Bilateral, Jepang-Indonesia

Berkolaborasi dengan Saudara Tua Jepang, Apa yang Kita dapatkan?

ShareJika berkolaborasi dengan saudara tua Jepang apakah meningkat produk buatan Indonesia masuk ke Jepang? Untuk itu pengurus IJBNet  proaktif  menciptakan kerja sama...

Written by Jurnalis Industri · 3 min read >
Berkolaborasi dengan Saudara Tua Jepang

Jika berkolaborasi dengan saudara tua Jepang apakah meningkat produk buatan Indonesia masuk ke Jepang? Untuk itu pengurus IJBNet  proaktif  menciptakan kerja sama dengan Jepang. Berapa jumlah perusahaan milik Jepang  beroperasi di Indonesia? Kenapa jumlah investasi Jepang melorot ke posisi 5?

Berkolaborasi dengan Saudara Tua Jepang
Dari kiri Penta Juniarto Bendahara Umum, Muhammad Gunther Gemparalam Sekretaris Jenderal, Prijono Sugiarto Pembina yang juga Presiden Direktur grup Astra, Suyoto Rais Ketua Umum, Arya Pradana Setiadharma Wakil Ketua Umum, dan Solihin Direktur Eksekutif Indonesia Japan Business Networking. Berkolaborasi dengan saudara tua Jepang, apa yang kita dapatkan?  (Sumber foto: IJBNet/file)

Sejak Indonesia Japan Business Networking (IJBNet)  diresmikan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum PB Wushu Indonesia—salah satu atlitnya menyabet piagam emas Asian Games 2018, pengurusnya rajin bertatap muka dengan berbagai kalangan.

Salah satu yang dikunjungi adalah Prijono Sugiarto Presiden Direktur grup Astra—mayoritas berbisnis otomotif dan alat-alat berat/industri merek dan buatan Jepang.

Prijono salahsatu pembina IJBNet bersama Rachmat Gobel mantan Menteri Perindustrian, dan generasi kedua  pemilik grup Panasonic Gobel Indonesia—perusahaan pembuat lemari es dan beragam produk elektronik.

Kerja sama Indonesia-Jepang harus saling menguntungkan dengan positioning yang jelas bagi Indonesia. Seluruh rangkaian kerja sama antardua negara dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, pendapat Prijono.

“Kita berupaya agar setiap potensi menjadi opportunity. Kerja sama dengan Jepang, tidak lagi berdasarkan ketergantungan dalam arti negatif,  namun justru membuat kedua negara saling melengkapi dan berkembang,” tandas Prijono.

Ia mengakui  jumlah  investasi Jepang di Indonesia menurun ke posisi 5. Akan tetapi, hampir semua perusahaan besar dari Jepang sudah beroperasi di Inonesia.  Pengurus IJBNet berperan aktif agar investasi dari Jepang jangan sampai melorot ke bawah, demikian Prijono.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal menyebut nilai investasi Jepang di Indonesia mencapai US$5,4 miliar (2016).  Sebelum menyerahkan jabatan kepada penggantinya, Keishi Suzuki, Presiden Ditektur JETRO (Japan External Trade Organisation) Daiki Kasugahara menuturkan 1.533 perusahaan asal Jepang beroperasi di Indonesia (Direktori JETRO 2016).

Tahun 2013, Indonesia masih merupakan nomor 1 sebagai promoting country bagi perusahaan manufaktur di Jepang, namun menurun ke urutan 5 tahun 2017.  Kenapa hal itu terjadi Kasugahara san?

Ia menjelaskan, investor Jepang menghadapi masalah pelaksanaan peraturan tidak jelas, tuntutan kenaikan upah buruh, dan sistem perpajakan di Indonesia. Inilah bagian tugas Dr. Suyoto Rais pendiri IJBNet dan wakilnya, Nobuyuki Yamaji bersama pengurus lain untuk membantu para investor dari negeri matahari terbit itu.

Suyoto mengenyam pendidikan Jepang , menjelaskan, pihaknya bersinergi dengan pemerintah tanpa membuat program baru sesuai dengan program Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Contohnya, Kemenperin memprogramkan pusat demostrasi dan konsultasi Industri 4.0, dan pihak IJBNet menyiapkan orang-orang yang dapat mengimplementasikannya di lapangan.

Suyoto menandaskan, pihaknya berkolaborasi dengan Jepang tanpa membebani (pemerintah) karena program yang telah ada siap diefisienkan.

Dengan Kemendag, IJBNet membantu efisiensi promosi dan sosialisasi komoditas buatan Indonesia serta mendapatkan spek dan aturan yang diperlukan oleh  pelaku bisnis di Indonesia. Juga melakukan pendampingan bagi eksportir atau calon  potensial yang membutuhkan upgrade agar bisnis lebih lancar.

Suyoto merencanakan pendirian IJBNet di Jepang yang diawali dengan menyiapkan sejumlah eksportir Indonesia berpameran di Tokyo tahun 2019. Ia menunjuk 4 orang perwakilan IJBNet di Jepang—termasuk  Nobuyuki Yamaji yang fasih berbahasa Indonesia.

Kebanyakan anggota IJBNet masih domin orang Indonesia. Orang Jepang sangat teliti dan tidak mudah memasuki suatu organisasi sebelum kinerjanya jelas. Namun, kehadiran Duta Besar Jepang untuk Indonesia, wakil JICA, dan JETRO ketika IJBNet diresmikan merupakan titik awal yang baik.

Sebelum IJBNet diresmikan, Suyoto dan kawan-kawan telah membantu ekspor daging ayam ke Jepang. Hal itu merupakan pertama kali dilakukan oleh Indonesia karena daging ayam asal Indonesia sukar menembus pasar Jepang.

“Kita akan mengadopsi untuk mengembangkan produk-produk andalan Indonesia agar ekspor meningkatkan atau setidaknya sebagai mediator dan distributor. Juga menambah akses ke para tokoh, pakar, praktisi di instansi pemerintah, akademisi, industri,  bisnis, asosiasi, komunitas , dan media,” tutur Suyoto Rais pemilik  PT Proanda Sinergi Indonesia.

Setelah pemerintah menetapkan Making Indonesia 4.0—yakni implementasi era Industri 4.0 dilanjutkan  dengan pembentukan demonstration center atau pusat pendidikan, konsultasi, dan implementasi Industri 4.0, pihak IJBNet  dapat link di Jepang.

IJBNet, tambah Suyoto siap membantu mencarikan teknologi dan aplikasi 4.0—IoT (Internet of Things) atau teknologi manufaktur. Dengan Kemendag, IJBNet mencarikan buyers di Jepang—termasuk para produsen di Indonesia yang berencana berbisnis dengan Jepang.

Contohnya  ekspor produk agroindustri Indonesia ke Jepang relatif kecil hanya  Rp800 juta dari total ekspor produk agroindustri Rp50 miliar. Pemerintah mendorong kerja sama Jepang-Indonesia misalnya antarpelaku  Industri Kecil Menengah (IKM), dan IJBNet berperan proaktif.

Menurut Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Jepang membutuhkan kakao, ketela, ubi, dan jagung—hal itu terungkap saat delegasi Prefektur Fukuoka berkunjung ke Jakarta akhir tahun 2017.  Fukuoka berharap dapat meningkatkan kerja sama agribinis  (hulu- hilir) dengan Indonesia.

Kitakyushu Foreign Trade Association, ARM Sangyo, NS Trading, Matsushima, Tsuchiya Singapore PTE Ltd., Hakobune Inc, dan G-Matech yang bermarkas di  Prefektur Fokuoka siap bekerja sama dengan IKM Indonesia: PT Tama Cokelat Indonesia, Poktan Kopi Temanggung, PT Cassava Industri Estat 79, PT Agro Mitra Mandiri, Universitas Halu Oleo, Disperindag Provinsi Sulawesi Tengah, dan PT Pagilaran.

Sementara itu, Rachmat Gobel menyatakan, Technical Intern Training Program (TITP) mendukung produktivitas industri di Jepang. Indonesia berpeluang memberdayakan sumber daya manusia sektor industri melalui TITP.

Program  TITP bagian dari program Making Indonesia 4.0, ujar Rachmat Gobel, pada periode 2017-2020 menargetkan pengiriman 500 orang mengikuti latihan di pabrik Panasonic di Jepang.

Upaya itu tentu merupakan salah satu jawaban berkolaborasi dengan saudara tua Jepang, apa yang kita dapatkan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *