Teknologi Informasi

Mengintip Keindahan Bumi dari Balik Awan

ShareSatelit Global Measurement Precipitation mengorbit dan dapat mengukur secara tepat presipitasi–seperti salju, hujan, atau hujan es–setiap waktu, dan mengorbiti bola dunia pada...

Written by Jurnalis Industri · 1 min read >

Satelit Global Measurement Precipitation mengorbit dan dapat mengukur secara tepat presipitasi–seperti salju, hujan, atau hujan es–setiap waktu, dan mengorbiti bola dunia pada ketinggian yang berbeda. Hal itu dapat dilakukan berkat software yang otomatis melindungi NASA dari gangguan (bugs).

Satelit Global Precipitation Measurement GPM mengukur presipitasi dalam bentuk salju, hujan atau hujan es. (Sumber foto/©: NASA).
Satelit Global Precipitation Measurement GPM mengukur presipitasi dalam bentuk salju, hujan atau hujan es. (Sumber foto/©: NASA).

Tanegashima Space Center, 28 Februari 2014. Penghitungan mundur dimulai dan dalam beberapa detik roket Japanese H-IIA yang bakal melontarkan satelit baru ke luar angkasa meluncur. Para insinyur yang tampak tegang di NASA Washington D.C, Amerika Serikat, lebih dari 10.000 kilometer jauhnya dari Tanegashima Space Center, mengikuti acara tersebut melalui monitor di ruang kerja mereka.

Beberapa jam kemudian, satelit Global Measurement Precipitation GPM telah mengorbit. Hal ini merupakan yang pertama dari jenisnya yang bisa mengukur secara tepat presipitasi–entah itu salju, hujan, atau hujan es–setiap waktu, memutari bola dunia, dan pada ketinggian yang berbeda di atas bumi.

Dulu meteorologis harus dengan susah payah mengevaluasi data dari stasiun cuaca di daratan sewaktu-waktu mereka ingin untuk menginvestigasi pengaruh presipitasi pada cuaca dan iklim, dan sekarang mereka demikian mudah mendapatkan data yang komprehensif: satelit mengukur presipitasi di seluruh dunia, dari kutub ke kutub, dan bahkan menembus awan.

Teknologi pengukuran

Para insiyur telah menyiapkan momen ini selama bertahun-tahun, mengecek sistem, dan memeriksa check list. Teknologi pengukuran khusus telah dikembangkan untuk misi ini: sistem Global Precipitation Measurement terdiri dari radiometer gelombang mikro multi-channel yang mendeteksi radiasi gelombang mikro yang dihasilkan permukaan bumi dan atmosfer.

Jumlah air yang ada di atmosfer dalam bentuk hujan dan salju bisa dihitung dari nilai tersebut–tetapi hanya apabila semua berkerja sesuai rencana. Kecelakaan kecil dapat membahayakan seluruh proyek. Setelah satelit mengorbit–400 kilometer di atas permukaan bumi–memperbaiki sebuah masalah akan sangat rumit, mahal, dan mungkin saja tidak mungkin.

Dapat diandalkan untuk itu, mendapatkan prioritas tertinggi, dan softwarenya juga tanpa terkecuali. “Satelit tersebut hanya dapat memenuhi misinya apabila software bekerja sempurna dalam situasi normal maupun dalam situasi yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya,” jelas Dr. Mikael Lindvall, ilmuwan komputer Fraunhofer Center for Experimental Software Engineering CESE di Maryland, Amerika Serikat.

Dr. Lindvall dan Dr. Dharma Ganesan telah mengembangkan sebuah software metode pengujian baru dengan dana bantuan dari Office for Safety and Mission Assurance di NASA. Metode pengujian telah dikembangkan-kolaborasikan dengan software penerbangan yang dipimpin oleh Dave McComas yang bertanggungjawab untuk Core Flight Software NASA, bagian yang dapat digunakan kembali dari sebuah software dipakai di banyak satelit NASA dan juga GPM.

Bagaina metode dibuat dan bekerja di angkasa? (Diolah dari A view through the clouds tulisan Monika Weiner, Fraunhofer 1/15)

[box type=”note”]

Simak artikel selanjutnya dengan topik PERAN SOFTWARE (2)
Menguji Keandalan Software NASA

[/box]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *