Digital & Software, Industrialisasi

Ubah Data 2D ke Data 3D untuk Optimalkan Jaringan Serat Optik, ini Perangkat lunaknya

ShareUbah data 2D ke data 3D untuk optimalkan jaringan serat optik. Setiap data berupa draf, foto, gambar pengukuran, dan awan titik 3D...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >
Ubah Data 2D ke Data 3D

Ubah data 2D ke data 3D untuk optimalkan jaringan serat optik. Setiap data berupa draf, foto, gambar pengukuran, dan awan titik 3D harus dilihat dan dievaluasi secara manual yang dilakukan oleh tim ahli. Informasi ini menginspirasi para pebisnis telekomunikasi di Indonesia.

Ubah Data 2D ke Data 3D
Data kamera 2D (kiri atas) dan data pemindai dengan laser 3D (kanan atas) menggambarkan infrastruktur dengan cepat dan efisien. Data 3D secara otomatis dianalisis menggunakan algoritma cerdas—lihat gambar dan baca teknik algoritma. Ubah data 2d ke data 3d untuk optimalkan jaringan serat optik, ini perangkat lunaknya  (Foto/©: Fraunhofer IPM)

Perusahaan telekomunikasi Jerman, Telekom AG sedang mengoptimalkan perencanaan fungsi kabel serat optik versi terbaru nanti dengan menggunakan data infrastruktur yang dihimpun sendiri.

Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan menginvestasikan sejumlah dana yang digunakan untuk pengembangan teknologi pengukuran optik berdasarkan analisis data secara otomatis.

Lembaga Fraunhofer IPM mengembangkan perangkat lunak (software)  yang diimplementasikan pada kelompok telekomunikasi—secara otomatis dapat mengenali objek fisik dalam data pengukuran.

Objek fisik itu menggunakan hasilnya untuk menyampaikan data perencanaan yang andal dan bermanfaat pada proses pekerjaan teknik sipil—salah satu risiko utama yang berada di dalam perluasan jaringan serat optik.

Bagaimana cara perencanaan rute otomatis untuk jaringan serat optik? Perencanaan harus dilakukan secara cermat sebab biaya demikian besar diinvestasikan untuk membangun  perluasan infrastruktur data pada tahun-tahun mendatang.

Perencanaan rute yang dioptimalkan dapat menjamin potensi penghematan yang cukup besar meski memerlukan data infrastruktur yang andal dan akurat.

Data yang tersedia hingga sekarang, misalnya peta resmi atau foto udara, dalam banyak kasus data tersebut sudah usang. Data lama tidak tepat bahkan sama sekali tidak lengkap, dan  resolusi spasial yang sangat buruk. Bagaimana mengatasinya?

Sebelum pembangunan konstruksi dimulai, area yang direncankan dikunjungi dan didokumentasikan. Pengumpul data yang menggunakan kendaraan survei digunakan sesekali saja untuk mengumpulkan gambar tambahan dalam bentuk data 3D.

Setiap data berupa draf, foto, gambar pengukuran, dan awan titik 3D harus dilihat dan dievaluasi secara manual yang dilakukan oleh tim ahli.

Agar proses pekerjaan lebih efisien, Deutsche Telekom AG memfokuskan ke data pemetaan geografis—dihasilkan oleh tim perusahaan itu sendiri.

Kemudian secara otomatis diinterpretasikan dan diklasifikasikan dengan menggunakan perangkat lunak berbasis cloud hasil pembangan Fraunhofer IPM. Data dikumpulkan sebelum pekerjaan konstruksi dimulai.

Kendaraan survei yang melakukan pengukuran berdasarkan tugas dari Deutsche Telekom AG. Beberapa kamera dan pemindai laser merekam bentangan jalan yakni lokasi pekerjaan yang direncanakan.

Data 2D dan 3D memberikan informasi geometris serta detail tentang tanah, gambar jalanan atau vegetasi lokal—semua direkam dengan baik dan cermat.

“Rute terpendek menuju lokasi pelanggan tidak selalu ekonomis. Dengan menggunakan kecerdasan buatan dalam fase perencanaan, kita dapat mempercepat peluncuran serat optik. Pekerjaan itu  memungkinkan tim kami untuk menawarkan kepada pelanggan jalur broadband lebih cepat dan lebih efisien, ” tutur Walter Goldenits Kepala Teknologi perusahaan Telekom Jerman.

Hasil analisis data yang otomatis dibuat berdasarkan pembelajaran yang mendalam. Data pengukuran harus dibuat sedetail mungkin agar perencanaan rute dapat dilakukan secara optimal.

“Sejumlah besar data yang kami gunakan adalah berkat dan kutukan,” seloroh Prof Dr Alexander Reiterer Manajer proyek yang ditugaskan oleh manajemen Fraunhofer IPM.

“Kami membutuhkan sedetail mungkin, dan seluruh proses dapat lebih efisien jika orang tidak susah payah menjelajahi data untuk mendapatkan informasi apa pun yang dibutuhkan. Agar dapat merencanakan secara efisien, evaluasi terhadap sejumlah besar data ini harus diotomatisasi. “

Fraunhofer IPM mengembangkan perangkat lunak untuk mencapai tujuan optimalisasi. Aplikasi itu berguna untuk  mengenali, melokalisasi, dan mengklasifikasikan tiap item yang relevan dalam data pengukuran.

Interpretasi sepenuhnya yang otomatis bekerja, maka data harus sesuai dengan kualitas dan struktur yang ditentukan, demikian rilis Fraunhofer IPM.

Suatu proses yang kompleks mengintegrasikan penggunaan pembelajaran mendalam dan bertanggung jawab atas hasil analisis data—dikerjakan berdasarkan teknik algoritma.

Bagaimana teknik algoritma menganalisis data 3D? Simak lanjutan penjelasan Ubah data 2D ke data 3D untuk optimalkan jaringan serat optik lengkap dengan gambar yang lebih menarik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *