Industrialisasi, Teknologi Informasi

Kendaraan Lebih Manusiawi Dibanding Orang, Apa Kita tidak Malu?

SharePenggunaan teknologi 5G dan algoritma memungkinkan machine-to-machine sehingga kendaraan labih manusiawi ketika berada di jalan. Bagaimana cara menjerat penabrak lari di Indonesia...

Written by Erwin Prasetyo · 2 min read >
Kendaraan Lebih Manusiawi

Penggunaan teknologi 5G dan algoritma memungkinkan machine-to-machine sehingga kendaraan labih manusiawi ketika berada di jalan. Bagaimana cara menjerat penabrak lari di Indonesia yang tega tinggalkan korbannya?

Kendaraan Lebih Manusiawi
Kendaraan-ke-kendaraan (M-to-M) dapat saling berkomunikasi yang meminimalisasi kecelakaan. (Foto: futuretecharena.blogspot.com)

Para ahli berusaha mewujudkan idealisme atau mimpi mereka agar orang-orang modern yang berkendara semakin berbudaya menggunakan jalan raya. Korban kecelakaan semakin bertambah.

Sekadar contoh, pada lima bulan pertama tahun 2016, menurut Media Indonesia, jumlah korban tabrak lari mencapai 3.314 orang yang terjadi di Jakarta. Angka korban kecelakaan itu dapat dikurangi secara signifikan dengan menggunakan teknologi canggih.   

Bahkan suatu hari teknologi memungkinkan untuk menangkap pelaku penabrak lari. Sekarang ini para peneliti Fraunhofer menggeluti penerapan teknologi baru yang digunakan di setiap kendaraan—termasuk menciptakan perangkat keras dan aplikasi.

“Kami tidak menggunakan perangkat keras radio khusus, tetapi sepenuhnya membangun kembali teknologi nirkabel dengan dukungan perangkat lunak,” tutur pemimpin proyek Jens Pilz seorang peneliti Fraunhofer HHI.

Temuan tim peneliti itu dianggap sebagai keyboard virtual di layar komputer. Analoginya, Anda dapat membuat not tanpa membutuhkan instrumen musik.

“Semua fungsionalitas, semua tingkat pemrosesan data, yang biasanya tersimpan di chip yang kami representasikan merupakan teknologi berbasis algoritma,”  ujar Jens Pilz. “Ini memungkinkan kami untuk membandingkan teknologi secara langsung.”

Tim peneliti bekerja bukan hanya di laboratorium. Tim pimpinan Jens Pilz dapat menghubungkan perangkat lunak secara langsung ke kendaraan, menghubungkan komputer ke antena on-board. Ini memungkinkan teknologi untuk diuji di jalan.

Data kendaraan seperti kecepatan dan posisi lajunya saat ini diproses dalam kendaraan dengan format data industri sesuai dengan standar ETSI-ITS.

Perangkat lunak buatan Fraunhofer HHI dapat membaca data kendaraan dalam format data ETSI-ITS sehingga dapat digunakan tanpa menimbulklan masalah di kendaraan modern jenis apa pun.

ETSI adalah lembaga yang disebut European Standards dengan peran penentu Intelligent Transport Systems (ITS) yakni sistem transportasi cerdas yang berlaku di Eropa.

Platform uji coba mendukung standar nirkabel dengan teknologi  5G, “Ini memungkinkan kami untuk menawarkan sistem yang kami buat sebagai platform uji coba bagi produsen,” papar Jens Pilz.

“Tanpa perangkat keras, Anda dapat menguji dan membandingkan aplikasi 802.11p atau LTE V2X Sidelink. Ini memungkinkan Anda menguji teknologi bahkan sebelum chip bernama LTE-V2X Sidelink dijual di pasar.”

Jens Pilz menambahkan, tim ilmuwan menekankan bahwa perangkat lunak juga akan menguasai standar nirkabel teknologi 5G baru, yang akan diluncurkan beberapa tahun mendatang.

Standar ini saat ini dalam koordinasi internasional—sejauh ini hampir tidak ada solusi perangkat keras. Dalam hal ini, tim Jens Pilz menawarkan kesempatan untuk mencoba ide-ide untuk aplikasi 5G masa depan.

Bagaimana tampilan perangkat lunak buatan  Fraunhofer HHI bekerja dapat diakses di Mobile World Congress yang berlangsung di Barcelona, Italia pada  25-28 Februari 2019. Para ahli dari Fraunhofer HHI mempresentasikan sistem yang mereka ciptakan di stan no. G31, hal 7.

Sementara laman futuretecharena.blogspot.com menjelaskan,  bahwa semakin banyak mobil kelas atas dilengkapi dengan sensor yang mampu melihat kendaraan pada titik buta pengemudi yakni lokasi yang tidak dapat dilihat pengemudi.

Alat sensor mampu memperingatkan jika pengemudi menempatkan mobil melaju meleweat jalur yang salah. Meski teknologi ini menggunakan sensor radar, laser, atau video, pandangan (jarak pandang) tetap terbatas.

Inilah perlunya komunikasi mobil-ke-mobil yang dapat memberikan peringatan lebih awal misalnya ketika sebuah mobil mendadak rem disusul oleh beberapa kendaraan lainnya sehingga terjadi tabrakan beruntun.

Berkat penggunaan teknologi seperti Machine-to-Machine (Intel M2M),  kendaraan-kendaraan yang sedang melaju dapat berbagi data (informasi) dan memperingatkan pengemudi untuk menghindari  kecelakaan.

Bukan hal baru lagi bahwa sebuah mobil mampu mencari tahu rute alternatif berdasarkan informasi real-time yang pada gilirannya membantu mengurangi kepadatan arus lalu lintas dan meningkatkan keselamatan (safety) di jalan raya.

Dengan teknologi canggih yang terdapat di setiap mobil memungkinkan antarkendaraan saling membantu melalui komunikasi.

Kendaraan yang mampu memperingatkan kedaraan lainnya, seolah lebih manusiawi ketimbang manusia yang langsung melarikan diri—ini di Indonesia—jika menabrak orang.

Proyek penelitian Safe Intelligent Mobility (simTD) yang sedang dikembangkan di Jerman bertujuan untuk  menguji kepraktisan komunikasi Car-to-X—hasil tim penilti bekerja sama dengan perusahaan Daimler.

simTD menggunakan teknologi nirkabel berdasarkan standar WLAN konvensional dan mengintegrasikan teknologi seluler UMTS dan GPRS yang memungkinkan setiap kendaraan mampu menghasilkan dan mengirimkan informasi penting ke pihak terkait lalu lintas di jalan.

Saatnya Indonesia menerapkan teknologi komunikasi agar tercipta  kendaraan lebih manusiawi dibanding orang sekaligus menjerat penabrak lari yang tidak malu dan tega meninggalkan korbannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *