AGRI-FOREST TECH, FARMING INNOVATIONS

Tanaman Membutuhkan Serangga Penyerbuk, Feromon Ungguli Pestisida

ShareTernyata tanaman membutuhkan hama penyerbuk, dan gunakan feromon yang lebih unggul dari pestisida. Pendekatan metode manufaktur bioteknologi membantu sektor pertanian.   Membasmi hama...

Written by Marinus L Toruan · 2 min read >
Feromon Ungguli Pestisida

Ternyata tanaman membutuhkan hama penyerbuk, dan gunakan feromon yang lebih unggul dari pestisida. Pendekatan metode manufaktur bioteknologi membantu sektor pertanian.  

Feromon Ungguli Pestisida
Metode manufaktur bioteknologi sebagai alternatif untuk sintesis konvensional untuk menghalau hama tanaman. Tanaman membutuhkan serangga penyerbuk, feromon ungguli  pestisida. Booming Indonesian Business (Foto/©: Shutterstock/Catherine Eckert)

Membasmi hama perusak tanaman yang dilakukan dengan feromon ungguli pestisida lebih baik. Oleh karena tanaman membutuhkan serangga penyerbuk yang menghasilkan buah. 

Sementara proses insektisida bukan hanya memusnahkan hama perusak tanaman seperti serangga penggerek jagung atau ulat grayak. 

Namun, cara insektisida dengan pestisida berpeluang mengurangi jumlah serangga yang justru berguna memindahkan sari atau penyerbuk putik-putik  tanaman yang nantinya berubah menjadi buah untuk dipanen.

Feromon Ungguli Pestisida

Lebah, tawon, dan kupu-kupu misalnya bermanfaat sebagai penyerbuk beberapa jenis tanaman. Jika  dilakukan insektisida justu mengurangi keanekaragaman hayati yang justru bermanfaat di sektor pertanian. 

Contohnya residu pestisida yang dapat melekat pada buah-buahan. Jika populasi serangga yang bermanfaat seperti lebah dan kupu-kupu  menurun, bagaimana cara memindahkan sari tanaman? 

Serangga jenis lebah dan kupu-kupu perlu diberi makan dan dilindungi, namun praktinya di lapangan agak sukar dilakukan. 

Feromon Ungguli Pestisida

Para ahli pun memikirkan cara terbaik untuk mengurangi gangguan hama tanpa membunuh serangga yang bermanfaat untuk memindahkan sari agar terjadi proses pembuahan tanaman.   

Teknologi feromon atau disebut pheromones memiliki solusi yang berkelanjutan dan konfrehensip. Tim peneliti menghindari pembasmian segala jenis serangga yang bermanfaat untuk tanaman. 

Tim ahli membuat serangga jantan ogah menemukan pasangan betina dan inilah cara mencegah reproduksi. Proses reporduksi menghasilkan larva yang merusak tanaman. 

Feromon Ungguli Pestisida

Sementara tugas serangga tetap berlangsung yakni memindahkan sari untuk proses pembuahan tanaman, hasilnya? Hampir tidak ada larva lagi yang menguliti tanaman. Penggunaan feromon lebih unggul dan menguntungkan dibanding menggunakan pestisida.

Penggunaan feromon tidak membahayakan bagi petani dan serangga penyerbuk tetap leluasa menyentuh tanaman tanpa meninggalkan residu (racun) pada tanaman. 

Meski pada awal proses sintesis kimia yang digunakan untuk memproduksi feromon sangat mahal dan bahkan berbahaya bagi lingkungan, berkat penemuan dan pembuatan feromon baru yang lebih efektif dari segi biaya

Teknik pembuatan feromon yang baru mengubah masa depan yakni menghasilkan pengurangan yang substansial dan biaya feromon lebih efisien. 

Para peneliti mengembangkan teknik melalui proyek OLEFINE dan Institut Fraunhofer yang menangani Fisika merupakan koordinator proyek. 

“Alih-alih mensintesis feromon secara kimia, tim peneliti melakukan metode pendekatan manufaktur bioteknologi,” papar Eva Knüpffer salah seorang peneliti senior di Fraunhofer IBP. 

Prinsip kerjanya  adalah cara pembuatan insulin (misalnya) yang didasarkan pada sel-sel ragi untuk menghasilkan feromon secara metabolik dalam keadaan tertentu sesuai rancangan peneliti. 

Perusahaan BioPhero yang berlokasi di Denmark merupakan mitra utama Fraunhofer IBP untuk mngembangkan proses pembuatan feromon. 

Feromon Ungguli Pestisida

Tim Fraunhofer IBP yang menangani proyek OLEFINE  berfokus pada penilaian keberlanjutan dan siklus hidup—baik dari metode pembuatan dan penggunaan feromon pada waktu selanjutnya. 

“Kami menggunakan model, misalnya, untuk menyelidiki berapa banyak bahan dan energi yang dibutuhkan untuk pembuatan dan apa dampaknya terhadap lingkungan,” ujar Eva Knüpffer. 

Untuk melakukan ini, “Kami menganalisis langkah-langkah individual dengan sangat rinci dan menunjukkan perubahan langkah individual yang mana memiliki efek kuat. Kami mengirimkan informasi ini ke mitra di Denmark agar mereka dapat menerapkannya,” lanjut Eva Knüpffer.

Di masa depan, para peneliti ingin menyelidiki efek feromon terhadap lingkungan secara lebih rinci. Uji coba lapangan dengan feromon yang diproduksi secara manufaktur bioteknologi direncanakan untuk tahun 2020. 

Dengan data yang telah dikumpulkan, peneliti melakukan perhitungan dan investigasi lebih lanjut berdasarkan pada model penilaian siklus hidup. 

Feromon Ungguli Pestisida

Dua dari pertanyaan yang harus dijawab oleh tim peneliti adalah: Apa dampak feromon terhadap keanekaragaman hayati? Dan apa efeknya pada hama? 

Dalam setiap kasus, tim peneliti membandingkan feromon dengan insektisida konvensional. Dengan cara ini, para peneliti dapat memperkirakan sejauh mana feromon dapat mengurangi kerusakan lingkungan akibat pestisida.

Biaya kerangka kerja yang terkait dengan pestisida dapat dipahami dalam jangka panjang. Tim peneliti di Fraunhofer IBP juga melakukan analisis biaya.  Meskipun pernyataan spesifik tidak mungkin pada tahap ini, Eva Knüpffer percaya diri dan menjelaskan:  

“Pembuatan bioteknologi dari feromon secara signifikan lebih hemat daripada produksi secara kimia. Selain itu, feromon harus diterapkan sekali setahun selama fase penerbangan lepidoptera, sedangkan insektisida umumnya harus disemprotkan beberapa kali setahun.”

“Dengan demikian, kemungkinan yang sangat nyata bahwa bahan feromon  pada akhirnya dijual dalam jenis dan harga yang sama seperti pestisida tradisional,” tambah Eva Knüpffer. 

Keuntungan lain bagi petani adalah tidak perlu menggerakkan traktor berat di atas ladang  untuk menyebarkan agen atau bahan perlindungan tanaman. Feromon tersebar secara berkala di seluruh lapangan melalui dispenser dan dapat terurai secara hayati. 

Cara ini juga mengurangi konsumsi diesel dan pemadatan tanah di lahan pertanian, dengan manfaat yang sesuai untuk lingkungan.

Apakah para petani di Indonesia telah menerapkan teknologi feromon agar  tanaman membutuhkan serangga penyerbuk dan serangga tidak dibasmi dengan  feromon dan pestisida? Booming Indonesian Business

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *