Digital & Software, Industrialisasi

Perubahan Sikap Mudahkan Pencapaian Target, Top-down & Bottom-up harus Bersinergi

ShareNarasi perubahan sikap memudahkan pencapaian target bukan ungkapan muluk. Perubahan secara serentak di top-down dan  bottom-up wajib di era digital. Inspirasi bagi...

Written by Erwin Prasetyo · 3 min read >
Pencapaian Target

Narasi perubahan sikap memudahkan pencapaian target bukan ungkapan muluk. Perubahan secara serentak di top-down dan  bottom-up wajib di era digital. Inspirasi bagi instansi pemerintah seperti kementerian, BPPT, LIPI,  perguran tinggi, dan perusahaan di Indonesia.  

Pencapaian Target
Para mahasiswa menekuni proses digitalisasi di perusahaan Trumpf GmbH agar mampu menyesiakan diri terhadap perubahan yang disebabkan digitalisasi. Trumpf salah satu peserta EMO Hannover yang berlangsung di Jerman pada 16-21 September 2019. Perubahan sikap mudahkan pencapaian target, top-down & bottom-up harus bersinergi (Foto/@: Trumpf GmbH + Co KG)

Jangan bermimpi menjadi orang sukses di pekerjaan atau bisnis jika hanya mengandalkan selembar ijazah. Penerapan smart technologies berbasis digital bukan lagi hanya kebutuhan pabrik-pabrik.

Organisasi masyarakat dan tiap individu harus melakukan perubahan. Meski suatu tindakan atau pekerjaan yang kita lakukan benar, namun pencapaian target (hasil) tidaklah maksimal—dibanding dengan hasil pekerjaan yang dilakukan berbasiskan digitali.

Salah satu faktor pendukung suksesnya pekerjaan atau misi perusahaan dan bisnis, mau tak mau sikap tiap individu harus berubah. Proses digitalisasi harus kita budayakan jadi kebiasaan.

Hal itu penting agar pencapaian hasil maksimal, ungkap Oliver Maassen, Kepala Sumber Daya Manusia Trumpf GmbH + Co KG, menandaskan bahwa digitalisasi membutuhkan perubahan dalam budaya diri tiap orang yang dampak positifnya sangat siginifikan bagi perusahaan dan pribadi.

“Transformasi digital menuntut tiap orang untuk membebaskan diri perbuatan suatu kesalahan dengan cara memelajarinya,” tandas Oliver Maassen. 

Ia mencontohkan tindakan yang dilakukan di perusahaan Trumpf—juga peserta EMO Hannover 2019, bahwa metode kerja yang gesit dan lincah justru  membantu membangun sikap baru terhadap proses suatu pekerjaan dan penyelesaiannya. Digitalisasi membantu kelincahan bekerja.

Wilhelm Bauer, Kepala Institut Fraunhofer yang menangani Teknik Industri IAO merangkap Pejabat Teknologi Negara Bagian Baden-Württemberg di Stuttgart, Jerman, menandaskan,

“Struktur perusahaan atau organisasi dan individu harus cukup elastis untuk mengakomodasi ide-ide segar dan kreatif—sama persis ketika seseorang baru masuk bekerja di perusahaan. Dia harus menyesuaikan diri agar dapat bekerja dengan baik.” 

Bauer menambahkan, “Perubahan di tingkat top-down dan bottom-up yang dilakukan bersamaan maka hal itu menjadi saling menguatkan dan hasilnya optimal. Manajemen tingkat atas atau top tidak boleh hanya menginginkan bawahan berubah sementara dia tidak berubah.” 

Apakah proses digitalisasi berarti mengubah pemahaman kita tentang kepemimpinan atau leadership? “Tugas utama untuk Boss 4.0 adalah mengembangkan keterampilan karyawan,” imbuh kata Maassen. 

“Pada saat yang sama, manajer harus mengembangkan keterampilan diri  dan memperoleh umpan balik secara teratur. Kunci keberhasilan adalah komunikasi dua arah.”

Strategi retensi karyawan yang berorientasi masa depan dimulai dengan pelatihan, garis bawahi hal itu—berlangsung terus-menerus dan konsisten. 

Satu hal yang pasti, hanya karyawan yang memenuhi syarat yang dapat menjamin bahwa perusahaan berkembang dengan sukses—mengingat begitu banyak perubahan yang terjadi di dunia kerja. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan melatih diri sendiri.

Selama 10 tahun terakhir, Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Pemuda Jerman telah berkembang menjadi mitra strategis yang penting untuk pelatihan beragam kejuruan. Yayasan itu bekerja sama dengan berbagai perusahaan dan perguruan tinggi.

Memperkuat orientasi kejuruan sekolah pendidikan umum, memenuhi permintaan terhadap pekerja terampil di seluruh sektor teknik mesin dan pabrik, dan transfer teknologi baru secara tepat waktu ke dalam pelatihan kejuruan merupakan fokus utama pelatihan. 

Topik-topik seperti Industry 4.0 dan pembelajaran mobile menjadi agenda Yayasan  penyelenggara beragam lokakarya dibantu oleh para guru teknik mesin, teknologi informasi, dan metode yang berurusan dengan topik masa depan yakni penerapan smart technologies

Kita contohkan salah satu Pembelajaran Seluler di pabrik cerdas yang telah menggunakan aplikasi seluler dan dapat digunakan di lingkungan kerja dan peserta tetap belajar meski bidang berbeda. Pembelaran menyajikan informasi yang relevan dengan konteks dari Internet berbasis pendidikan.

Kelompok sasaran adalah peserta magang untuk melatih kaum muda yang memulai karier di bidang teknik mesin yang nantinya berpeluang bekerja di sektor industri.

Peter Bole, Kepala Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Pemuda Jerman, menegaskan pihaknya melayani generasi milenial dengan penuh rasa syukur.

“Sejak Yayasan ini didirikan, lebih dari 7.300 pelatih dan guru telah dibantu selama sepuluh tahun terakhir untuk memenuhi tantangan masa depan. Kami berseminar selama beberapa hari, bertujuan untuk memastikan bahwa perubahan teknologi telah terjadi di teknik pemesinan,” tutur Peter Bole.

Pihaknya  melatih lebih dari 120.000 orang muda yang tertarik industri dan pelatihan dilaksanlakan dengan topik Special Youth Show pada yang dilaksanakan jelang penutupan EMO Hannover

Digitalisasi dan penerapan Industry 4.0 menjadi bagian integral dari pelatihan. Pengurus Yayasan menanggapi tantangan digitalisasi dengan mendirikan tiga proyek terobosan meliputi: menguji kualifikasi tambahan untuk proses manufaktur digital—kerja sama dengan Institut Federal Jerman.

Yayasan menyiapkan jaringan inovasi dan transfer di Baden-Württemberg,  untuk mengimplementasikan digitalisasi di sektor pendidikan dan pelatihan kejuruan, juga mengimplementasikan proyek percontohan NRW yang telah menerapkan Industry 4.0.

Kegiatan itu  melibatkan 600 pelatih/guru dan pada langkah selanjutnya, keterampilan pada Industry 4.0  bagi lebih 1.200 orang peserta yang umumnya anak-anak muda atau generasi milenial. 

Peter Bole merekomendasikan agar perusahaan menggunakan metode digital untuk merekrut peserta pelatihan. Ide dan program ini cocok diterapkaan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Perindustrian, dan instansi lain seperti LIPI dan BPPT. 

“Bagi pihak yang merekrut orang muda perlu membangkitkan minat generasi milenial. Gunakanlah komunikasi modern seperti media sosial untuk meningkatkan daya tarik program yang  menarik bagi calon potensial. Tingkat digitalisasi di lingkungan kerja semakin meningkat,” advis Bole.

Peter Bole menandaskan, faktor penentu proses digitalisasi merupakan keniscayaan. Perusahaan harus mengembangkan program pelatihan dan mengomunikasikannya melalui saluran media sosial yang menarik bagi anak muda.

Tulisan Annedore Bose-Munde jurnalis Erfurt yang dimuat di laman EMO Hannover perlu kita modifikasi sesuai kultur Indonesia karena perubahan sikap mudahkan pencapaian target dan rencana yang hendak kita capai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *