Digital & Software

Memindai bisa Lebih Radikal

SharePusat kompetensi ini didirikan tahun 2012, mengakarkan diri pada departemen untuk aplikasi industrial dan teknologi medis. Mereka kami mampu mereplikasi seluruh foto...

Written by Jurnalis Industri · 1 min read >

Pusat kompetensi ini didirikan tahun 2012, mengakarkan diri pada departemen untuk aplikasi industrial dan teknologi medis. Mereka kami mampu mereplikasi seluruh foto secara realistis.

Hanya butuh beberapa menit untuk para ilmuwan memindai patung dada tersebut. (Sumber foto/© Boris Roessler/dpa)
Hanya butuh beberapa menit untuk para ilmuwan memindai patung dada tersebut. (Sumber foto/© Boris Roessler/dpa)

Pedro Santos, ilmuwan komputer dan kepala Competence Center Cultural Heritage Digitization di Fraunhofer Institute for Computer Graphics Research IGD di Darmstadt menjelaskan bahwa,

“Menyelesaikan masalah hari ini membutuhkan kita untuk sinergi lebih dan lebih lagi. Memiliki sebuah tim multidisipliner membuat kita menyadari solusi baru tidak hanya dalam hal software tetapi juga, khususnya, dalam hal hardware. Hari-hari melakukan penelitian dalam menara gading telah berakhir.”

Pengaturan ini memperbolehkan hasil penelitian dari seluruh industrial dan proyek Uni Eropa yang bermacam-macam mengalir bersama dan dikombinasikan dengan kesuksesan besar.

Dalam pengembangan CultLab3D, satu-satunya proses digitisasi 3D di dunia yang dilakukan di sebuah sistem conveyor belt, tim menciptakan basis teknologi untuk digitisasi harta karun kebudayaan yang cepat dan efisien. Dengan CultLab3D, seluruh proses dari klasifikasi hingga sampa mengarsipkan hanya perlu beberapa menit.

CultLab3D menangkap dan merekam tak hanya geometri dan tekstur artifak tetapi juga properti material optik. Sebagai contoh, poin yang sama pada permukaan mineral akan tampak berbeda tergantung pada perspektif dan sudut dari kejadian cahaya, seperti properti absorbsi dan refleksi yang berbeda di setiap arah.

“Dengan proses yang kami lakukan, kami mampu untuk mereplikasi seluruh foto secara realistis,” Santos dengan teliti menerangkan. “15 tahun penelitian awal di balik CultLab3D sekarang telah berbuah.”

Untuk objek tertentu teknologi bahkan bisa ‘melihat’ lebih jauh dari yang bisa dilakukan mata manusia. Untuk satu dari satu-satunya 26 artifak Rongorongo yang bertahan dari Pulau Paskah, misalnya, melihat model 3D di layar sebelumnya memunculkan karakter yang belum pernah ditemukan (glyphs) kepada pemirsa.

Kecantikan dari mendekatkan ilmu virtual

Dengan menggunakan filter spesial selama proses pemindaian, CultLab3D juga bisa memberikan representasi artistik cahaya yang ditemukan pada koin kuno.

“Struktur permukaan dari uang kuno sering dijadikan subjek alterasi, seperti perubahan warna, yang dapat mengaburkan pandangan kita terhadap pekerjaan reliefnya. Dengan model digital, kita dapat melucuti tekstur permukaan untuk memunculkan bentuk original dari objek,” jelas Santos.

Seperti dijelaskan ` sebelumnya, model 3D relatif tidak berarti tanpa koneksi ke informasi yang lebih jauh untuk membantu memahaminya.

“Oleh karena itu, kami juga mengembangkan sistem anotasi spesial yang dengan ini menyambungkan replika 3D virtual dengan informasi kebudayaan dan historis seperti pembuat dan periodenya, dan juga ke artifak yang berhubungan lainnya.”

“Kecantikan dari mendekatkan ilmu virtual yang dicatatkan secara langsung pada bagian relevan dari model adalah mereka akan ada di sana selamanya–takseperti tulisan tangan–kartu indeks tertulis masih digunakan di banyak tempat penyimpanan museum saat ini, yang kadang dapat hilang. Pada saat terburuk, bisa saja informasi berharga yang hilang tak dapat diperoleh kembali,” santos menjelaskan.

Akan tetapi, seberapa baik teknologi data yang tersedia saat ini? Setelah semuanya, ini adalah sebuah pertanyaan dari penjagaan keamanan harta karun kebudayaan virtual bersama dengan rekaman lengkap dan seluruh informasi latar belakang yang tersedia–selama ratusan tahun.

Kebenaran faktanya, tak ada satupun yang muncul dengan solusi teknologi penyimpanan yang dapat melakukannya. “Itu mengapa di sini di CultLab3D kami juga melakukan penelitian intensif terhadap maslah seputar penyimpanan data,” Santos menyimpulkan. (Bahan diolah dari Cultural treasures in 3D tulisan Ulrike Zechbauer, Fraunhofer 1/15)

[box type=”note”]

Simak artikel selanjutnya dengan topik FUNGSI Digitisasi 3D (3)
Drone Mendigitalisasikan Situs Arkeologi dari Udara

[/box]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *