Bagaimana ketangguhan hotel menghadapi krisis? Uraian hasil studi di Jerman ini dapat dimodifikasi oleh para pengelola hotel. Menurut Kompas.com 1.226 hotel di Indonesia terpaksa tutup yang berdampak bagi 150.000 orang karyawan.
Ketangguhan Hotel Hadapi Krisis
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani menceritakan kepada Kompas.com 1.226 hotel terpaksa tutup hingga 6 April 2020. Selain agen perjalanan dan bisnis penerbangan, hotel termasuk sektor bisnis yang menderita kerugian yang disebabkan COVID-19.
Penutupan hotel itu tentu berdampak bagi 150.000 orang karyawan seperti diungkapkan oleh Hariyadi Sukamdani pemilik hotel grup Sahid Jaya itu.
Dengan berbagai layanan di hotel, yang melibatkan kontak langsung kepada tiap orang atau tamu hotel, industri hotel dan pariwisata sangat menderita. Wabah COVID-19 yang hingga saat tulisan ini disiapkan, masih ‘panglima’ penyebab penyakit pernapasan di dunia.
Bagaimana bisnis hotel bertahan dan tangguh menghadapi krisis kemudian melanjutkan operasional bisnis, dan tetap menegakkan aturan protokol kesehatan seperti distancing physically?
Lakukan konsep hotel digital, demikian advis jitu yang merupakan sebuah laporan baru atau hasil studi proyek penelitian yang dlilakukan oleh tim ahli (ilmuwan) dari FutureHotel Fraunhofer IAO di Jerman, belum lama ini.
Hasil studi itu menunjukkan potensi jalan yang harus ditempuh oleh para pengelola hotel menuju arah ke depan.
Tim peneliti menjelaskan bahwa para pengelola hotel harus menerapkan the new normal concept berbasis digital sebagai upaya mewujudkan ketahanan yang ampuh untuk menghadapi krisis.
Dengan banyak layanannya yang melibatkan kontak pribadi dan interaksi antarmanusia, sektor hotel merupakan bisnis yang high-touch industry karena manusia melakukan tatap muka dalam jarak dekat dengan sentuhan yang kerap dilakukan.
Sebagian negara melalukan langkah-langkah yang strategis untuk menahan dan menghambat penyebaran virus korona atau COVID-19 seperti penerapan lockdown atau di Indonesia kita kenal dengan diksi BSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar.
Dampaknya berimplikasi signifikan terhadap mobilitas manusia. Contohnya penutupan perbatasan antarkota, antardaerah, dan antarnegara telah menghentikan aliran tamu hotel.
Tindakan ini menyebabkan industri mengalami kesulitan ekonomi yang luar biasa di sejumlah negara.
Contohnya di Jerman, pada Maret 2020, pemesanan hotel internasional turun 75 persen.
Meskipun pembatasan pemerintah Jerman harus dilonggarkan dalam waktu dekat ini (Juni 2020), hotel dan pasar pariwisata memiliki efek jangka panjang untuk ditangani. Bagaimana solusinya?
Solusi yang paling ideal diterapkan adalah menerapkan non-kontak antara pegawai dan tamu di hotel. Para pengelola hotel memerlukan cara baru untuk membantu operasional hotel kembali seperti biasa.
Hotel kembalilah menerima tamu asalkan pengelola memastikan lebih siap dan tangguh untuk menghadapi krisis.
Dalam konteks ini, ungkap para peneliti saatnya untuk menerapkan digitalisasi dalam menawarkan berbagai pelayanan baru yang justru kemungkinan potensinya lebih besar.
Sebagai bagian dari proyek penelitian FutureHotel pimpinam Institut Fraunhofer untuk Teknik Industri IAO, institut dan para pelaku industri perhotelan melakukan studi ilmiah.
Mereka secara teratur berbagi ide gagasan atau pengalaman yang dilakukan antara satu orang dan orang-orang lain yang dilakukan melalui jaringan inovasi yang disebut eponymous sejak tahun 2008.
Dengan tajuk FutureHotel–the smart and resilient hotel atau Masa depan hotel cerdas yang tangguh yang merupakan laporan kelompok peneliti yang mengerjakan proyek, dan kemudian menawarkan kiat-kiat khusus kepada pemilik hotel.
Kiat-kiat itu dilaksanakan untuk periode selama dan setelah pandemi #Coronavirus atau pascaCOVID-19. Kiat dan tip itu merupakan panduan bagi para pengelola hotel agar dapat memroses digitalisasi untuk melanjutkan bisnis perhotelan.
Empat area yang merupakan aksi strategis untuk membuat transformasi digital di manajemen hotel menjadi lebih jelas dan mudah dipahami, demikian Vanessa Borkmann seorang ilmuwan di Fraunhofer IAO merangkap kepala jaringan inovasi di FutureHotel, dan penulis penelitian.
Vanessa Borkmann menjelaskan, “Hotel cerdas dan tangguh adalah hotel yang menunjukkan tingkat digitalisasi yang tinggi. Dengan demikian hotel berada dalam posisi untuk selamat dari situasi yang menekan, mengancam (kehidupan bisnis) tanpa operasional terganggu dan bisnis mereka berlangsung lama meski virus korona belum usai.”
Bagian apa saja di hotel yang harus menerapkan digitalisasi? Simak penjelasan di artikel lainnya.