menjadi pembangkit listrik dengan menggunakan teknologi berbasis bio.

Berbagai kemungkinan untuk membuat bahan serat komposit yang klasik—seperti ampas tebu atau biomassa lignoselulosa menjadi produk populer sesuai kebutuhan industri terkini meski biaya proses pembuatannya relatif mahal—apa lagi limbahnya harus diolah menjadi pembangkit listrik.

Mengolah Ampas Tebu

Biaya mahal umumnya dihindari oleh produsen bahan komposit self-reinforced pada turunan  seperti polyactide (PLA). Untuk itu, tim peneliti dari Institut Fraunhofer khususnya divisi  ICT Teknologi Kimia mengembangkan teknologi melalui proyek Bio4self.

Pembuatan bahan berbasis teknologi bio agar mudah didaur ulang dengan biaya produksi lebih murah dan produk akhir digunakan untuk menunjang aplikasi olahraga, otomotif, medis, dan ampas tebu berpotensi menjadi pembangkit listrik.

Bahan polyactide atau PLA merupakan bio-poliester termoplastik yang didasarkan pada asam laktat, sumber daya terbarukan yang berasal dari limbah pertanian seperti limbah atau ampas tebu yang merukan hasil budi daya—di Indonesia dihasilkan perkebunan tebu.

“Di proyek ini, kami mencapai keunggulan PLA ke tingkat aplikasi yang lebih tinggi. Kami  menggabungkan dua jenis PLA ke dalam bahan komposit PLA yang diperkuat,” tutur  Kevin Moser, Manajer Proyek  Bio4self dari Fraunhofer ICT.

Keuntungan PLA dan material komposit digabungkan menjadi material komposit PLA yang baru dan hasil pengembangan memiliki kekuatan dan kekakuan mekanik yang tinggi dengan ketahanan hidrolisis yang baik.

Mengolah Ampas Tebu

Seperti PLA yang murni, bahan sepenuhnya berbasis teknologi bio, mudah didaur ulang, dapat dibentuk, dan dapat terurai secara industri.

Ongkos produksi berkurang jauh, konsumsi energi produksi PLA pun hanya sekitar 50 persen  dibandingkan dengan produksi plastik berbasis minyak bumi seperti polipropilen atau polikarbonat.

Proyek Bio4self bukan hanya pencapaian penghematan energi namun kemajuan dari aspek keberlanjutan semakin penting seperti penciptaan turunan-turunan baru yang bernilai ekonomi.

Setara CO2 per kilogram bahan yang digunakan dalam PLA hanya 50 persen dari jumlah produk berbasis fosil seperti polipropilen dan poliester.

Mengolah Ampas Tebu

Sementara komposit PLA sangat mudah didaur ulang karena bahan terdiri dari satu jenis bahan dan serat tidak harus dipisahkan dari matriks. Dengan demikian proses pembuatan daur ulang komposit serat konvensional yang tentu jauh lebih sulit mengerjakannya.

“Bahan-bahan komposit ini dapat diproduksi pada skala industri dan merupakan tonggak baru dalam pengembangan fungsional, mekanis, kekuatan tinggi, sistem bahan berbasis bio,” urai Kevin Moser.

Dengan memberikan kontribusi yang signifikan pada ekonomi sirkular maka bahan ini merupakan alternatif sebagai  bahan komposit yang dapat dilebur. Kemudian bahan diproses dengan sistem produksi untuk membuat produk baru dengan menggunakan aplikasi sesuai teknis.

Selama produksi, dua jenis PLA yang berbeda dengan suhu yang menimbulkan tingkat leleh yang berbeda dan digabungkan untuk membentuk komposit PLA yang diperkuat.

Semakin tinggi tingkat leleh PLA yang tercapai—sebagai serat penguat dalam matriks leleh yang lebih rendah. Kekakuan material yang dihasilkan dapat bersaing dengan material komposit polipropilena mandiri tersedia secara komersial.

Produksi prototipe pertama direncanakan diluncurkan pada tahun 2019. Para mitra kerja sama  Fraunhofer TIK adalah tim peneliti dari Universitas Teknis Denmark, lembaga penelitian tekstil Belgia CENTEXBEL, dan perusahaan Comfil (dari Denmark)  yang menyelesaikan proyek Bio4self.

Mengolah Ampas Tebu

Sementara itu, Indonesia cukup potensial ampas tebu atau biomassa lignoselulosa yang berasal dari 15 perusahaan, dan memiliki 62 pabrik gula. Luas perkebunan gula mencapai 375.000 hektar di Indonesia. Satu ton ampas gula mampu menghasilkan hingga 240 kilowatt listrik per jam.

Menurut Repulika.com, PT PNX telah melakukan program  conegeneration yakni uji coba penggunaan ampas tebu sebagai pembangkit listrik dan sebagian hasilnya digunakan di perusahaan yang berlokasi di Kediri, Jawa Timur.

Oleh sebab itu, mari menggunakan teknologi berbasis bio mengolah ampas tebu menjadi pembangkit listrik di Indonesia.  Booming Indonesian Business

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *