Industrialisasi, Teknologi Informasi

Gangguan Telekomunikasi Biak-Jayapura, Papua Tak Black Out Total

SharePT Telkom Indonesia sedang mengatasi gangguan telekomunikasi di Biak-Jayapura. Menkominfo, Johnny G. Plate memastikan jaringan segera pulih. Untuk menggelar, mengangkat kabel yang...

Written by Marinus L Toruan · 4 min read >
Gangguan Telekomunikasi

PT Telkom Indonesia sedang mengatasi gangguan telekomunikasi di Biak-Jayapura. Menkominfo, Johnny G. Plate memastikan jaringan segera pulih. Untuk menggelar, mengangkat kabel yang terputus, dan menyambung kabel, hanya satu yang dapat digunakan. Di mana ketiga kapal lainnya? 

Gangguan Telekomunikasi
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate (tengah), Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Ahmad Ramli (kiri), dan Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia, Ririek Adriansyah (kanan), menggelar Konferensi Pers Gangguan Sistem Telekomunikasi di Beberapa Wilayah Papua Pasca Putusnya Kabel Laut Ruas Biak-Jayapura, di Ruang Media Center Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta. Gambar kanan memperlihatkan pekerja menyambung kabel di bawah laut.  Gangguan telekomunikasi Biak-Jayapura   (Foto/@: AYH/Kementerian Komunikasi/s.yimg.com)

Penulis/editor: Marinus L. Toruan

mmINDUSTRI.co.id Terjadi gangguan jaringan telekomunikasi akibat putusnya Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) di  ruas Biak-Jayapura. 

Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G. Plate gangguan itu tidak membuat Papua mengalami total blackout. Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia sedang menangani dan memulihkan jaringan di wilayah terdampak.

Johnny G. Plate menjelaskan putusnya kabel laut itu berdampak pada total traffic dari normal sistem komunikasi di seluruh Papua sekitar 154 Gbps dari total traffic di Papua sebesar 464 Gbps, atau yang terdampak hanya sepertiga dari total traffic.

“Saya tekankan (gangguan) ini karena ada kesan seolah-olah putusnya kabel tersebut mengakibatkan total black out di Papua, tidak betul. Yang betul terdampak pada 154 dari total 464 Gbps,”  urai Menkominfo pada Konferensi Pers di Kantor Kemenkominfo di Jakarta baru-baru ini. 

Menteri Johnny G. Plate menjelaskan area atau daerah yang terdampak gangguan di Papua berada pada 4 titik: kota Jayapura, Abepura, Sentani, dan Sarmi. “Bukan di seluruh Papua,” ujar Johnny G. Plate.

Mengawali penjelasannya, Johnny G. Plate menyebutkan bahwa pada Jumat, 30 April 2021 pukul 19.40 WIB atau pukul 21.40 WIT, telah terjadi gangguan telekomunikasi akibat putusnya kabel laut ruas Biak-Jayapura. 

“Tepatnya pada posisi 280 kilometer dari kota Biak dengan kedalaman 4.050 meter di bawah permukaan laut (Mdpl),” ungkap Menteri Johnny G. Plate.

Menurut  Menteri, berdasarkan hasil pengamatan, terjadinya gangguan infrastruktur telekomunikasi tersebut disebabkan karena faktor alam.  

“Mengapa? Karena ini bukan baru pertama kali terjadi putusnya kabel optik bawah laut di wilayah tersebut,” jelas Johnny G. Plate.

Menkominfo menyatakan, putusnya SKKL di wilayah yang sama sebelumnya telah lima kali terjadi. Berdasarkan hasil evaluasi, faktor utama adalah faktor alam. 

“Empat kejadian sebelumnya diakibatkan oleh faktor alam, dan satu akibat dari alat bantu penangkapan ikan. Sehingga, dapat kami simpulkan sementara sebelum nanti keputusan atau evaluasi akhir disampaikan kepada media, yaitu potensi diakibatkan oleh faktor alam,” tuturnya.

Guna mengatasi dan menanggulangi kejadian tersebut, Johnny G. Plate menegaskan Kementerian Kominfo telah melakukan koordinasi secara terus menerus dengan PT Telkom dalam upaya penanganan dan pemulihan jaringan di wilayah terdampak.

“Berdasarkan informasi yang kami peroleh, kapasitas backup yang tersedia seluruhnya sebesar 4,7 Gbps. Sekali lagi, yang terdampak 154 kapasitas backup seluruhnya 4,7 Gbps,” papar Johnny G. Plate.

Adapun kapasitas 4,7 Gbps itu ditunjang dari pemanfaatan link satelit sebesar 2.662 Mbps, radio long haul Palapa Ring Timur 500 Mbps atau setengah Gbps, dan radio long haul Sarmi-Biak 1,6 Mbps atau 1,6 Gbps. 

Sedangkan untuk mengamankan kualitas link pada saat proses penyambungan, PT Telkom juga menyediakan backup link, khususnya untuk wilayah Manokwari dan Biak sebesar 40 Gbps melalui Palapa Ring Timur.

“Dengan demikian, harusnya kita pahami bahwa gangguan akibat terputusnya fiber optik itu 154 Gbps dan tersedia hanya 4,7 standby atau backup kapasitas. Sehingga belum memungkinkan pemulihan menyeluruh layanan telekomunikasi di wilayah 4 titik tersebut tekanannya di dasar laut,” jelas Menkominfo Johnny G. Plate.

Menteri Johnny G. Plate memaparkan untuk menanggulangi dan mengatasi gangguan telekomunikasi di kawasan itu, membutuhkan peralatan khusus  yaitu penggelaran kabel dengan  menggunakan kapal. 

“Indonesia memiliki 4 kapal yang mampu melakukan penggelaran kabel bawah laut. Dua di antaranya tidak berfungsi, satu sedang melakukan overhaul dan maintenance, dan hanya tersisa satu kapal yang digunakan oleh PT  Telkom untuk menggelar, mengangkat kabel yang terputus, dan menyambung kabelnya, dilakukan di wilayah timur ke arah barat,” tutur Johnny G. Plate.

Menkominfo berharap pemulihan layanan atau selesainya penyambungan kabel bawah laut itu dapat dilakukan secepatnya. Meskipun pada awal bulan Mei lalu, Kementerian Kominfo telah menyampaikan perkiraan sekitar minggu pertama bulan Mei. 

“Tadi malam  PT Telkom menjelaskan bahwa, seharusnya semalam sudah bisa diselesaikan. Namun, lagi-lagi terjadi  cuaca yang buruk di laut di sekitar wilayah terputusnya kabel. Sehingga, operasi pemulihannya masih membutuhkan waktu,” jelas Menteri Johnny G. Plate.

Oleh karena itu, Menteri berharap PT Telkom dapat menyelesaikan persoalan tersebut paling lambat dalam kurun waktu satu minggu ke depan.

 “Setidaknya di bulan ini pemulihan operasi ke kapasitas semula bisa dilakukan,” harap Menteri Johnny G. Plate seraya menegaskan agar target penyelesaian secara keseluruhan berakhir di Juni 2021. 

“Kami berharap bulan Juni ini pemulihan keseluruhan  kabel laut itu selesai, dan kita bisa mengetahui langsung penyebabnya apa,” ujar Johnny G. Plate yang saat jumpa Pers didampingi oleh Ahmad Ramli, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika, dan Ririek Adriansyah, Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia.

.Menurut Menteri Johnny G. Plate, PT  Telekomunikasi Indonesia telah menyiapkan rute-rute backup. Namun, akibat kondisi alam, permasalahan yang sama kembali terjadi. 

“Kalau dilihat gambar ini di peta, maka di wilayah itu sudah beberapa kali terjadi kabel terputus, disambung kembali putus lagi, disambung kembali putus lagi,” jelasnya.

Bahkan, sebagai langkah mitigasi, Telkom telah menyiapkan rute di wilayah utara, yaitu dari Biak sampai sekitar Sorong sepanjang lebih dari 1.100 kilo meter kabel atau 1.141 km panjang kabel bawah laut. Rute itu telah dimulai pembangunannya sejak tahun 2020, dan diharapkan selesai pada kuartal pertama tahun 2022.

“Jadi nanti di Papua ada 3 rute mencakup rute selatan, rute tengah dan rute utara. Sehingga ada transmisi data dari wilayah barat ke Papua dan dari Papua ke wilayah barat Indonesia,” jelasnya.

Menurut Menkominfo, pemulihan kabel laut tersebut juga nantinya memberikan dukungan telekomunikasi pada saat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) tetap dapat dilakukan dengan baik. 

Sebab, proses pemulihannya sendiri sudah selesai dan akan ada koordinasi lintas operator seluler dengan kementerian Kominfo dalam rangka memberikan dukungan tersedianya bandwidth yang cukup untuk penyelenggaraan PON di Papua. 

“Kami harapkan agar penggelaran fiber optik bisa selesai sehingga dukungan untuk transmisi data ke dan dari Papua bisa berlangsung dengan baik. Di saat yang bersamaan, pembangunan the last mile, Base Transceiver Station oleh Kominfo di Papua akan dilakukan di tahun 2021 dan 2022 nanti untuk keseluruhan wilayah Papua. Kami berharap, bahwa sekitar 5000 BTS dapat digelar di Papua dan siap untuk melayani masyarakat di akhir tahun 2022 nanti,” tandas Johnny G. Plate.

Sementara itu, Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia, Ririek Adriansyah menjelaskan kendala teknis terputusnya kabel laut ruas Biak-Jayapura. Menurut Ririek Adriansyah, pihaknya telah menyediakan backup secara bertahap untuk mengatasi masalah tersebut.

“Sebenarnya backup kita sediakan bertahap, karena yang namanya satelit kapasitasnya tidak sebesar fiber optik, sehingga tidak mungkin backup-nya ini menggunakan satelit dan microwave bisa sebesar yang aslinya, 154 (Gbps) tadi,” ujar Ririek.

Menurut  Ririek Adriansyah, backup yang telah disiapkan itu masih untuk mengaktifkan layanan voice (suara) yang langsung tercover pada tanggal 30 April lalu sekitar pukul 22.30 WIB.

“Selanjutnya, kita upaya menambah kapasitas backup dengan mengaktifkan lagi di satelit maupun di microwave dan juga ada fiber optik. Sehingga pada tanggal 17 Mei itu menjadi 4,7 gigabyte, seluruh layanan sebetulnya sudah recover tapi kapasitas atau speed belum kembali normal karena keterbatasan kapasitas backup yang hanya 4,7 giga,” jelas Ririek Adriansyah.

Mengenai kapal yang digunakan untuk proses penyambungan kembali kabel bawa laut mengalami keterlambatan, Ririek Adriansyah menyatakan, sejak SKKL ruas Biak-Jayapura itu terputus pada tanggal 30 April, kapal baru bisa beroperasi di awal Juni.

“Antara tanggal 1 sampai 18 Mei, kami melakukan pengurusan dan persiapan kapal yang juga harus berangkat dari titik awal keberadaannya menuju Makassar. Karena di Makassar lah kita tempat menyimpan untuk sper kabelnya, termasuk penyiapan awak dan sebagainya,” ujar Ririek Adriansyah.

Tim pekerja diberangkatkan ke Makassar dan kemudian setelah menyiapkan berbagai kebutuhan, kapal diberangkatkan pada tanggal 19 Mei 2021 menuju Jayapura. 

“Jadi baru sampai di Jayapura akhir Mei, kemudian akhir Mei sampai hari ini adalah proses penyiapan untuk penyambungannya,” imbuh Ririek Adriansyah orang nomor satu Telkom itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *