Exhibitions, MICE

Tingkatkan Kualitas Sepatu Setara Buatan Italia

ShareTingkatkan kualitas sepatu setara buatan Italia agar sepatu Made in Indonesia bisa go pasar global.  Impor sepatu Italia lebih besar dilakukan Singapura...

Written by Rayendra L. Toruan · 2 min read >
Tingkatkan Kualitas Sepatu Setara Buatan Italia

Tingkatkan kualitas sepatu setara buatan Italia agar sepatu Made in Indonesia bisa go pasar global.  Impor sepatu Italia lebih besar dilakukan Singapura yang berpenduduk 4 jutaan dibanding Indonesia yang berpenduduk 260 juta. Apa pendapat Duta Besar Italia untuk Indonesia tentang hal itu?

Tingkatkan Kualitas Sepatu Setara Buatan Italia
Dari kiri Matteo Scarpare Business Service Manager Assocaizaturfici, Dr. Alessandro Liberatori Direktur Italian Trade Agency (ITA) Jakarta, Dr. Vittotio Sandaili Duta Besat Italia untuk Indonesia, dan Jess Tang seorang eksper persepatuan yang berbasis di Hongkong. (Foto: Rayendra L. Toruan)

Apakah orang Indonesia tidak suka sepatu berkualitas prima atau produsen sepatu di Italia kurang promosi ke Indonesia? Duta Besat Italia untuk Indonesia, Dr. Vittotio Sandaili menjawab, “Saya kurang tepat menjelaskan hal itu.”

Meski demikian,  ungkapnya, Italia dan Indonesia tetap konsisten berupaya meningkatkan nilai perdangangan antarkedua negara. Sekadar catatan yang dilaporkan BPS (Biro Pusat Statistik), nilai impor Indonesia dari Italia sebesar US$6,5 miliar (2017)  dan US$847,80 juta (kuartal I 2018).

Sementara itu, nilai ekspor Indonesia ke negeri Capucino itu mencapai US$8,4 miliar dan US$848,04 juta (kuartal I 2018).  Tahun 2017, terjadi surplus untuk Indonesia, sedangkan nilai pedangan pada kuartal tertama antarkedua negara relatif kecil.

“Kedua negara harus berusaha meningkatkan perdagangan dengan berbagai terobosan,” tandas Sandaili.

Salah satu cara meningkatkan yang dilakukan oleh Italiaan Trade Agency (ITA) Jakarta dengan mendatangkan  Matteo Scarpare Business Service Manager Assocaizaturfici ke Jakarta.

Di hadapan 100-orang pebisnis sepatu dan perancang mode, Scarpare yang mewakili 600 manufaktur yang bergabung dalam Italian Footware Manufacture Association (Assocaizaturfici),  memresentasikan highlights pameran MICAM Mllano  yang berlangsung di Fiera Milano (Rho Fiera), Italia pada 16-19 September.

Pebisnis yang ingin menyaksikan sepatu-sepatu produksi mesin dan teknologi mutahir dengan  kualitas dunia , berkesempatan mengunjungi  International Footwear Exhibition Micam Milano Returns For 86th Edition With Greater International Prominence.

Eksebisi itu sekaligus merupakan Preview The Hottest Shoe Designs And Shoe Trends For Spring/Summer 2019 at Micam Milanodengan gelaran sekitar 600 manufaktur sepatu seantero Italia—termasuk produsen dari beberapa negara.

Sekitar 20 persen manufaktur sepatu adalah produsen besar seperti grup Ferragamo, Tod’s, Geox, dan 80 persen adalah UKM—semuanya bergagung dalam  Assocaizaturfici yakni asosiasi persepatuan di Italia.

Produsen sepatu, para pembeli, dan pakar persepatuan dari internasional berkesempatan mengulas desain terbaru dan tren sepatu untuk musim semi serta musim panas tahun 2019. Menurut Matteo Scarpare, Micam Milano diperkirakan dikunjungi oleh 44.000 orang, dan 60 persen dari negara lain.

Sementara peserta, mencapai 1.300 perusahaan yang 40 persen dari luar Italia. Seperti diketahui, bahwa  MICAM Milano merupakan salag satu pameran sepatu terkemuka di dunia.

Para pebisnis berkesempatan menyaksikan keunggulan desain—hasil karya para ahli alas kaki—diluncurkan oleh para pengeloka manufaktur alas kaki di Italia.

Pelaku industri sepatu di Indonesia lebih-lebih para pengrajin yang ingin memodernisasi alat dan mesin produksi sepatu, berpeluang memelajari teknologi dan permesinan sepatu di Italia—agar kualitas sepatu Made in Indonesia setara dengan sepatu buatan Italia.

Tanpa meningkatkan kualitas sepatu, sepatu buatan Indonesia sulit masuk ke pasar global. Apa mungkin pihak Italia mengalihkan teknologi kepada pengrajin sepatu di Indonesia?

“Kenapa tidak, ada orang Indonesia yang belajar teknologi desain dan produksi sepatu di Italia,” tutur Matteo Scarpare. Oleh karena itu, pelaku bisnis sepatu—termasuk produsen tas di Indonesia perlu menimba ilmu secara langsung di Italia.

Contohnya Tjong Kwang Ie yang dikenal dengan sepatu buatannya bermerek Paulista dan Jim & Jimmy. Bisnis sepatu yang ditekuninya menurun dari ayahnya yang punya toko sepatu pada tahun 1972.

Tjong belajar desain sepatu di ART Sutoria, Milan, Italia—selama 2 tahun (1993-1995). Dia berlajar dari pendiri ART Sutoria. Sekembalinya di Indonesia, Tjong membuka usaha sepatu yang dibantu 6 orang karyawan.

Sepatu merek Jim & Jimmy digemari oleh kalangan pegawai kantor dan yang senang berpesta. Secara perlahan, dia pun masuk ke Sogo Department Store, kemudian meluas ke pusat-pusat perbelanjaan seperti Metro dan Debenhams.

Seperti dituturkan kepada Kontan, sepatu buatan Tjong Kwang Ie juga diminati oleh keluarga Hatta Rajasa, Susilo Bambang Yudhoyono, dan sejumlah artis.

Orang Singapura sangat suka mengenakan sepatu berkualitas, penjelasan Matteo Scarpare, kenapa nilai ekspor sepatu buatan Italia lebih besar ke Singapura dibanding ekspor ke Indonesia.

Sementara, Jess Tang pakar persepatuan yang berbasis di Hongkong, menjelaskan bahwa tren sepatu tahun 2019 cenderung sepatu sandal.

Jess tidak mengalanisis apa dampak kampanye Pilpres dan Pileg tahun 2019, terhadap industri persepatuan di Indonesia.

Yang pasti, para produsen sepatu di Indonesia harus   tingkatkan kualitas sepatu setara buatan Italia dan tentu saja mengujungi MICAM Milano pada September 2018.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *