Inspiration, MICE

Warisan Harta Leluhur dan Budaya Wajib bagi Anak Cucu, Kenapa Repot?

ShareKita mewarisi harta leluhur dan budaya juga kepada anak cucu dengan teknologi digital dan 3D agar tidak repot. Eksplorasi masa silam yang...

Written by Rayendra L. Toruan · 2 min read >
Warisan Harta Leluhur dan Budaya

Kita mewarisi harta leluhur dan budaya juga kepada anak cucu dengan teknologi digital dan 3D agar tidak repot. Eksplorasi masa silam yang sarat nilai merupakan pijakan kuat menatap masa depan.  

Warisan Harta Leluhur dan Budaya
Gambar berupa patung (kiri) dengan The CultArm3D-P merupakan solusi yang fleksibel untuk menghasilkan pindaian (scan) harta dan kebudayaan leluhur yang sarat nilai. Warisan harta leluhur dan budaya bagi anak cucu (Foto© Fraunhofer IGD)

Beragam harta peninggalan leluhur namun para pewaris kadang kurang memahami cara menyimpan dan merawatnya. Akibatnya, harta warisan yang nilainya semakin tinggi jika makin tua, terbengkalai, punah, dan sekadar pajangan saja.

Kepedulian terhadap harta leluhur—termasuk benda-benda kuno dan kebudayaan—bukan sekadar menyimpan dan memajangnya. Kita harus tahu merawatnya. Warisan bukan hanya tanah atau emas.

Contohnya, para kolektor benda-benda bersejarah justru tahu nilai sangat tinggi sehingga jarang dijual. Selain melestarikan warisan budaya, kita  dapat menggunakan teknologi digital agar anak cucu kita mudah mengakses benda-benda bersejarah itu.

Bahkan harta leluhur yang tadinya pribadi berpeluang dijual ke publik tanpa melepaskan kepemilikan benda itu dari pewaris. Artinya, kita hanya menduniamayakan dengan teknologi pemindaian (scan) dalam 3D yang hasilnya sangat akurat.

Penggunaan teknologi untuk menjaga warisan budaya para leluhur merupakan kewajiban bagi kita untuk masa depan—seperti dilakukan di Eropa dengan tajuk European Year of Cultural Heritage.

Penerapan teknologi digital untuk menyimpan harta para leluhur itu digaungkan pada pameran buku di Frankfurt, Jerman beberapa waktu lalu. Kekayaan intelektual dijaga dan dikembangkan dengan menglinkannya melalui jaringan industri dan budaya.

Pemrakarsa penggunaan teknologi digital adalah Institut Fraunhofer yang menangani Penelitian Grafik Komputer IGD—memiliki pakar digital khusus aset budaya atau harta para leluhur.

Teknologi digital kembar digital telah diterapkan dalam aplikasi sektor industri. Tim peneliti berpikir, bahwa membuat replika digital atas semua aset budaya merupakan keharusan untuk mewujudkan hasilnya.

Karya seni yang signifikan terancam punah dipengaruhi lingkungan dan bencana  dapat diamankan dalam kondisi terakhir dengan menggunakan digital yang disebut pelestarian 3D—sekaligus membuka pintu bagi peneliti di seluruh dunia.

Para peneliti berpeluang mengeksplorasi nilai-nilai sejarah yang demikian sarat tersembunyi pada benda-benda kuno itu.

Tim peneliti mengakui, hanya sebagian kecil dari koleksi benda-benda budaya dan sejarah yang dapat diteliti laboratorium museum. Digitalisasi yang komprehensif dapat membuat artefak yang sebelumnya tidak dipublikasikan dan kemudian  diakses oleh publik melalui katalog online.

Model 3D juga memberikan data berharga dan membuat pola kerusakan yang tampak lebih rinci untuk restorasi. Ini memerlukan rekaman realistis semua properti seperti geometri, tekstur, dan sifat material fisik-optik.

Pusat Kompetensi Warisan Budaya Digitalisasi di Fraunhofer IGD di Darmstadt menghadirkan teknologi pemindaian 3D yang baru dikembangkan oleh robot  CultArm3D-P di TheArts +.

Lengan robot secara otomatis memindai geometri dan tekstur objek yang sebelumnya tidak diketahui hingga ukuran 50 cm.

Ini dilakukan atas dasar fotogrametri, yaitu menggunakan metode yang menentukan dimensi dan jarak objek berdasarkan rekaman gambar.

Hasil 3D adalah resolusi tinggi dan umumnya tidak memerlukan post-processing. Algoritma cerdas menggunakan pemindaian pertama untuk menentukan hal lain yang dibutuhkan selanjutnya.

Ini memungkinkan lengan pindai untuk secara mandiri merencanakan tampilan yang diperlukan dan menangkap objek apa pun dengan jumlah pindaian optimal tanpa pemindai harus memiliki model CAD.

Waktu pemindaian berkurang secara signifikan hanya 15 menit. Fitur unik ini menjadikan CultArm3D-P solusi optimal dan fleksibel untuk mendigitalkan objek apa pun dalam 3D.

Pemindai robot lengan mengambil alih 3D perolehan bumi bersejarah dan bola-bola langit dari arsip Universitas Friedrich Schiller Jena dan Perpustakaan Anna Amalia.

Melalui digitalisasi yang cepat dan mendetail, bola-bola yang kadang berusia 800 tahun dapat diakses oleh para penggemar.

Kita dapat melihat manfaat penggunaan teknologi pemindaian baru dan mempelajarinya lebih lanjut tentang latar belakang teknologi dan bidang aplikasi potensial buatan para ahli.

Kepala Fraunhofer IGD, Prof. Dieter Fellner menguraikan bagaimana teknologi baru mengubah peran budaya yang merupakan wairsan para leluhur bagi kita dan anak cucu sebagai pewaris masa depan.

Kelompok pemindaian berbasis fotogrametri  mengembangkan lebih lanjut berdasarkan inkubator digitalisasi CultLab3D—sebuah pengembangan dari tim Pedro Santos.

Semua pemangku kepentingan menekankan perlunya digitasi di berbagai acara kebudayaan nasional dan dunia. Diakui, bahwa implementasi di lapanan sulit dipraktikkan di lapangan.

Namun, kita tidak boleh menyerah. Lembaga kebudaya memiliki sedikit pengalaman atau kuatir berhubungan dengan teknologi baru seperti pemindaian 3D.

Oleh karena itu, diperlukan akuisisi dan pelatihan program baru serta penyediaan kapasitas penyimpanan yang diperlukan.

Program penelitian nasional untuk warisan budaya mutlak kita perlukan. Pengembangan teknologi baru dengan standar gambar tinggi dan penelitian mendalam perlu kita tingkatkan secara nasional dan dunia.

Kita membutuhkan infrastruktur digital khusus untuk merawat warisan harta leluhur dan budaya bagi anak cucu pada masa-masa selanjutnya.

Kita sebaiknya sadar betul, harta leluhur bukan hanya bidangan tanah atau di zaman milenial, warisan itu berupa saham dan uang yang tersimpan di rekening di negara-negara lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *