Industrialisasi, Konstruksi & Infrastruktur

Teknologi Mendaur Ulang Sisa Material Konstruksi Sipil

ShareTeknologi mendaur ulang sisa material konstruksi sipil sangat penting kita lakukan. Di Indonesia, nilai konstruksi mencapai Rp451,3 triliun tahun 2018. Kita memerlukan...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >
Teknologi Mendaur Ulang

Teknologi mendaur ulang sisa material konstruksi sipil sangat penting kita lakukan. Di Indonesia, nilai konstruksi mencapai Rp451,3 triliun tahun 2018. Kita memerlukan pasir, batu, kerikil, dan sebagainya untuk konstruksi yang lagi booming. Apakah kita hanya menguras perut bumi?  

Teknologi Mendaur Ulang
Gambar belakang adalah beton seluler yang terbuat dari bahan bata  dan beton seluler (gambar depan) dengan menggunakan campuran bahan  batu bata pasir-batu kapur. Teknologi mendaur ulang sisa material konstruksi sipil (Foto/© :Fraunhofer IBP)

Pesatnya pembangunan infrastruktur di Indonesia meningkatkan pertumbuhan sektor Industri konstruksi. Demikian juga di Jerman, konstruksi merupakan salah satu sektor ekonomi dengan sumber daya bisnis yang intensif.

Contohnya tahun 2018, total proyek konstruksi di Indonesia mencapai Rp451,3 triliun—65 persen merupakan pekerjaan sipil dan 35 persen konstruski bangunan gedung.

Jumlah material seperti semen, pasir, besji baja,  dan bahan bangunan lainnya yang digunakan di sektor konstruksi—semuanya meningkatkan bisnis. Bagaimana sisa material yang tidak digunakan? Potensi bisnisnya pun besar jika kita mendaur ulang dengan penggunaan teknologi.

Kita simak hasil pekerjaan tim peneliti di Jerman, sekitar 100 miliar ton merupakan sisa stok bangunan nasional tersimpan di fasilitas penyimpanan bahan baku yang bernilai ekonomi. Sisa komponen dikembalikan ke siklus material melalui daur ulang yang terencana dengan teknologi.

Daur ulang sisa material itu dikerjakan melalui proyek BauCycle yang digarap tim peneliti Fraunhofer bekerja sama dengan 4 institut lain di Fraunhofer.  Proyek BauCycle bertujuan untuk membangun proses daur ulang. Jika propyek berhasil tentu manusia tidak selalu mengandalakan bahan dari alam.

Tim  proyek BauCycle memanfaatkan fraksi halus pasir dan kerikil yang belum dapat digunakan dalam konstruksi bangunan saat ini. Hasil pekerjaan tim ahli dipresentasikan di pameran bertajuk  BAU di Munich, Jerman pada 14-19 Januari 2019, demikian rilis Fraunmhofer.

Selain beton aerasi dari reruntuhan bangunan, bahan bangunan akustik dan komponen yang terbuat dari butiran mineral—juga dihasilkan oleh tim peneliti—menginspirasi para sarjana teknik sipil di Indonesia.

Apakah pernah mendengarkan pepatam berbunyi, Seperti pasir di tepi laut?  Sebetulnya pepatah itu  telah kehilangan keabsahannya. Bahan mentah yang berharga semakin langka di banyak negara—termasuk di Indonesia yang tiap hari menguras pasir dan batuan/kerikil dari perut bumi.

Salah satu alasan bisnisnya untuk memenuhi kebutuhan pembangunan konstruksi yang lagi booming. Contohnya, kompleks hotel baru, pusat perbelanjaan, kawasan industri, manufaktur, jembatan, dam, halan tol, perumahan—membutuhkan jutaan ton beton hasil olahan pasir dan kerikil.

Apakah kita akan mengimpor pasir dan kerikil seperti Dubai yang harus mengimpor pasir dari Australia? Dubai membangun gedung pencakar langit Burj Khalifa. Meski Dubai memiliki pasir gurun namun speknya tidak cocok untuk digunakan.

Bahkan di Jerman, dengan endapan kerikil dan pasirnya tampak seperti perbatasan yang dikikis, seperti dilaporkan oleh Institut Federal yang menangani Geosains dan Sumber Daya Alam.

Dunia membutuhkan pasir dan kerikil sebanyak 40 miliar ton tiap tahun. Jerman kreatif memanfaatkan  sekitar 5 juta reruntuhan pembongkaran struktur dan infrastruktur setiap tahun.

Sisa material itu didaur ulang menjadi halus. Artinya, tidak seperti di Indonesia yang batu koralnya digunakan untuk menguruk daerah-daerah (tanah) yang rendah.

Sisa bangunan digunakan sebagai bahan pembangunan jalan meski hasil daur ulang belum berkualitas tinggi. Namun, melalui proyek BauCycle, Fraunhofer Institutes for Building Physics IBP membuat terobosan baru.

Puing-puing bangunan didaur ulang dengan hasil sumber daya yang berkelanjutan dari campuran mineral dan untuk menunjukkan kemungkinan aplikasi baru untuk konstruksi bangunan.

Tujuan daur ulang partikel limbah konstruksi mineral yang dijadikan lebih kecil yakni dua milimeter. Dalam proyek BauCycle para peneliti memperlakukan seluruh rantai nilai dengan pengembangan metode penyortiran yang inovatif.

Bahan bangunan berkualitas tinggi untuk pembangunan platform pasar yang dinamis, pertukaran komoditas dapat dilakukan dengan baik.

“Membuat pasir (baru) bukan seperti mendapatkan pasir di tepi pantai atau dasar laut. Misalnya di Swedia dan Perancis persediaan pasir sangat kurang,” tutur Volker Thome Manajer Proyek BauCycle dan salah seorang ilmuwan di IBP Fraunhofer.

“Jika Anda menyiapkan reruntuhan bangunan dengan menggunakan metode konvensional, material pasti hancur. Bahan berukuran lebih kecil dari dua milimeter disaring. Jika mendaur ulang reruntuhan bangunan dengan butiran yang halus—terdiri dari komponen utama batu pasir kapur, batu bata, beton, dan sejumlah kecil gipsum, maka Anda sukses menyiapkan stok pasir dalam waktu jangka panjang,” urai Thome meyakinkan.

Bagaimana memulai pekerjaan? Komposisi yang berbeda dari puing-puing harus disortir—khususnya partikel-partikel gipsum dipisahkan secara selektif—bahan itu mewakili kriteria penting untuk daur ulang dari fraksi beton.

Tim peneliti mengembangkan metode penyortiran yang disebut OPTO-pneumatik khusus fraksi material halus, dan tidak hanya mendeteksi warna dan kecerahan—juga perbedaan kimia dalam partikel, seperti sulfat atau silikat yang dapat terpisah dari bahan sesuai dengan kriteria.

Komponen dipisahkan dan diangkut melalui sabuk konveyor. Kamera infra merah dengan filter khusus mendeteksi fraksi halus yang berbeda.  

Di ujung sabuk konveyor, partikel jatuh bebas melewati nozel yang menembak komponen utama dengan cara guncangan tekanan udara yang disasar dalam wadah yang berbeda, Thome menjelaskan proses komputasi optik.

Bagimana membuat puing-puing beton aerasi menjadi material bahan bangunan yang berkualitas? Simak lanjutan hasil penelitian  Volker Thome Manajer Proyek BauCycle dan salah seorang ilmuwan di IBP Fraunhofer.

Kita gunakan teknologi mendaur ulang sisa material konstruksi sipil untuk menciptakan potensi bisnis yang baru sekaligus menjaga alam kita tetap utuh alami tanpa merusaknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *