AGRI-FOREST TECH, FARMING INNOVATIONS

Sinar Matahari Besarkan Ikan, Sayuran dapat Nutrisi dari Kotoran Ikan

ShareBerkas sinar matahari besarkan ikan di  pembibitan. Bagaimana menumbuhkan sayuran tanpa tanah? Para peneliti memanfaatkan tentara hitam yakni lalat untuk menghasilkan nutrisi...

Written by Marinus L Toruan · 3 min read >
Sinar Matahari Besarkan Ikan

Berkas sinar matahari besarkan ikan di  pembibitan. Bagaimana menumbuhkan sayuran tanpa tanah? Para peneliti memanfaatkan tentara hitam yakni lalat untuk menghasilkan nutrisi bagi ikan dan selanjutnya kotoran ikan menjadi nutrisi sayuran.

Sinar matahari besarkan ikan (
Semacam Aquaponik yang menumbuhkan sayuran yang mendapatkan nutrisi melalui air.  Sinar matahari besarkan ikan (Foto/©: Fraunhofer EMB/Dr. Bernd Uberär)

Bagaimana cara membuat pembenihan untuk membesarkan larva ikan menjadi ikan dewasa yang siap dipanen? Tim ahli dari Fraunhofer EMB melatih sejumlah petani di dekat Danau Melawai di negara Melawau di Tenggara Afrika. 

Ikan chambo yang dibudidayakan oleh tim peneliti Fraunhofer EMB bekerja sama dengan pemerintah lokal. Tim peneliti memperkenalkan proyek Ich liebe Fisch yang berarti sumber ikan seumur hidup atau “Saya suka ikan”. 

Sinar Matahari Besarkan Ikan

Proyek Ich liebe Fisch dirancang sebagai tempat penetasan larva ikan yang berlokasi di Bunda College of Agriculture milik Melawai.  Kolam pembenihan larva ikan dihangatkan berkas sinar matahari. Oleh karena itu, proyek Ich liebe Fisch tidak memerlukan jaringan kabel listrik.

Tim peneliti menawarkan metode yang efisien sehingga petani tanpa beban biaya untuk membesarkan larva ikan dalam jumlah besar hingga tunas-tunas ikan chambo itu mencapai ukuran jari atau  seberat sepuluh gram. 

Bibit-bibit ikan dijual kepada para petani ikan lokal dengan harga yang terjangkau. “Para petani memelihara ikan di kolam yang beratnya mencapai 250 hingga 330 gram,” kata  Dr. Sebastian Rakers seorang ilmuwan dari Fraunhofer EMB yang berkantor di Lübeck, Jerman. 

Sayuran dapat Nutrisi dari Kotoran Ikan

Tim peneliti melibatkan sejumlah komunitas lokal yang tinggal di sekitar Danau Melawai. Sebagian dari para petani telah memiliki pengalaman dalam budidaya ikan selama bertahun-tahun, namun  sebagian lain belum pernah mengetahui seluk beluk budi daya ikan. 

Dengan menggabungkan pengalaman para petani dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipahami oleh para pakar perikanan, pelatihan menjadi lebih praktis.  

Tujuannya adalah untuk menyelaraskan tingkat keahlian. “Kami memiliki berbagai macam teknologi yang kami sediakan bagi para petani,” kata Dr. Sebastian Rakers. 

“Kami menunjukkan jenis tanah yang terbaik sebagai kolam ikan para petani. Kami melatih dan mengajarkan bagaimana cara memanfaatan teknologi kriopreservasi yang  memungkinkan peningkatan panen ikan sepanjang tahun,” tutur Dr. Sebastian Rakers.

Kelompok kursus yang mengikuti proyek Fish for life. (Foto/©: Fraunhofer EMB/Dr. Bernd Uberär)

Penggunaan teknologi cryopreservation atau kriopreservasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja reproduksi ikan yang tadinya belum pernah digunakan sebagai teknik pembudidayaan ikan di sekitar Danau Malawi. 

Sinar Matahari Besarkan Ikan

Para petani ikut merancang metode baru untuk membekukan sperma ikan chambo. Inilah yang dikembang-biakkan untuk meningkatkan populasi benih di lokasi pembenihan sekaligus penaikkan kinerja reproduksi ikan. 

Tim peneliti memilih jenis ikan yang menjanjikan dan kuat bertahan terhadap penyakit.  Jenis ikan yang dibudi-dayakan itu harus menampilkan potensi sesuai dengan parameter pertumbuhan yang baik sesuai dengan pengamatan tim peneliti. 

Sperma ikan diambil dari jantan strain dan kemudian dibekukan. Untuk mencegah pembentukan kristal es, sperma ikan dicampur dengan zat antibeku. Kemudian sperma beku disimpan dalam nitrogen cair pada suhu -196° C. 

Sinar Matahari Besarkan Ikan

“Dari waktu ke waktu, petani memiliki situasi di mana populasi ikan jantan dan ikan betina  yang tidak siap bertelur pada waktu yang sama. Keadaan itu menurunkan tingkat reproduksi. Mengatasinya? Kami menggunakan sperma cyropreserved untuk meningkatkan jumlah telur yang dibuahi dan kemudian menetas,” jelas Dr. Sebastian Rakers. 

Tim peneliti selanjutnya mengintensifkan praktik pertanian-budidaya terpadu yakni kombinasi budidaya ikan dengan produksi sayuran. Caranya adalah dengan meningkatkan penggunaan air yang berasal dari kolam ikan. Air dari kolam ikan itu dapat menyuburkan tanaman sayuran. 

Hal ini secara substansial mengurangi penggunaan pupuk buatan. Air tambak mengandung nitrat sebagai produk limbah semu yang dihasilkan oleh akuakultur. Tipe spesifik yang dikenal sebagai aquaponik. Teknik ini adalah sistem loop tertutup untuk budi daya ikan dan pertumbuhan tanaman. 

“Akuaponik menggabungkan akuakultur dengan hidroponik—proses menanam tanaman tanpa menggunakan tanah,” tambah Dr. Sebastian Rakers. 

Air dari tambak berisi kotoran ikan dan sisa pakan, yang keduanya berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi tanaman sayuran. 

“Kami memompa air yang kaya nutrisi ke akar tanaman agar bakteri nitrifikasi mengubah amonia yang diekskresikan oleh ikan menjadi nitrat, dan dimanfaatkan tanaman sayuran,” urai Dr. Sebastian Rakers.  

Dibandingkan dengan teknik berkebun pasar klasik, aquaponik hanya menggunakan sekitar satu- sepersepuluh air untuk area setara yang ditanami dan dengan demikian membantu mengurangi konsumsi air. 

Ini merupakan pertimbangan penting bagi negara seperti Malawi, di mana produksi pangan bergantung pada pertanian tadah hujan dan budidaya perairan. Campuran pakan yang optimal menghasilkan ikan yang sehat. 

Pada saat yang sama, para ilmuwan yang mengerjakan proyek tersebut sekaligus mencari cara peningkatan produksi ikan melalui penggunaan pakan yang ditingkatkan. 

Ikan mendapat makanan yakni sisa dari tanaman jagung yakni bahan yang tidak digunakan oleh manusia. Bahan (sisa) itu masih mengandung sekitar tiga persen protein.  Apakah sisa jagung itu dapat dijadikan pakan ikan?

“Jika ikan dibiarkan berdiet seperti itu dengan protein minim maka pertumbuhan ikan kurang baik,” seloroh Dr. Sebastian Rakers. Pada awal mengerjakan proyek Ich liebe Fisch, pakan di bawah standar tidak dianggap akan mempunyai masalah besar. 

Selanjutnya, konsorsium proyek menyadari pentingnya tindakan besar untuk mengembangkan sumber protein yang sesuai untuk industri akuakultur di Malawi. Dengan demikian memasok ikan hias dengan pakan ikan yang bergizi dan terjangkau  petani di pedesaan. 

Salah satu pilihan  adalah memproduksi protein bermutu tinggi dari larva serangga. Di Malawi, larva semacam itu dapat ditanam dengan murah di substrat organik. 

“Kami menyusun panduan tentang cara memproduksi formula kaya protein berdasarkan bahan baku yang tersedia di lokal,” Dr. Sebastian Rakers menjelaskan.

“Teknik ini memberi para pemulia serangga lokal cara ekonomis untuk memproduksi larva.” Produksi lalat yang disebut tentara hitam (Hermetia illucens) sebagai sumber protein hewani diteliti oleh tim peneliti hingga akhir proyek pada tahun 2020.

Program tindakan juga mencakup berbagai kursus pelatihan untuk petani ikan kecil, mulai dari produksi ikan dan pengembangan produk hingga pemasaran dan nutrisi. Selama berlangsungnya proyek, Rakers dan timnya mengamati status kesehatan dan gizi penduduk pedesaan.  

Menurut Dr. Sebastian Rakers, proyeknya telah berbuah, “Melalui program pembibitan yang terkontrol untuk larva ikan, kami mampu meningkatkan pasokan benih untuk petani ikan.  Pada gilirannya meningkatkan hasil dan kandungan biomassa yang dibudidayakan.” 

Proyek Dr. SebastianRakers dan mitranya menghasilkan peningkatan status gizi, kesehatan dan pendapatan penduduk. Proyek itu didukukung  oleh Kementerian Federal Jerman untuk Makanan dan Pertanian sesuai keputusan Parlemen Republik Federal Jerman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *