Digital & Software, Industrialisasi

Ransomware Menguras Data Manufaktur, Naik Hingga 608 Persen

ShareSejak virus COVID-19 berkuasa, ransomware menguras data manufaktur. Penguras minta tebusan agar pemilik data dapat mengakses filenya. Menurut CrowdStrike sektor manufaktur rentan terhadap...

Written by Marinus L Toruan · 2 min read >
Ransomware

Sejak virus COVID-19 berkuasa, ransomware menguras data manufaktur. Penguras minta tebusan agar pemilik data dapat mengakses filenya. Menurut CrowdStrike sektor manufaktur rentan terhadap gangguan siber, disusul  industri, engineering, kesehatan, teknologi, dan ritel.   

Ransomware
Deskripsi atau presentase serangan ransomware ke sektor industri (kiri) dan presentase serangan berdasarkan benua (kanan). Ransomware menguras data manufaktur (Foto/@:  CrowdStrike Intelligence)

Penulis/editor: Marinus L. Toruan

mmINDUSTRI.co.id – Hati-hati data pribadi dan data perusahaan atau organisasi. Jika dikuras, pemilik harus memberikan tebusan agar dapat mengakses filenya. 

Bukan hanya manusia yang dipapar #Viruscorona yang telah mengusik kenyamanan umat manusia sejak akhir 2019. 

Ternyata pandemi COVID-19 di jagat raya ini juga mengganggu lanskap keamanan siber utamanya data sektor manufaktur dan industri lainnya demikian rilis CrowdStrike Intelligence belum lama ini.

Menurut simpulan CrowdStrike Intelligence, perhimpunan manufaktur melaporkan terjadi 228 kali serangan ransomware dengan menguras data pada tahun 2020.

Lembaga CrowdStrike Intelligence tak menjelaskan tingkat perhimpunan manufaktur yang datanya dikuras atau diperas sehingga sektor industri merupakan target tingkat ke-2 secara global bagi ransomware

Pihak ransomware melihat beberapa poros terbesar dalam strategi untuk melakukan serangan. Oleh sebab itu, CrowdStrike Intelligence mengingatkan agar organisasi perusahaan seperti manufaktur lebih hati-hati.

Ransomware adalah malware yang menggunakan enkripsi untuk menyimpan informasi atau data korban yang dikuras dan dijadikan sebagai tebusan. 

Data penting perusahaan dienkripsi oleh pelaku ransomware sehingga pemilik data tidak dapat mengakses file pribadi atau perusahaan. Pihak penguras meminta tebusan agar pemilik data dapat  mengakses file yang dituju. 

Pihak ransomware menggunakan enkripsi asimetris berbentuk kriptografi yang menggunakan sepasang kunci untuk mengenkripsi dan mendekripsi file.

Menurut CrowdStrike Intelligence, lonjakan serangan ransomware selama pandemi—dengan pemerasan data—menjadi metode serangan yang paling banyak digunakan untuk semua sektor industri dan bisnis.

CrowdStrike Intelligence  melaporkan bahwa terjadi 1.430 insiden serangan data di dunia  pada tahun 2020.

Sektor manufaktur adalah salah satu yang paling disasar oleh penjahat dunia maya pada tahun 2020 selama pandemi COVID-19

Bahkan sebelum COVID-19 secara resmi dinyatakan sebagai pandemi, sektor manufaktur telah menjadi target pemerasan data yang penting. 

Sektor manufaktur menerima 13 serangan sejak Januari hingga Maret 2020 dan serangan yang tertinggi dari semua sektor industri.

Pada fase darurat pertama pandemi kuartal kedua tahun 2020, serangan ransomware terhadap manufaktur dengan menggunakan teknik pemerasan data naik 185 persen dibandingkan serangan pada kuartal 1. 

Pada kuartal 4 tahun 2020, serangan terus meningkat sehingga insiden pemerasan data meningkat rata-rata 608 persen dibandingkan dengan tingkat sebelum pandemi.

Secara keseluruhan, tercatat 228 serangan terhadap sektor manufaktur pada tahun 2020, menempatkannya di peringkat ke-2 dalam daftar industri yang paling rentan terhadap gangguan siber.

Sektor yang paling ditargetkan pada tahun 2020, berupa merasan data  industri dan engineering dengan  229 serangan dan berhasil, kemudian manufaktur (228 serangan), teknologi (145), ritel (142), dan kesehatan (97 serangan). 

Meskipun sektor manufaktur belum terpukul secara keseluruhan, data menunjukkan serangan itu merupakan pukulan besar selama kuartal pertama (sebelum COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi).

Data menunjukkan bahwa sektor ini sangat rentan untuk membayar uang tebusan kepada penjahat dunia maya. Faktanya, sebesar $6,9 juta dibayarkan sebagai tebusan pada tahun 2019.

Tahun 2021 ini tren meningka, DopplePaymer mengancam akan membocorkan data sensitif Kia Motors jika uang tebusan sebesar $20 juta tidak dibayarkan. 

Terjadi pergeseran penting dari mesin yang menginfeksi ransomware dengan maksud untuk menonaktifkan perangkat kerasnya dengan mengenkripsi file data sensitif untuk ancaman membocorkannya kepada pesaing.

Amerika Utara mencatat tingkat serangan ransomware tertinggi pada tahun 2020 dengan pemerasan data (947 insiden),  177 persen lebih tinggi dari Eropa (342 insiden) di tempat kedua dan, 1.313 persen lebih tinggi dari Asia di tempat ketiga (67 insiden):

Pemerasan data menjadi metode ransomware paling menguntungkan penjahat dunia maya di seluruh dunia, dan pandemi COVID-19 justru  mempercepat perubahan ini.

Data menunjukkan  bahwa organisasi manufaktur menjadi target utama serangan ransomware. Artinya, mulai sekarang, perusahaan dan organisasi perlu berinvestasi untuk memperkuat pertahanan keamanan siber mereka.

Perusahaan dan organisasi harus melindungi produk dan titik akhir yang dikirimkan ke cloud computing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *