Digital & Software, Industrialisasi

Digital Himpun Data Dampak Penggunaan Masker, Apakah Pengguna Nyaman?

ShareTeknologi digital melacak dampak penggunaan masker bagi pengguna, apakah nyaman dan aman? Pengamatan ini ditulis berdasarkan penelitian yang dilakukah oleh Alessandro Chimera,...

Written by Marinus L Toruan · 2 min read >
Dampak Penggunaan Masker

Teknologi digital melacak dampak penggunaan masker bagi pengguna, apakah nyaman dan aman? Pengamatan ini ditulis berdasarkan penelitian yang dilakukah oleh Alessandro Chimera, Director of Digitalization Strategy, TIBCO Software Inc.

Dampak Penggunaan Masker
Masker dan alat pelindung lainnya terdiri dari bahan baku sepeeti plastik, tekstil, tali, closed loop, dan sebagainya. Alat pelindung itu dapat diketahui apakah digunakan secara benar dan tepat. Digital himpun data dampak penggunaan masker (Foto/@: TIBCO Software Inc.)

Penulis: Alessandro Chimera*          Editor: Marinus L. Toruan  

mmINDUSTRI.co.id – Alessandro Chimera, Director of Digitalization Strategy di TIBCO meneliti penerapan teknologi digital untuk melacak dan menganalisis dampak penggunaan penutup wajah berupa masker, pelindung kepala, dan alat pelindung lainnya di ruang publik.

Dampak Penggunaan Masker

Dengan kebutuhan untuk memakai masker atau beberapa bentuk pelindung wajah yang merupakan bagian dari cara hidup normal di berbagai negara di seluruh dunia sejak awal tahun 2020, pengguna dapat mengingatkan diri sendiri bahwa inti dari produk teknologi kesehatan ini pada dasarnya adalah inovasi non-digital. 

Terlepas dari beberapa prototipe ‘masker pintar’ bersamaan dengan aplikasi smartphone yang tepat, sebagian besar penutup wajah sebenarnya hanyalah terdiri dari sepotong bahan dan beberapa tali elastis sebagai pengikat agar melekat pada wajah atau kepala saat dikenakan.

Tentu saja, bahkan sebelum pandemi #Viruscorona banyak orang telah terbiasa memakai beberapa bentuk masker wajah, helm, penutup rambut, dan penutup kepala pelindung atau protective headgear

Dari atas ke bawah, banyak pekerja yang juga terbiasa mengenakan alat pelindung, jaket, sarung tangan, dan bahkan pelindung tubuh, bergantung pada profesinya dan lokasi pekerjaan misalnya di pabrik atau proyek seperti konstruksi yang sedang dibangun.

Namun secara sederhana, kita sekarang jauh lebih peduli karena harus memenuhi aturan, patuh, dan membutuhkan perlindungan yang ditentukan pihak otoritas seperti WHO (lembaga Kesehatan dunia) dan otoritas pemerintah setempat. 

Yang menjadi pertanyaan, dapatkah teknologi menjadi solusi yang tepat dan sesuai untuk memastikan tiap orang terutama pengguna mengencangkan sabuk pengaman atau masker, dan ikut serta berperan dalam menciptakan  keamanan orang lain di sekitar kita berada?

Untuk menemukan jawaban, dilakukanlah penelitian dengan menggunakan kecerdasan gambar yang melebihi cara RFID. 

Istilah RFID merupakan singkatan dari Radio Frequency Identification yang berkaitan dengan pengoperasian perangkat berdasarkan sinyal frekuensi Radio. Sistem RFID terdiri dari Pembaca RFID dan tag yang biasanya digunakan dalam identifikasi dan pelacakan objek.

Di masa lalu, Sebagian orang (mungkin) telah menggunakan tag RFID sebagai solusi yang bisa diterapkan untuk memantau apakah ada peralatan pelindung yang dikenakan oleh seseorang. Tag di sini berarti suatu tanda atau model untuk menginformasikan sesuatu.  

Akan tetapi,  sepintar dan bergunanya RFID, teknologi ini  masih memiliki kebatasan untuk pengaplikasian ke bidang tertentu. 

Beberapa peralatan pelindung pribadi terlalu mudah dibuang untuk mempertimbangkan penghematan  penandaan dan mungkin yang terpenting dari semuanya – bahkan ketika sinyal RFID yang terang dan berkilau mudah dilacak secara tepat.

Hal tersebut tidak dapat memberi tahu apakah seseorang mengenakan penutup pelindung dengan cara yang benar. Bagaimana dengan penggunaan jaket pelindung? 

Walaupun terdengar aneh, tentu sangat mungkin untuk memakai jaket pelindung secara tidak benar, entah resletingnya yang terbuka, atau mungkin tanpa pelampung luar jika kondisi penggunanya sedang berada  di laut. 

Contohnya, seorang pekerja di lokasi konstruksi yang membawa helm proyek di pinggang mungkin memegangnya dengan baik, tetapi mereka tidak memakainya dengan benar. 

Maka seperti yang kita semua tahu, masker penangkal COVID-19 yang dikenakan di dagu dan jika mulut dan hidung masih terbuka atau tidak tertutupi masker maka hal  tersebut tidak benar, dan tidak mencapai tujuan penggunaan masker.

Jadi apa yang harus dilakukan? Percobaan dan pembuatan prototipe sudah ditempatkan untuk menggunakan perangkat lunak berupa pelacakan gambar dalam menangkap perilaku pengguna.

Cara ini sekaligus bertujuan untuk memberikan wawasan yang dibutuhkan tentang bagaimana peralatan pelindung dikenakan di tempat kerja, dan juga saat bersantai secara benar.

Bagaimana dinamika manusia ke digital? Sekarang sudah ada beberapa referensi yang sangat baik serta uji coba yang menarik dan sedang berlangsung untuk menjelaskan mekanisme dinamika manusia ke digital.

Pintu gerbang yang dibuka untuk implementasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan analitik data yang terintegrasi.

Bidang industri transportasi telah mencoba secara teknologi dan fisik tentang seberapa mungkin melacak penggunaan penutup wajah dalam periode pemulihan pasca pandemi ini. 

Dianonimkan secara layak, mereka telah memeriksa opsi untuk membuat peta panas (heatmap) penumpang sehingga dapat melacak di mana area yang padat. Lebih jauh ke dalam analisis.

Bahkan mereka  dapat menggunakan teknologi yang dapat melacak apakah pengguna memakai masker wajah dan apakah mereka memakainya dengan benar.

Baca: Melacak Kegiatan Seseorang, Digital Bedakan Jenggot dan Dagu Wanita 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *