Industrialisasi, UMKM

Mahasiswa Berkarya Bersama Warga, Berbagi Ilmu kepada UMKM

ShareAksi mahasiswa berkarya dengan berbagi ilmu pengetahuan kepada pelaku UMKM, merupakan  salah satu wujud dharma perguruan tinggi seperti dilakukan oleh Universitas Prasetiya...

Written by Marinus L Toruan · 3 min read >

Aksi mahasiswa berkarya dengan berbagi ilmu pengetahuan kepada pelaku UMKM, merupakan  salah satu wujud dharma perguruan tinggi seperti dilakukan oleh Universitas Prasetiya Mulya. 

Prof.Dr. Djisman Simandjuntak, Rektor Universitas Prasetiya Mulya (kiri, tangah)  bersama Acep Purnama, Bupati Kuningan (ke-5 dari kanan)  bersama jajaran Universitas Prasetiya Mulya dan Pemerintah Kebuparen Kuningan (Foto/@:  Universitas Prasetiya Mulya]

Penulis/editor: Marinus L Toruan

mmINDUSRI.co.id – Universitas Prasetiya Mulya (sumber):  Apa bentuk dharma perguruan tinggi yang bernilai dan bermanfaat bagi masyarakat? Salah satu dari tiga poin dharma perguruan tinggi itu adalah mahasiswa berkarya misalnya memberdayakan masyarakat melalui program pelatihan praktis. 

Salah satu perguruan tinggi yang mengamati peran pelaku UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) di Jawa Barat adalah Universitas Prasetiya Mulya yang mempunyai kampus di kawasan Jakarta Selatan. 

Rektor Universitas Prasetiya Mulya adalah Prof. Dr. Djisman Simandjuntak yang mengikut sertakan para mahasiswanya berkarya di kawasan Kabupaten Kuningan.  

Menurut pengamatan Universitas Prasetiya Mulya, jumlah pelaku UMKM di  Jawa Barat mencapai 128.000 unit usaha yang tersebar di area seluas 1.194 km2. Dengan jumlah penduduk sekitar 1,2 juta jiwa, wilayah  Kuningan memiliki potensi besar yang berasal dari sumber alam dan kearifan lokal.

Contohnya adalah kopi yang dengan ilmu mengolah kopi maka nilai tambah berpengaruh terhadap nilai jual.

“Kabupaten Kuningan merupakan salah satu daerah yang cukup tua di negeri ini dan  memiliki banyak kearifan lokal, pusaka bangsa yang perlu dipelajari oleh kaum muda,” kata Prof Djisman S. Simandjuntak, Rektor Universitas Prasetiya Mulya.

Belum lama ini, dia bersama para mahasiswanya  menghadiri ajang Saung Rahayat 2023 di Kuningan. Keikut-sertaannya merupakan bentuk motivasi bagi para mahasiswa agar sudi sekali-kali keluar  dari  kampus Universitas Prasetiya Mulya dan terjun langsung ke daerah.

Para mahasiswa berkesempatan merasakan tantangan yang dihadapi masyarkat dan coba mencarikan  solusi ampuh yang bermanfaat bagi para pelaku usaha seperti yang terjadi di Kota Kuda dan  secara perlahan ekonomi bangkit pacaderaan pandemi. 

“(Dunia) UMKM adalah panggilan pertama universitas. Tanpa (peran) UMKM suatu negara bisa rapuh,” tujar Prof Dr Djisman Simandjuntak yang sudah menjadi dosen senior sebelum Prasetiya Mulya menjadi universitas.

Kehadiran pimpinan dan sejumlah mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya tentu saja disambut gembira penuh rasa syukur oleh orang nomor satu di Kabupaten Kuninan yakni H. Acep Purnama selaku Bupati.

Dengan keberadaan para mahasiswa, ungkap Acep Purnama, para mahasiswa merasakan langsung  denyut nadi perekonomian di Kuningan.  Dia berharap pelaku UMKM di Kabupaten Kuningan dapat  menjadi pelaku usaha yang tangguh untuk menghadapi situasi sebesar  apa pun pada masa berikutnya.

Dukungan Universitas Prasetiya Mulya semoga terus berkesinambungan. Peran pelaku UMKM merupakan kegiatan ekonomi yang dibangun atas asas kebersamaan dan kerakyatan hingga tercapai kemandirian yang kuat demikian Bupati Kuninga.

Bagaimana bentuk dukungan mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya? 

Para mahasiswa menjual produk buatan pelaku UMKM yang mereka dampingi (Foto/@: Universitas Prasetiya Mulya)

“Alhamdulillah sekarang pencatatan penjualan lebih rapi,” tutur Dedi Supriyadi, salah satu pengurus kelompok kopi liberica Sirung Tanjung, Desa Cipasung, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan.

Kopi liberica merupakan kopi khas Kabupaten Kuningan. Kelompok kopi Sirung Tanjung memiliki tiga kelompok, yaitu petani, pengolah, dan penjual. Dedi berada di kelompok penjual yang menawarkan kopi yang telah diolah menjadi minuman khas dan selanjutnya dinikmati oleh konsumen.

Masalah klasik yang mereka hadapi adalah manajemen penjualan. Menurut Dedi, selama ini pengeluaran dan pemasukan selalu berbeda, sehingga kurang paham jumlah  keuntungan sebenarnya yang didapatkan.

Namun, kondisi itu berubah setelah hampir satu bulan mereka mendapatkan pendampingan dari mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya. Mahasiswa memetakan masalah atau membuat semacam matriks, dan pelaku UMKM pun dibekali dengan sebuah tablet agar mudah mencatat data pemesanan dari pembeli. 

Pencatatan data itu tidak akan hilang dan bisa langsung memperlihatkan total pelanggan yang membeli hari per hari. Sedangkan Inin pengusaha rengginang merek Ceu Mimin sumringah (malu-malu) dengan kedatangan mahasiswa yang mendampinginya untuk menjual produknya. 

“Tentu senang. Nanti produksi tidak terganggu walaupun tidak ada panas (cahaya matahari),” tutur Iin dengan dialek Sunda yang adik  pengusaha rengginang Ceu Mimin di Desa Haurkuning, Kecamatan Nusaherang.

Adiya Maharani perwakilan kelompok yang mendampingi rengginang Ceu Mimin mengungkapkan bahwa sebelumnya mereka telah mempelajari dan melakukan pemetaan tentang kendala yang dihadapi oleh para pelaku UMKM.

“Untuk pemasaran mereka sudah bagus. Sudah ada dionlinekan, sudah menitipkan ke toko oleh-oleh, dan melakukan cara yang lain,” tutur Adiya bersemangat.

Salah satu bentuk implementasi dharma perguruan tinggi seperti dilakukan oleh para mahasiswa Univeristas Prasetiya Mulya (Foto/@: Universitas Prasetiya Mulya)

Akan tetapi,  produksi pengolahan rengginang Ceu Mimin sangat bergantung pada cuaca  alam. Kalau sinar matahari agak terganggu seperti pada musim penghujan maka produksi rengginang dipastikan terganggu bahkan bisa juga tidak berproduksi.

“Kami membuatkan mesin oven agar produksi rengginang tidak terganggu,” inilah salah satu solusi seperti diungkapkan oleh Adiya.

Demikian pula kelompok yang digawangi Vincent memberikan pendampingan hingga solusi agar UMKM yang mereka dampingi bisa meningkatkan produksi dan meluaskan penjualan.

Mendampingi UMKM pebisnis kopi, Vincent dan teman-temannya berupaya meningkatkan produksi penjualan kopi ibu Yeyet, pemilik kopi She’ Edun.

Setelah dua tahun, biji kopi yang digunakan Yeyet untuk menjadi kopi hanya 30 kilogram. Vincent dan kawan-kawan memperbaiki packaging dan logo kopi. 

Mahasiswa membantu cara memasarkan kopi original dan kopi jahe. Disarankan untuk menggunakan pemasaran digital agar jangkauan pasar  lebih luas dan bahkan dapat mendunia.

Dekan School of Business and Economics Universitas Prasetiya Mulya, Fathony Rahman, DBA, menjelaskan, program yang setara dengan 4 SKS itu mengemban amanah yayasan untuk mengembangkan usaha kecil menengah di Indonesia. 

“Kegiatan ini merupakan bagian dari program pembelajaran di kampus. Salah satunya mengusung collaborative learning by enterprising. Mahasiswa membentuk kelompok dan tiap kelompok  membantu pelaku UMKM,” jelas  Fathony Rachman.

Setiap kelompok terdiri atas delapan mahasiswa dari berbagai jurusan. Mereka melakukan pengenalan dan pemetaan sejak awal semester terhadap pelaku usaha yang akan didampingi. Setelah itu, selama hampir satu bulan para mahasiswa tinggal bersama pelaku usaha untuk mewujudkan ide.

Setelah melakukan pendampingan, seluruh mahasiswa dan pelaku UMKM yang mereka dampingi berkumpul dalam kegiatan Saung Rahayat 2023 merupakan puncak acara dari rangkaian program Community Development.

Selain memamerkan produk UMKM, mereka menghadirkan kegiatan budaya, pariwisata hingga pemberdayaan masyarakat dengan tema Rindu atau Rahayu Sang Windu. Kegiatan itu itu merupakan perayaan bersama antarwarga Kabupaten Kuningan dan para mitra program Community Development.

Para mahasiswa pendamping pro-aktif menjajakan produk-produk para UMKM kepada pengunjung acara perayaan bersama.

Selamat Universitas Prasetiya Mulya dan Bupati Kuningan!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *