Industrialisasi, Konstruksi & Infrastruktur

Teknik Mendaur Ulang Sisa Kaca dan Ampas Tambang

ShareTim ahli menggunakan teknik mendaur ulang sisa kaca di pabrik dan ampas tambang seperti tailing—diubah menjadi komoditi bisnis. Bahan daur ulang itu...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >
Teknik Mendaur Ulang Sisa Kaca

Tim ahli menggunakan teknik mendaur ulang sisa kaca di pabrik dan ampas tambang seperti tailing—diubah menjadi komoditi bisnis. Bahan daur ulang itu digunakan untuk konstruksi rumah berlantai dua. Akan tetapi, produsen material kurang percaya terhadap hasil daur ulang itu, kenapa?

Teknik Mendaur Ulang Sisa Kaca
Pemanfaatan beson hasil daur ulang belum ditradisikan di Indonesia. Meski bahan baku berlimpah di alam, sebaiknya mengolah sisa material, kita lakukan agar alam tidak terus kita kuras. Beton-beton cetakan ini dibuat dari bahan alami yang digunakan untuk membangun salah satu stasiun kereta api di Jakarta Selatan menuju Bumi Serpong Damai. Teknik mendaur ulang sisa kaca dan ampas tambang  (Foto: Rayendra L. Toruan)

Bagaimana tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Volker Thome berhasil membedakan partikel satu milimeter? Teknologi yang digunakan pada proyek BauCycle—yakni proyek daur ulang sisa material menghasikan 1,5 ton material tiap satu jam—merupakan temuan baru tim ahli.

Kemudian tim membuat beton aerasi dengan menggunakan puing-puing yakni sisa bangunan yang tidak digunakan lagi. Idealnya, empat campuran murni dapat didaur ulang dan digunakan untuk produksi beton aerasi.

Bahan bangunan itu ringan dengan insulasi termal yang baik dan menurut para sarjana teknik sipil—bahan iru dapat digunakan untuk pembangunan rumah dua lantai—bahkan sebagai bahan isolasi di gedung yang membutuhkan interior.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa campuran beton dan batu bata pasir-kapur dapat didaur ulang. Bahan itu digunakan sebagai bahan baku sekunder untuk produksi beton aerasi dengan kekuatan kompetitif dan dapat diandalkan.

Tim ahli mencapai hasil terbaik dengan campuran 80 persen batu bata pasir-batu kapur dan 20 persen menggunakan beton. Hasil lain yang didapatkan dari proyek adalah berupa komponen batu bata dan beton warna gelap.

Bahan (temuan) baru itu digunakan untuk menghasilkan geopolimer, sebuah bubuk semen yakni bahan yang bersifat seperti beton dan mempunyai kekuatan dan ketahanan terhadap zat asam.

Bahan geopolimer dicirikan dengan keseimbangan CO2 yang sangat baik. Tim peneliti melakukan demonstrasi yakni uji coba potensi daur ulang dari puing-puing bangunan, dan berbagai komponen yang dihasilkan.

Penemuan para peneliti itu dipamerkan kepada publik melalui BAU expo yang berlangsung di Munich, Jerman pada 14-19 Januari 2019. Publik dan para kontraktor berkesempatan menyaksikan sampel yang terbuat dari campuran beton aerasi yang berbeda.

Menurut rilis Fraunhofer, tim ahli menunjukkan panel fasad geopolitik dan prototipe panel penyerap suara dengan porositas terbuka yang terbuat dari butiran.

“Dalam tes, komponen akustik yang terbuat dari bahan baku sekunder memiliki sifat penyerap suara yang mutunya sama dengan produk yang dijual di pasar,” cerita Dr Volker Thome Manajer Proyek BauCycle dan salah seorang ilmuwan dari IBP Fraunhofer.

Tim peneliti berupaya menciptakan komoditi yang sesuai kebutuhan pasar dan para perencana bangunan.  Sebuah platform pasar direncanakan dengan menyiapkan pasokan bahan baku.

Tujuannya agar perusahaan daur ulang sebagai produsen dapat menawarkan produk-produk baru kepada para pelanggan yakni para kontraktor.

Produsen bahan bangunan justru dapat memperoleh bahan baru yang diperlukan—semuanya berasal dari daun ulang.  

Volker Thome mengakui bahwa belum ada pemasaran produk daur ulang yang telah mapan. Kenapa hal itu terjadi? Sebagian para pelaku konstruksi masih kurang percaya dan minimnya pengetahuan mereka tentang kekuatan bahan baku sekunder itu.

Oleh karena itu, tim peneliti bekerja terus untuk menghilangkan kesenjangan atau keraguan terhadap komoditi material yang berasal dari daur ulang itu.

Konsep daur ulang yang ditimbun—berasal dari sektor konstruksi—dapat diterapkan di industri lain yang bekerja dengan hasil fraksi halus.

Kondisi seperti ini ditemukan di pabrik-pabrik yang secara rutin melakukan perawatan mekanik—termasuk daur ulang bahan (sisa) kaca.

Bahkan sektor industri tambang yang menghasilkan sisa bahan seperti tailing yakni bagian hasil tambang yang tidak dimanfaatkan, berpeluang menciptakan bisnis baru—tentu menyerahkan proses daur ulang (sisa material) pada perusahaan yang spesialis bidang daur ulang.

Jika para produsen material (bahan bangunan) menguasai teknik mendaur ulang sisa kaca dan ampas tambang—berpeluang menciptakan bisnis baru.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *