Indonesia

Ini Kisah Senjata Pamungkas Buatan Pindad

ShareMalaysia, Filipina, Brunei Darussalam, dan Thailand membeli senjata buatan Pindad. Afrika, Madagaskar, Mesir, Nigeria,  Mozambiq, Kuwait, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab,...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >

Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, dan Thailand membeli senjata buatan Pindad. Afrika, Madagaskar, Mesir, Nigeria,  Mozambiq, Kuwait, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar merupakan potensi pasar lebih US$300 juta.  

Panser Badak yang sedang uji coba meliputi daya jelajah, daya tembak ke berbagai arah, dan lain-lain. Setelah mendapat sertifikasi, TNI memesan 50 unit panser Badak yang diproduksi oleh Pindad. (Sumber foto: Pindad)
Panser Badak yang sedang uji coba meliputi daya jelajah, daya tembak ke berbagai arah, dan lain-lain. Setelah mendapat sertifikasi, TNI memesan 50 unit panser Badak yang diproduksi oleh Pindad. (Sumber foto: Pindad)

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)  telah membeli dan menggunakan 46 panser buatan PT Pindad. Panser berwarna putih dengan tulisan UN itu telah digunakan oleh pasukan perdamaian PBB di Lebanon. Pembelian panser buatan Pindak itu merupakan pengakuan atas prestasi putra-putri terbaik Indonesia.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan kita pun sudah menggunakan 100 panser Anoa. Ketika Wakil Presiden mengunjungi lokasi pabrik Pindad di Bandung, didampingi oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pada awal tahun 2016, Jusuf Kalla memesan 50 unit panser Badak. Sedangkan negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, dan Brunai Darussalam telah melengkapi persenjataan (panser) yang mereka beli dari Pindad.

Bagaimana awalnya Pindad memproduksi panser? BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) melakukan riset panser Angkut Personel Sedang (APS) pada tahun 2003. BPPT berhasil mengembangkan riset APS-1 hingga APS-3 yang mampu bermanuver di darat, perairan dangkal, dan danau. BPPT terus mengembangkan riset dan kemudian menghasilkan varian 4X4 dan disempurnakan untuk diaplikasikan kemampuan amfibinya pada varian 6×6—inilah yang diproduksi oleh PT Pindad.

Selum dipasarkan, PT Pindad melakukan uji coba panser APS-3 bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional pada 10 Agustus 2008. Kementerian Pertahanan menamai panser itu dengan APS3-Anoa. Pindad berhasil memproduksi 10 panser (pertama) APS-3 Anoa. Selanjutnya, Pindad  memproduksi seri terbaru APS-3 Anoa yang dapat dimanfaatkan untuk angkut medis, logistik, armored recovery vehicle (penderek ranpur yang sedang mogok) dan varian mortir. 

Sejak tahun 1993, Pindad bekerja sama dengan berbagai pihak—dalam (termasuk Pindad) dan pihak luar negeri—untuk mengembangkan teknologi fungsi kendaraan khusus termasuk kendaraan anti-peluru.  Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas bisnis dan penguasaan teknologi.

Pujian perusahaan dari Belgia

Hasilnya adalah kendaraan taktis yakni panser yang telah digunakan TNI dan Polri. Konstruksi dan komponen kendaraan dirancang sedemikian rupa sehingga panser Anoa berukuran 6 X 6 yang telah diproduksi sebanyak lebih 260 kendaraan—terdiri dari berbagai varian sesuai dengan permintaan dan kebutuhan pelanggan. Panser Anoa adalah kendaraan armoberuured medium personnel carrier. Harga satuan panser diprediksi di atas Rp8 miliar.  

Direktur Utama Pindad, Silmy Karim menjelaskan kepada Pers bahwa panser Badak merupakan panser varian terbaru yang sedang memasuki tahap sertifikasi dari Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat. Setelah mendapatkan sertifikasi, panser Badak itu akan diproduksi massal pada tahun 2016.‬ Panser Badak itu menggunakan senjnata cannon berkaliber 90 mm. Kapasitas produksi 30 unit panser Badak per tahun yang  dapat ditingkatkan sesuai dengan permintaan.

Panser Badak merupakan hasil modifikasi yang menggunakan mesin diesel 6 silinder berkekuatan 340 tenaga kuda, monocoque body, dan mampu menahan tembakan amunisi hingga 12,7 mm. Sedangkan penggunaan teknologi double wishbone independent suspension bertujuan untuk menjaga kestabilan kendaraan saat menembakkan cannon 90 mm.

Pindak merencanakan ekspor dengan potensi bisnis senilai di US$300 juta pada tahun 2018. Negara-negara yang dibidik adalah Afrika, Madagaskar, Mesir, Nigeria,  Mozambiq, Kuwait, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Oleh karena itu, Pindad sedang membuat prototipe panser.

Selain memproduksi panser Badak, Pindad akan segera meluncurkan tank boat dengan (panser) cannon 105 milimeter dan senapan serbu terbaru SSX 7.62 mm.‬ Pindad sedang mengerjakan produksi prototipe medium tank bekerja sama dengan Turki sejak tahun 2015 yang direncanakan selesai pada tahun 2017.

Pindad menargetkan penjualan panser sebesar Rp3 triliun yang tentu saja disambut gembira oleh Menteri Perindustrian Saleh Husin. Pemerintahan Jokowi-JK memang  berambisi memacu industri pertahanan dan persenjataan buatan Pindad. Salah satu caranya adalah dengan mendongkrak pembelian produk pertahanan dari industri dalam negeri (Pindad). Langkah itu bertujuan untik memajukan industri domestik dan memaksimalkan kapasitas produksi.

Jika industri pertahanan kita semakin maju dan berkembang, hal itu akan memacu pertumbuhan industri terkait  yang lain seperti pembuatan komponen dan penggunaan bahan baja—hulu hingga hilir—termasuk penggunaan stainless steel sebagai raw material yang berasal dari perusahaan-perusahaan lain di dalam negeriu.

Pindad sukses menyelesaikan  program transfer of technology sehingga proses manufaktur panser Anoa dan Badak telah dilakukan oleh putra-putri terbaik Indonesia. Pindad bekerja sama dengan pihak asing seperti Cockerill Maintentance & Ingenierie SA Defence (CMI Defence), perusahaan pertahanan di Belgia.

Atas prestasi itu, Regional Director for Asia and Indonesia (CMI Defence), Patrick Ledig memuji hasil kerja tim PT Pindad. (Bahan diolah dari berbagai sumber seperti KOMPAS.com, liputan6.com, www.pindad.com/, dan lain-lain)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *