Digital & Software, Industrialisasi

Teknologi Immersive Virtual Reality Ungkap Rahasia Aksi Pencuri, Kenapa Penjahat Berkelompok?

Minimalkan pencurian dengan teknologi immersive virtual reality untuk mengungkap rahasia kelompok pencuri.  Hasil penelitian University of Portsmouth meminimalisasi kejahatan dan rehabilitasi pencuri. ...

Written by Marinus L Toruan · 3 min read >

Minimalkan pencurian dengan teknologi immersive virtual reality untuk mengungkap rahasia kelompok pencuri.  Hasil penelitian University of Portsmouth meminimalisasi kejahatan dan rehabilitasi pencuri.  Berapa kasus pencurian di Indonesia? 

Dua mahasiswa berakting sebagai pencuri secara virtual—aksi ini untuk penelitian ilmiah (Foto/@: University of Portsmouth)

Penulis/editor: Marinus L Toruan

mmINDUSTRI.co.id – University of Portsmouth (sumber): Aksi pencuri termasuk pencuri start kampanye politik meresahkan masyarakat. Kenapa pencuri atau maling selalu berpasangan atau berkelompok saat melakukan kejahatan seperti mencuri atau merampok? 

Para ahli University of Portsmouth salah satu perguruan tinggi beken di Inggris melakukan serangkaian penelitian dan hasil evaluasi mereka kirimkan ke media ini.  

Aksi pencurian diperankan oleh dua mahasiswa University of Portsmouth yang beraksi sebagai pasangan pencuri. Pasangan pencuri itu ditugaskan untuk menyelesaikan ‘pencurian  secara virtual‘. Percakapan, tindakan, dan tindakan fisiologis pasangan itu direkam dan selanjutnya dianalisis. 

Tim pakar University of Portsmouth mengklaim bahwa penelitian mereka itu merupakan yang pertama dengan menggunakan aplikasi virtual reality (VR) yang mampu mengeksplorasi pengambilan keputusan bersama pada saat pasangan pelaku pencurian beraksi.

Bekerja dalam kolaborasi sangat umum untuk mencapai tujuan kejahatan seperti perampokan dan pencurian.  Penelitian tentang proses pengambilan keputusan misalnya untuk membobol perumahan meningkat belakangan ini.

Akan tetapi, masih sedikit perhatian terhadap cara mengambil keputusan bersama yang dilakukan oleh kelompok maling atau pencuri—ini berkaitan dengan penyelesaian suatu pelanggaran yang pencuri lakukan.

Peneliti utama Dr Amy Meenaghan dari School of Criminology and Criminal Justice Studies, University of Portsmouth mengatakan: 

“Karena sifatnya invasif, kami tahu bahwa perampokan adalah salah satu kejahatan yang paling ditakuti masyarakat. Mengungkap proses pengambilan keputusan dalam perilaku terkait aksi pencurian seringkali bermasalah secara etis dan praktis.”

Penggunaan aplikasi VR terbukti menjadi alat yang sangat berharga dan ampuh untuk mengamati dan merekam perilaku terkait pelanggaran (hukum) yang dilakukan oleh para pencuri tanfas Dr Amy Meenaghan.

Aksi pencurian dilakukan oleh dua mahasisiswa. Di masa depan, model akan diperankan oleh pencuri yang berpengalaman namun sudah bertobat (Foto/@: University of Portsmouth)

Tingkat perampokan perumahan menurun sejak 2011, hampir 700.000 perampokan atau percobaan perampokan yang terjadi  di Inggris pada pada tahun 2019 (Kantor Statistik Nasional, 2019). 

Sementara di Indonesia, menurut Badan Pusat Statistik, jumlah kasus pencurian di Indonesia mencapai 23.308 kasus pada tahun 2-21, menurun 2,8 persen dibanding tahun 2020 yang berjumlah 23.984 kasus. 

Dampak penurunan kejahatan itu terhadap korban bisa sangat signifikan. Baik biaya finansial bagi korban (diperkirakan sekitar £6.000 sekali terjadi aksi perampokan) dan kerugian emosional menyoroti perlunya intervensi berbasis bukti dan strategi untuk mencegah kejahatan.

Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas penggunaan lingkungan virtual (VE) untuk memahami peran pengambilan keputusan kolaboratif dalam pemilihan target dan pencarian properti. 

Tahap selanjutnya dari penelitian ini akan menggunakan temuan untuk menyempurnakan lingkungan yang disimulasikan untuk penelitian di masa mendatang, tetapi kali ini dengan pasangan pencuri yang berpengalaman.

Dr Amy Meenaghan bekerja dengan penelitian berbasis VR dan menjelaskan berbagai aspek pencurian, mulai dari keputusan yang berkaitan dengan cara memilih dan menargetkan properti tertentu yang akan dirampok oleh maling.

“Perampokan perumahan adalah pelanggaran yang sering dilakukan oleh pasangan atau kelompok maling. Mereka yang melakukan pelanggaran (hasil penelitian) memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk ditangkap,” urai Dr Amy Meenaghan.

Dr Amy Meenaghan melanjutkan,  lebih mungkin untuk melakukan pelanggaran (hukum)  kembali, dan terus melakukan pelanggaran itu untuk jangka waktu yang lebih lama atau selama hidup mereka. 

Diksi co-offending adalah norma bagi sebagian besar remaja nakal dan bagi banyak orang dewasa yang melanggar hukum. 

Oleh sebab itu, penting untuk mempertimbangkan tidak hanya pemikiran individu dari mereka yang terkait, juga peran yang dimainkan teman sebaya untuk memengaruhi pengambilan keputusan. 

Lebih banyak penelitian di bidang ini akan memiliki implikasi positif untuk inisiatif pencegahan kejahatan dan rehabilitasi pelanggar demikian Dr Amy Meenaghan.

Sementara Iris van Sintemaartensdijk dari University of Twente (Belaanda) menjelaskan: “Penelitian ini bertujuan untuk memperluas pemahaman kita tentang bagaimana seseorang dapat memengaruhi perilaku terkait pelanggaran dengan berfokus pada interaksi di sekitar tempat kejadian perkara.”

Dengan mengamati interaksi antarteman sebaya saat melakukan perampokan yang pura-pura diperanakan oleh mahasiswa, peneliti menilai dengan lebih baik sifat hubungan teman sebaya, perbedaan situasional, dan peran pengalaman bersama lanjut Iris van Sintemaartensdijk.

Mahasiswa memasuki lingkungan simulasi dengan menggunakan headset virtual. Perangkat lunak yang dirancang khusus, memungkinkan pasangan pencuei untuk berinteraksi dengan VE secara bersamaan. 

Peneliti memilih properti hunian yang telah dibuat untuk mereplikasi target tipikal perampokan.

Peserta mahasiswa yang pura-pura sebagai pencuri diberi pengarahan tentang tugas masing-masing saat melakukan aksi perampokan. Pasangan itu diminta untuk bekerja sama menyelesaikan perampokan secara virtual sedemikian rupa.

Pencuri membahas cara mendapatkan ‘pengangkutan’ barang yang realistis, dan cara untuk menghindari deteksi atau kamera. 

Pasangan pencuri itu diminta berkomunikasi dengan pasangannya untuk bertugas guna membantu menyelesaikan perampokan dengan sukses. 

Penggunaan realitas virtual memungkinkan peserta untuk merespons secara alami terhadap isyarat yang disajikan di lingkungan, dan memungkinkan pengamatan perilaku dan interaksi secara real-time

Perendaman dan kehadiran peserta akan dinilai menggunakan ukuran fisiologis misalnya, jam tangan mengukur detak jantung dan ukuran subjektif.

Hasil yang dihasilkan oleh perangkat lunak VR merekam interaksi dengan lingkungan virtual mencakuo total waktu penyelesaian perampokan, waktu yang dihabiskan di area properti target, navigasi di sekitar target, dan barang-barang  yang mereka curi. 

Rekaman (data) kemudian dianalisis guna membantu mengungkap hubungan antara interaksi teman sebaya, perilaku, dan pengambilan keputusan. Temuan itu menjelaskan sifat dan tingkat interaksi dengan lingkungan.

Mmisalnya rute yang ditempuh pencuri menuju properti sasaran, cara mereka menaksir nilai  barang berharga yang akan dicuri.

Analisis gabungan digunakan untuk menginformasikan sejauh mana VR imersif dapat digunakan untuk lebih memahami peran interaksi pencuri, diskusi, dan pengaruh selama penyelesaian tugas masing-masing pencuri. 

Temuan ini akan digunakan untuk menyempurnakan aplikasi  virtual environment (VE) untuk digunakan di masa mendatang dengan model pasangan pencuri yang  berpengalaman dan telah bertobat.

Para peneliti berharap hasil penelitian  mereka akan membantu menginformasikan inisiatif pencegahan dan rehabilitasi kejahatan di masa depan.

Penelitian para ahli University of Portsmouth yang progresif dan dinamis dengan reputasi luar biasa untuk pengajaran inovatif dan penelitian serta inovasi yang signifikan secara global, sebaiknya dimodelkan untuk menekan kasus kejahatan di Indonesia.

Budaya penelitian dan inovasi universitas ini  memengaruhi kehidupan saat ini dan di masa depan dan mengatasi tantangan lokal, nasional, dan global di bidang sains, teknologi, humaniora, bisnis, dan industri kreatif.

Rektor University of Portsmouth sebaiknya menularkan tindakan ilmiahnya kepada ratusan universitas di Indonesia dengan mengundang para jurnalis dari Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *