Teknologi Informasi

Menguji Keandalan Software NASA

ShareKita dapat menguji software secara sistematis dan untuk kondisi di mana penguji manusia tidak memiliki waktu untuk itu, atau pernah terbayang sebelumya....

Written by Jurnalis Industri · 1 min read >

Kita dapat menguji software secara sistematis dan untuk kondisi di mana penguji manusia tidak memiliki waktu untuk itu, atau pernah terbayang sebelumya.

(Gambar kiri) Program NASA Global Precipitation Measurement (GPM) berfungsi untuk mengukur distribusi, jumlah, angka, dan himpunan panas (suhu) bumi melalui satelit. (Sumber foto/@: articles.sae.org/). (Gambar kanan) Sebagian kawasan hutan alam di Riau yang belum dirusak oleh para perambah. Sebagian besar kawasan hutan alam di Riau dirambah dan dijadikan sebagai kebun kelapa sawit tanpa izin resmi dari pemerintah. Foto ini dibuat dari dalam helikopter. (Foto: Rayendra L. Toruan)
(Gambar kiri) Program NASA Global Precipitation Measurement (GPM) berfungsi untuk mengukur distribusi, jumlah, angka, dan himpunan panas (suhu) bumi melalui satelit. (Sumber foto/@: articles.sae.org/). (Gambar kanan) Sebagian kawasan hutan alam di Riau yang belum dirusak oleh para perambah. Sebagian besar kawasan hutan alam di Riau dirambah dan dijadikan sebagai kebun kelapa sawit tanpa izin resmi dari pemerintah. Foto ini dibuat dari dalam helikopter. (Foto: Rayendra L. Toruan)

Metode pengujian bekerja untuk hampir semua tipe software termasuk software satelit. Lindvall telah bekerja dengan agensi luar angkasa selama bertahun-tahun. Fraunhofer Center yang terletak di kampus University of Maryland, 16 kilometer timur laut Washington D.C, tidak jauh dari Goddard Space Flight Center NASA.

Dalam tahun-tahun tersebut, Lindvall dan timnya telah berkenalan dengan orang-orang yang terlibat dalam proyek NASA yang bervariasi dan secara regular bertemu untuk mendiskusikan bagaimana untuk menguji software NASA.

Untuk itu Lindval mengetahui dengan pasti permasalahan yang dihadapi para insinyur NASA: “Untuk menghindari malfungsi, setiap bagian dari software harus diuji–yang seringkali merupakan sebuah pekerjaan manual yang sangat besar.”

Secara khusus penguji software terlatih bekerja sesuai dengan protokol pengujian yang diberikan dan kemudian menentukan, sebagai contoh, bagaimana software harus merespon perintah dan situasi tertentu. Semua perilaku mencurigakan yang ditemukan selama pengujian terekam. Data tersebut lalu dikirim kembali ke pengembang, yang kemudian mencari error yang tepat–bugs–dan mencoba untuk membuangnya.

“Secara keseluruhan, pengujian tradisional adalah sebuah proses yang memakan sangat banyak waktu dan kemudian menjadi lebih mahal di setiap software generasi baru. Software menjadi bertambah luas dan kompleks, dan maka akan selalu ada penambahan jumlah hal yang berjalan tidak benar,”kata Lindvall.

“Dan tiap saat pengembang software kembali untuk memperbaiki sesuatu, bugs baru bisa masuk. Kemudian penguji harus menguji software itu lagi. Kesemuanya itu, bentuk dari pengujian tradisional membutuhkan banyak waktu dan usaha.

Jangan beri kesempatan pada bugs

Spesialis komputer bekerja sama dengan timnya untuk mengembangkan Fraunhofer Approach for Sotware Testing (FAST), sebuah metode otomatis didasarkan pada model-based testing yang lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien dibandingkan dengan metode pengujian manual sebelumnya:

“Menggunakan FAST, kita bisa melakukan jutaan tes dalam hitungan detik dibandingkan dengan harus secara manual menuliskan dengan tangan tiap masalah yang terjadi. Keuntungannya adalah kita dapat menguji software secara sistematis dan untuk kondisi di mana penguji manusia tidak memiliki waktu untuk itu, atau pernah terbayang sebelumya.

Menggunakan FAST, kita bisa membuat banyak langkah proses menjadi otomatis dan mengetahui dengan pasti pada bagian akhir apa yang telah kita uji dan di mana bugs berada. Sebagai tambahan, lain kali setelah software diubah, kita dapat secara otomatis menjalankan seluruh pengujian masalah lagi, tanpa usaha, untuk mengecek bahwa tidak ada bugs baru yang dimasukkan.”

Tiap tiga jam, satelit Global Precipitation Measurement melewati stasiun darat Tracking and Data Relay Satellite System milik NASA di White Sands, New Mexico, Amerika Serikat. Data pengukuran dari perlewatan terakhir harus diterima dalam beberapa menit dan kemudian diteruskan pusat pengoperasian misi, yang terletak di infrastruktur lain milik NASA yang disebuit GMSEC. Tak masalah, selama semuanya berjalan sesuai rencana. (Diolah dari A view through the clouds tulisan Monika Weiner, Fraunhofer 1/15)

[box type=”note”]

Simak artikel selanjutnya dengan topik PERAN SOFTWARE (3)
Tanpa Satelit Kita Kesulitan Berinternet

[/box]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *