Indonesia sedang membangun hilirisasi—merupakan peluang bagi Mariya Prempeh dan Marcelo Tarkieltaub untuk menawarkan teknologi otomasi dan transormasi digital buatan Rockwell Automation.
Penulis/editor: Marinus L Toruan
mmINDUSTRI.co.id – Rockwell Automation (sumber): Indonesia sedang membangun hilirisasi di bidang industry—utamanya energi, tambang, manufaktur, dan sebagainya. Untuk itu, Indonesia membutuhkan teknologi otomasi, inovasi, tranformasi digital, dan sebagainya.
Salah satu produsen teknologi otomasi, inovasi, dan transformasi digital kelas dunia adalah Rockwell Automation.
Belum lama ini, Mariya Prempeh ditetapkan sebagai manajer baru Rockwell Automation Singapura.
Mariya Prempeh diberi tanggung jawab untuk operasional bisnis utamanya penjualan produk dan jasa di Singapura.
Mariya Prempeh bekerja sama dengan bosnya, Marcelo Tarkieltaub yang menjabat Direktur Regional kawasan Asia Tenggara Rockwell Automation. Kedua bos Rockwell ini tentu mencermati kebutuhan teknologi otomasi dan transformasi di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Penunjukan Mariya Prempeh berkat pengalamannya di bidang penjualan dan pemasaran bidang teknologi yang ditekuninya selama lebih 10 tahun di perusahaan kelas dunia.
Sebelum bergabung dengan Rockwell Automation, dia pernah menjabat general manajer Leica Geosystems anak usaha grup Hexagon di Singapura.
Di Leica Geosystems, Mariya Prempeh bertanggung jawab agar tim penjualan mampu berkinerja tinggi meski beragam masalah yang terjadi terutama karena pandemi COVID-19. Akan tetapi, dia justru membantu perusahaan dengan pertumbuhan keuangan yang signifikan.
Mariya Prempeh pernah berkarya di perusahaan Hilti Corporation, sebuah perusahaan multinasional yang mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan produk khusus industri konstruksi, pemeliharaan gedung, energi, dan manufaktur.
“Saya senang bergabung dengan Rockwell Automation sebagai manajer. Saya akan memperluas kesuksesan perusahaan di sektor manufaktur khususnya bidang ilmu hayati, semikonduktor, minyak, dan gas,” janji Mariya Prempeh.
Dia bertekad untuk memanfaatkan keahliannya guna memperkuat kemampuan tim dan mempercepat pertumbuhan penjualan teknologi otomasi dan transformasi digital buatan Rockwell Automarion. Ia berharap permintaan terus meningkat untuk solusi manufaktur cerdas.
Rockwell Automation berbisnis di Singapura sejak tahun 1991. Kantor perusahaan di negeri berpenduduk lebih 5 juta jiwa itu merupakan pusat Asia Pasifik dan Asia Tenggara—memiliki fasilitas manufaktur berskala besar.
Perusahaan didukung oleh jaringan mitra yang kuat dengan hampir 200 distributor dan mitra sistem integrator di seluruh Asia Tenggara.
Sebagai pemimpin pasar dalam transformasi digital dan otomasi industri, Rockwell Automation menawarkan berbagai produk dan solusi, termasuk solusi The Connected Enterprise®, dan sistem eksekusi manufaktur.
Selanjutnuya, Rockwell juga kuat di bidang transformasi digital, sistem manufaktur cerdas, antarmuka mesin manusia, dan perangkat cerdas seperti in- I/O modular kabinet dan teknologi gerobak yang independen.
“Pengadopsian otomatisasi dan teknologi canggih terus berkembang di kawasan ini. Menurut laporan Deloitte, Singapura adalah salah satu negara paling siap untuk otomasi, berada di belakang Australia dan di depan Jepang,” papar Marcelo Tarkieltaub, Direktur Regional kawasan Asia Tenggara Rockwell Automation.
Oleh sebab itu, Singapura sebagai pasar yang penting bagi Rockwell di Asia Tenggara—memberikan kontribusi yang signifikan bagi bisnis di seluruh Asia dan dunia, tandas Marcelo Tarkieltaub.
Bagaimana dengan pasar Indonesia, Pak Marcelo Tarkieltaub?
Marcelo Tarkieltaub memuji Mariya Prempeh untuk memperkuat posisi dan memenuhi permintaan yang meningkat di kawasan ini untuk solusi manufaktur canggih.
Kemampuan Mariya Prempeh yang besar dalam memimpin operasional bisnis dan membina tim berkinerja tinggi, serta pengetahuannya di berbagai sektor teknologi justru membantu Rockwell Automation yang semakin luas di kawasan ASEAN.
Sektor manufaktur adalah kontributor utama produk domestik bruto (PDB) Singapura, menyumbang sekitar 21 persen atau S$106 miliar dari PDB. Sektor ini menyerap sekitar 450.000 pekerja, sekitar 12 persen dari tenaga kerja nasional.
Sekadar catatan bagi petinggi grup Rockwell Automation bahwa kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Indonesia mencapai 29,1 persen tahun 2021.
Program hilirisasi yang sedang diutamakan di Indonesia membutuhkan teknologi otomasis, inovasi, dan transformasi digital. Di beberapa kawasan undusri, sedang dibangun beragam smelter untuk menjadukan bahan baku (tambang hasil Indonesia) menjadi produk setengah jadi.