Inspiration, MICE

Berpeluang Menjadi Orang Kaya jika Berkolaborasi dengan Teknologi

ShareBerpeluang menjadi orang kaya jika mampu memanfaatkan teknologi berbasis digital driver sehingga orang membutuhkan Anda. Peluang bisnis dan pekerjaan tersedia secara online....

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >
Berpeluang Menjadi Orang Kaya

Berpeluang menjadi orang kaya jika mampu memanfaatkan teknologi berbasis digital driver sehingga orang membutuhkan Anda. Peluang bisnis dan pekerjaan tersedia secara online. Menggerutu dan mengeluh tidak termasuk dari bagian hidup orang zaman now.   

Berpeluang Menjadi Orang Kaya
Beragam kolaborasi perangkat keras yang mempunyai fungsi masing-masing dan saling mendukung untuk menjalankan peran utama perangkat ini. Ukuran dan bahan tiap komponen berbeda satu dengan yang lain—kecil hingga besar—namun semuanya menjadi satu-kesatuan dalam kolaborasi agar mampu menghasilkan susuatu hasil/tujuan yang diinginkan. Alat ini tentu tidak berfungsi dengan baik jika tidak berkolaborasi dengan software atau perangkat lunak. Berpeluang Menjadi Orang Kaya (Foto: Rayendra L Toruan)

Berpeluang menjadi orang kaya merupakan hak setiap orang tanpa kecuali, dan tidak ada diskriminasi bahwa seseorang tidak dapat kekayaan—pengetahuan, harta, relasi (jaringan), kebahagiaan—asalkan mau mengubah passion dan kebiasaan hidup yang dianggap tidak kondusif terhadap diri sendiri.

Menteri Keuangan Republik Indoensia Sri Mulyani Andarwati mengingatkan pentingnya kolaborasi dilakukan oleh antarinstansi.  Menteri Keuangan terbaik dunia menurut Bank Dunia itu, koloborasi yang baik akan meningkatkan capian Indonesia ke arah lebih maju.

Sri Mulyani menggaris bawahi era teknologi 4.0 (maksudnya, era Industri 4.0) mengharuskan kolaborasi antarinstansi pemerintah, akademisi, swasta, dan filantropi yang berasal dari dalam dan luar negeri. Kolaborasi antarwarga masyarakat pun merupakan potensi yang dahsyat.

Selain industri manufaktur, semua elemen kehidupan umat manusia mau tak mau harus dilakoni dengan teknologi digital.  Data menunjukkan bahwa Indonesia yang berpenduduk 252 juta jiwa merupakan potensi raksasa yang menggunakan teknologi digital.

Menurut lembaga riset digital marketing Emarketer, pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Tahun 2018, Indonesia menempati posisi ke-4 dunia di bawah China, India, dan Amerika Serikat sebagai pengguna aktif smartphone.

Apakah smartphone kita gunakan hanya berselfi-ria, ber-WhatsApp group, berpamer-ria lewat Instagram, facebook, P, Youtube, dan media lainnya? Kita senang dan bangga karena lebih 100 juta orang penduduk Indonesia telah mampu berkolaborasi dengan smartphone yang canggih.

Bagaimana menambah nilai tambah agar smartphone itu menghasilkan nilai ekonomi pemilik? Artinya, kepemilikan smartphone bukan sekadar menambah status sosial, gengsi, dan sebagainya.  Pertama, tiap orang harus berkolaborasi dengan diri sendiri. “Saya harus melakukan ini dengan baik,” tekad kita masing-masing.

Buatlah program—sederhana saja atau kegiatan—memungkinkan diri move up, bangkit secara efektif untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan sesuai dengan kegemaran. Contohnya, seorang wanita yang pandai dan rajin ngerumpi berarti pikiran orang itu beragam gagasan menarik.

Kenapa tidak ganti kebiasaan ngerumpi itu menjadi hobi yang menghasilkan kreativitas, misalnya jadi penulis? Tulislah topik yang biasa dirumpikan menjadi tulisan yang baik dan masukkan di blog secara teratur.

Tentu menulis sesuatu harus dilakukan dengan baik berdasarkan tata bahasa yang benar—ini dapat  dipelajari dengan rajin membaca tulisan-tulisan orang. Kebiasaan “buruk” tadi berubah menjadi positif. Jika isi/konten menarik, bukan tidak mungkin mendapatkan uang dari pengiklan.

Setiap orang berkesempatan berkolaborasi dengan kreativitas yang lebih besar. Begitu juga para karyawan di perusahaan, jika berkolaborasi dengan baik—tujuan perusahaan akan tercapai maksimal.

Berkolaborasi artinya saling mengasah dan membagi ilmu pengetahuan dan teknologi—memberdayakan diri masing-masing. Anak-anak muda atau generasi milenial atau zaman now, cenderung suka melakukan kegiatan yang menantang dan menambah pengetahuan baru.

Hasil kolaborasi dengan diri sendiri, sesama teman, sesama karyawan, dengan teknologi, dan sebagainya—menghasilkan beberapa variabel yang saling mendukung. Ukuran pencapaian sesuatu hasil tidak semata-mata dengan menghasilkan sejumlah uang secara instan.

Contohnya, perusahaan yang maju dengan  revenue yang baik akan membuat pemilik dan pengelola perusanaan senang. Secara teratur akan menambah gaji para karyawan yang berpestasi berkat kolaborasi—sebagai titik awal kebangkitan.

“Saya siap berkolaborasi tapi tidak tahu cara memulainya,” tandas seseorang. Kedua, ini merupakan simpul yang (sebaiknya) kita lakukan. Komit dan konsisten serta jujur dan bertanggung jawab untuk memberikan konstribusi terbaik—sesuai minat dan kemampuan—bakal berdampak signifikan.

Berkolaborasi dengan diri, orang lain—apa lagi dengan pengetahuan dan teknologi memungkinkan berpeluang menjadi orang kaya. Dan, kita harus menghindari kolaborasi untuk mencapai tujuan yang illegal. Contohnya, orang yang berkolaborasi untuk korupsi, berurusan dengan KPK.

Banyak contoh orang yang bukan saja berkolaborasi—juga mampu menciptakan kolaborasi itu sendiri. Pendiri perusahaan lunak, Bill Gate, pendiri Google dan facebook, pemilik Alibaba, dan di Indonesia pun sungguh membanggakan seperti pak B.J. Habibie dan lain-lain.

Anda siap menjadi orang kaya?  Anda pun berpeluang menjadi orang kaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *