Bilateral, India-Indonesia

Cara India Melibatkan Investor untuk Membangun Pertanian

ShareIndia melibatkan investor untuk membangun pertanian dan mensubsidi perusahaan pembuat alat/mesin. Investor tidak menyingkirkan para petani justru menawarkan  startup dengan teknologi inovasi...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >

India melibatkan investor untuk membangun pertanian dan mensubsidi perusahaan pembuat alat/mesin. Investor tidak menyingkirkan para petani justru menawarkan  startup dengan teknologi inovasi baru seperti cara menjebak hama. Kaum wanita pun berperan aktif.

Para petinggi dari Indian Federation of the Chambers of Commerce & Industries (FICCI) dan Italian Federation of Agricultural Machinery Manufacturers—didukung Kementerian Pertanian dan Kesejahteraan Petani India, Indian Council of Agricultural Research dan Emilia-Romagna Region & ICE Agency ketika pembukaan pameran  aima agrimach 2017 di New Dehli. Italian Trade Agency (ITA) termasuk ITA Jakarta memfasilitasi delegasi dari belahan Asia seperti Indonesia (Foto: Rayendra L. Toruan)

Menyediakan pangan bagi lebih 1,3 jiwa miliar penduduk merupakan pekerjaan berat bagi pemerintah India. Untuk menyediakan pangan bagi 262 juta jiwa penduduk Indonesia saja, pemerintah masih sering mengimpor beberapa komoditas.

Kita bersyukur bahwa sektor pertanian pada Triwulan I tahun  2017 tumbuh 15,59 persen. Jika  dibandingkan triwulan sebelumnya (Q to Q) hasil pertumbuhanya terbesar dibanding pertumbuhan sektor lainnya.  Pertumbuhan subsektor tanaman pangan mencapai 92,77 persen (BPS).

Hasil pencapaian itu dapat lebih meningkat lagi dengan penerapan teknologi inovasi di sektor pertanian seperti dilakukan oleh India. Seperti apa dan bagaimana India menerapkan teknologi inovasi untuk sektor pertanian? India melibatkan investor untuk membangun sektor pertanian.

Sektor pertanian India pernah mengalami penurunan dengan capaian hanya 13,7 persen (2012-13). Bandingkan dengan tahun 1950-51, menurut Kantor Pusat Statistik India, Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 51,9 persen. Untuk meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian, India melakukan berbagai  terobosan yang inovatif.

Dengan melibatkan investor untuk membangun sektor pertanian muncullah teknologi inovasi dari para pembuat aplikasi di India dan hasil kerja sama dengan negara lain semisal Italia dan Amerika Serikat. Penyediaan tenaga kerja pun meningkat di sektor pertanian—termasuk kaum wanita.  Salah satu inovasi dengan melaksanakan program yang dinamai Barrix Ago Sciences yang berpusat Bangalore.

Kebanyakan pertanian di India masuk kategori organik yang rentan terhadap serangan hama. Konsep Barrix Ago Sciences   menawarkan metode perlindungan tanaman ramah lingkungan sekaligus upaya meningkatkan hasil panen yang berkualitas dan ongkos pengolahan lahan hingga panen lebih efisien.

Konsep Barrix Catch Fruit and Fly Lure + trap merupakan penawar  terhadap pestisida beracun yang mencemari air, tanah, dan meninggalkan residu berbahaya di lapisan tanah. Penggunaan barrix dengan menyemprotkan zat berbau artifisial yang menarik dan menjebak hama masuk perangkap. Tanaman pun bebas dari serangan hama. Bentuk barrix seperti lembaran panjang bergelombang kuning dan biru yang panjangnya 500-600 nm dan mampu menjebak 19 jenis hama dari jarak jauh.

Sales & Marketing Manager Bharat Agro Engineering, Chandresh Vyas ingin memasarkan traktor Bharat ke Indonesia. (Foto: Rayendra L. Toruan)

Bagaimana cara meningkatkan kesuburan tanah?  Seorang pengusaha di Mumbai, membuat teknologi anulek agrotech yang digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah agar produksi dan hasil panen lebih meningkat dengan ongkos lebih irit.

Menggunakan biochar based organic soil amendment technology (BIOSAT) teknologi yang diamandemenkan untuk penyuburan tanah berbasis biochar  agar lapisan tanah lebih aditif dengan campuran biochar dan nutrisi organik yang berbeda. Teknologi biosat bermanfaat untuk menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah, menyerap emisi karbon, dan menjaga kekuatan lapisan tanah serta mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

Sementara itu, startup berbasis Nashik  dan  MITRA (machines, information, technology, resources for agriculture) mengandalkan penggunaan mesin, teknologi informasi, sumber daya pertanian bertujuan untuk memperbaiki mekanisasi di peternakan dan  hortikultura. Lengkap dengan dukungan peralatan Litbang dan peralatan pertanian yang berkualitas tinggi.

Produk disemprotkan ke arah buah-buahan,  sayuran,  anggur,  dan delima yang berguna untuk menambahkan hormon agar pertumbuhan tanaman lebih baik dan tepat waktu (untuk panen). Tenaga kerja manual pun berkurang yang berdampak terhadap ongkos pengelolaan pertanian.

Bagian ekspor Bharat Agro Engineering (Automatic Seed Drill), Chandresh Vyas menjelaskan, beragam traktor buatan perusahaannya yang berlokasi di distrik Rajkot, Gujarat, India. Baik  pengolahan lahan, pemerataan, pembenihan, dan penanaman tanaman seperti jagung dapat dilakukan secara manual dan otomatis (digital). Para petani mudah menggunakannya.

Perusahaannya mendapatkan subsidi dari pemerintah. “Perusahaan mampu meningkatkan kualitas traktor dan alat pertanian dari tahun ke tahun,” imbuh Chandresh yang ingin menjual traktornya ke Indonesia suatu hari.

Kondisi pertanian di Indonesia dan India hampir sama.  Belasan jenis traktor buatan Bharat Agro digunakan untuk mengolah tanah yang diperuntukkan untuk tanaman, biji-bijian, dan sayuran. Keikutsertaan para pebisnis di sektor pertanian justru meningkatkan penghasilan para petani—seperti dilakukan oleh perusahaan pembuat software baik yang digunakan oleh manufaktur  mesin dan alat pertanian baik di India dan Italia.

India pun bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di India dan Amerika Serikat.  Oleh karena itu, para petani di India pada umumya cerdas-cerdas. Pertanyaannya, bagaimana cara India menciptakan warganya menjadi SmartFarms?

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *