Digital & Software, Industrialisasi

Cara Pelaku Industri Mengatasi Dampak Digitalisasi

ShareInilah cara pelaku industri mengatasi dampak digitalisasi dan sebaiknya melibatkan ilmuwan, teknolog dan para politisi. Ingat, serangan cyber pun semakin meningkat. Inspirasi...

Written by Erwin Prasetyo · 2 min read >
Cara Pelaku Industri Mengatasi Dampak Digitalisasi

Inilah cara pelaku industri mengatasi dampak digitalisasi dan sebaiknya melibatkan ilmuwan, teknolog dan para politisi. Ingat, serangan cyber pun semakin meningkat. Inspirasi baik bagi kita di Indonesia. Digitalisasi bukan hanya domain para pelaku industri.     

Cara Pelaku Industri Mengatasi Dampak Digitalisasi
Kecerdasan buatan, teknologi 5G, sensor kognitif, dan kebebasan data merupakan fokus  Fraunhofer pada Day of Cognitive Internet Technologies di Berlin, Jerman. Para pebisnis, peneliti, dan para politisi bertemu dan bertukar pandangan. Cara pelaku industri mengatasi dampak digitalisasi (Foto/©: Fraunhofer)

Kita jarang mendengarkan suara para politisi di Indonesia yang membahas dampak gelombang revolusi Internet of Things. Simak pendapat para politisi yang bekerja sama dengan para pebisnis dan ilmuwan membahas cara mengatasi dampak digitalisasi—ini di Jerman.   

Melalui konferensi bertajuk Fraunhofer-Day of Cognitive Internet Technologies yang berlangsung di Berlin, Jerman pada 22 November 2018, sejumlah pebisnis, ilmuwan, teknolog, dan para politisi berdiskusi secara ilmiah—bukan asal bunyi.

Apa yang mereka bahas?  Para tokoh membahas kemungkinan hambatan-hambatan yang menghalangi kemajuan sektor industri pada era digitalisasi—perubahannya demikian pesat dan cepat—dapat merugikan para pelaku industri dan bisnis.

Bagaimana cara mengatasi dan memecahkan hambatan-hambatan yang akan terjadi? Tidak (mungkin) membiarkan pelaku industri bekerja tanpa bantuan stake holders—seperti ilmuwan dan politisi.

Sesuai dengan perkembangan adopsi (saat ini) dan strategi implementasi digitalisasi dan kecerdasan buatan yang diprogramkan oleh Pemerintah Federal Jerman, maka hasil diskusi harus sesuai dengan standar komunikasi seluler 5G, teknologi, dan skenario yang konkrit—merupakan kunci pembuka.

Seminggu sebelum konferensi itu dilaksanakan, Pemerintah Federal Jerman telah mengadopsi strategi implementasi pembentukan digitalisasi dan strategi kecerdasan buatan atau disebut artificial intellegent (AI).  

Peserta diskusi sepakat untuk mencapai tujuan, ukuran, dan jadwal yang jelas. Dengan demikian, digitalisasi harus dipromosikan ke perusahaan-perusahaan, masyarakat, dan para peneliti mutakhir di lapangan.

Peserta konferensi yakni palaku bisnis,  ilmuwan dan teknologi serta para politisi menghilangkan ego status atau lembaga asal masing-masing. Dengan cara demikian, mereka mampu mencapai kesepakatan agar Jerman tetap berada pada posisi kepemimpinan teknologi  AI paling di depan.

 

Bagaimana rintangan yang dihadapi perusahaan ketika digitalisasi diimplementasikan?

“Transformasi digital memungkinkan industri untuk mempertahankan dan memperluas daya saingnya. Mampu mengontrol proses jaringan, pertukaran data real-time, dan harus kuat menghadapi tantangan ketika serangan cyber kian meningkat,” jerlas  Iris Plöger seorang ilmuwan.

Ia menambahkan, teknologi kognitif dapat memberdayakan perusahaan untuk mengimplementasikan produksi digital dan proses bisnis dengan cepat dan aman. Pemerintah Federal (Jerman) harus mempromosikan solusi holistik untuk kebutuhan khusus industri.

Kebutuhan itu meliputi metode analisis data yang terpercaya dan mekanisme kontrol pembelajaran mesin. Juga penting cara peningkatan akses ke data tanpa membahayakan keamanan data dan kedaulatannya.

Di tingkat teknis, volume data yang tinggi—diperlukan untuk proses digital—ketika ditransfer ke cloud backend dan diproses secara kompleks yang menyebabkan waktu latensi tinggi sehingga membuat AI secara real-time menjadi sulit dilakukan.

Seperti yang kita tahu, Internet tidak lagi merupakan infrastruktur teknis untuk pengembangan produk digital secara lincah, layanan, dan peralatan yang fleksibel. Industri membutuhkan Internet baru untuk menciptakan kondisi infrastruktur bagi kebanyakan bisnis agar mampu menggunakan AI.

“Kami bekerja di cluster multidisiplin untuk mengembangkan Internet kognitif baru bagi para pelaku industri dengan konsep-konsep baru dan teknologi kunci sensor kognitif, kedaulatan data, dan ekonomi data serta metode baru pembelajaran mesin,” urai Prof Claudia Eckert kepala Fraunhofer-Cluster of Excellence Teknologi Internet Kognitif.

Sensor kognitif memungkinkan analisis industri di sensor lapangan dan mencegah latensi tinggi. Data yang kecil dapat digandakan dengan menggunakan mesin pembelajaran yang diinformasikan dan  mencapai hasil yang diandalkan.

Perusahaan bereaksi terhadap peristiwa secara real-time untuk membuat keputusan yang tepat. Fokus lain dari penelitian adalah terjaminnya keamanan dan kedaulatan data.

Melalui kontrol penggunaan, preprocessing data, dan AI pengawetan data yang terdesentralisasi, perusahaan dapat membuat data tersedia untuk mitra bisnis lain atau pelanggan tanpa harus menyerahkan aset secara tidak terkendali.

Penggunaan teknologi AI baru yang terkoordinasi juga harus membantu perusahaan. Untuk itu, para  peneliti mempresentasikan contoh aplikasi konkret di bidang jaringan, lokalisasi, keamanan informasi, ekonomi data, dan pembelajaran mesin yang diinformasikan.

Para ilmuwan menjelaskan cara perusahaan industri menguasai kompleksitas proses transformasi digital dan cara menyiapkan  masa depan dengan bantuan teknologi kognitif seperti AI atau kecerdasan buatan.

Bagaimana cara pelaku industri mengatasi dampak digitalisasi di Indonesia? Sebaiknya para politisi bersuara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *