Dunia semakin disesaki sampah plastik yang mencemari lingkungan. Hasil pergulatan seorang wanita, Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab sebaiknya diterapkan di Indonesia. Lakukan revolusi pengemasan berbahan plastik bukan fosil agar ekosistem lebih nyaman.
Lingkungan kita semakin penuh sampah plastik. Sungai dan lautan tak luput dari serangan sampah plastik. Indonesia pun sering mendapat kiriman sampah plastik dari negara-negara lain.
Dunia menghasilkan lebih dari 8 miliar ton plastik tiap tahun. Sekitar 80 juta ton digunakan sebagai pembuat kemasan plastik dan hanya 40 juta ton yang mampu didaur ulang.
Mengurangi Sampah Plastik
Sisa berupa sampah plasatik dibakar dan yang tersisa dibuang begitu saja yang tentu saja mencemari hutan, sungai, padang rumput, danau, dan laut dengan dampak negatif yang luar biasa. Sampah plastik berimplikasi negatif terhadap ekosistem. Bagaimana mengatasinya?
Kita harus melakukan revolusi pembuatan kemasan plastik, ungkap Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab seorang wanita peneliti andalan Institut Fraunhofer khusus untuk Penelitian Silikat ISC yang berlokasi di Würzburg, Jerman.
Penemu bahan baru yang dinamai bioORMOCER® hasil pengembangan pernis penghalang atau penghambat biodegradable dan kompos. Atas penemuannya itu, Sabine Amberg-Schwab menerima hadiah Inovasi Plastik Baru—merupakan awal revolusi pengemasan.
Mengurangi Sampah Plastik
Masalah limbah pengemasan di seluruh dunia telah menyita perhatian Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab dan timnya sejak lama. Ia memberikan kontribusi yang berharga melalui penelitian agar dunia dapat mengurangi sampah plastik.
“Saya tidak berbicara tentang revolusi pengemasan. Dengan pengalaman puluhan tahun dalam pengembangan lapisan penghalang pada film pengemasan ORMOCER®, merupakan langkah nyata untuk mengeksplorasi lapisan untuk film yang berbasis bio dan dapat terurai secara hayati,” tutur Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab.
Apakah bioORMOCER® dapat menghilangkan kelemahan bioplastik yang secara praktis meningkatkannya? tanya Andrea Schwendemann yang mewawancarai Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab.
Menurut Sabine Amberg-Schwab, bahan-bahan pengemas dapat terbiodegradasi dan kompos yang terbuat dari selulosa serta asam polilaktat atau campuran pati mudah ditemukan di pasaran.
Akan tetapi, biopolimer ini hanya dapat digunakan secara kondisional karena bahan ini tidak mampu menyediakan bahan atau materi pendukung yang cukup untuk perlindungan terhadap uap air dan oksigen.
Artinya, bahan-bahan ini terlalu permeabel terhadap uap air, oksigen, karbon dioksida, dan perasa.
Sampah Plastik
Oleh karena itu, umur simpan minimum yang diperlukan untuk bahan pendukung ini tidak dapat dijamin dengan biopolimer. Tim Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab meningkatkan bioplastik dengan cat berbasis bio dan biodegradable khusus untuk meningkatkan sifatnya.
Perlindungan yang memadai terhadap uap air, akses gas dan transfer zat asing yang tidak diinginkan tercapai pada konten kemasan. Tim peneliti membuat film polimer kompos kompetitif dan memberikan bahan penetrasi pasar yang luas.
Sampah Plastik
Selanjutnya, tim Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab mengembangkan pelapis kompos pertama yang dilengkapi foil berupa bahan film yang telah memenuhi semua sifat yang diinginkan seperti uap air dan penghalang oksigen.
Setelah digunakan, film dilapisi yang sepenuhnya terurai dalam kondisi kompos. Apakah kemasan yang dilapisi bioORMOCER® aman untuk keripik, keju, dan makanan lain?
Tim Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab Pertama menghadapi tantangan besar di sektor pengemasan. Kemasan plastik konvensional berbahan bakar fosil sangat murah dan kemudian dikembangkan dengan baik dan dioptimalkan. Materi baru penemuan itu cukup bersaing.
Sampah Plastik
Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab optimis atas hasil pengembangan dengan sistem bahan dasar. Pihaknya pun mencari perusahaan yang dapat mewujudkan hasil penemuan timnya.
Ketika mengikuti lomba Circular Materials Challenge, tim Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab memenangkan Inovasi Plastik Baru. Selanjutnya, beberapa perusahaan tertarik atas hasil pengembangan bahan kemasan yang berkelanjutan—temuan tim Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab.
Apa dampak hasil penemuan tim Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab terhadap lingkungan? Wanita cerdas ini mengaku membantu lingkungan dengan dua cara. Oleh karena timnya bergantung pada senyawa awal berbasis bio.
Tim peneliti menggunakan sisa makanan atau produk sampingan makanan—melindungi sumber daya dunia. Bahan bioORMOCER® e biodegradable dan kompos, berbeda dengan bahan plastik yang bahannya berasal dari fosil dan tidak terdegradasi di alam atau prosesnya butuh ratusan tahun.
Sampah Plastik
Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab mengimbau agar orang menghindari penggunaan kemasan sesering mungkin. Akan tetapi, imbauan itu tidak akan berhasil di berbagai tempat termasuk di Indonesia.
Oleh sebab itu, tandas Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab, pihaknya membutuhkan pilar yang berbeda untuk melakukan revolusi pengemasan asli.
“Kembangkan kemasan yang kompos. Simpan kemasan dalam sirkulasi, mudah mendaur ulang, dan hindari penggunaan kemasan berbahan fosil,” Dr. Ing.Sabine Amberg-Schwab menggaris bawahi.
Mari mengurangi sampah plastik dengan melakukan revolusi kemasan yang berkelanjutan dan saatnya menggunakan bahan baru sebagai kemasan yang mudah didaur ulang dan terurai.