Inspiration, MICE

Perangkat SmartID Sistem Barcode Obat Anti Palsu

SharePerangkat SmartID sistem barcode obat anti palsu beragam produk seperti obat dan industri  lain. Sebanyak 53 persen obat palsu dijual di toko...

Written by Rayendra L. Toruan · 3 min read >

Perangkat SmartID sistem barcode obat anti palsu beragam produk seperti obat dan industri  lain. Sebanyak 53 persen obat palsu dijual di toko obat dan 13 persen di apotik di Indonesia. Dengan menggunakan smartphone bisa tahu obat asli dan palsu.

Tim peneliti Fraunhofer menemukan versi sistem barcode anti palsu yakni perangkat SmartID yang dapat diakses melalui smartphine tanpa terkoneksi ke database (Foto/©:  Fraunhofer IAP/Nadine Sandowski)

Penulis/editor: Rayendra L Toruans

mmINDUSTRI.co.idFraunhofer (sumber): Perangkat SmartID sistem barcode obat anti palsu yang dapat kita gunakan untuk memeriksa keaslian suatu produk seperti obat-obatan.

Dengan menggunakan ponsel cerdas atau smartphone kita dapat mengakses sistem itu secara offline tanpa harus terhubung ke database di server.

Perangkat lunak SmartID ini merupakan hasil pengembangan konsorsium institut Fraunhofer yang  dapat diintegrasikan ke dalam proses pencetakan komersial saat memproduksi kemasan suatu produk.

Informasi tentang tekstur permukaan kemasan dikonversi menjadi barcode yang tertera pada kemasan. Selanjutnya, kita menggunakan aplikasi SmartID untuk mengetahui apakah informasi yang tersimpan dalam barcode sesuai dengan data yang diambil dari tekstur permukaan kemasan.

Barcode anti-palsu yang dihasilkan itu dapat mencakup informasi lain tentang produk yang akan kita gunakan. Misalnya, obat-obatan atau peralatan medis yang dijual secara online, pengguna akhir sering kali bertanya-tanya apakah produk tersebut asli atau palsu.

Kita hanya menggunakan ponsel cerdas untuk melacak kebenaran informasi melalui sistem barcode anti palsu dengan mengakses  perangkat SmartID.

Artinya, orang awam pun dapat menggunakan smartphone untuk memeriksa keaslian suatu produk, asalkan produsen menggunakan SmartID.

Aplikasi atau perangkat SmartID Itu dapat diautentikasi tanpa terhubung ke database. Perangkat SmartID ini yang merupakan hasil pergumulan para ahli selama tiga tahun, dan disosialisasikan kepada publik pada MEDICA 2023 pameran kesehatan di Düsseldorf, Jerman yang dilaksanakan pada 13 – 16 November 2023.

Pasar obat-obatan palsu di seluruh dunia sedang berkembang. Sekitar satu dari sepuluh obat yang dibeli secara online adalah palsu, menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2020.

Di Indonesia misalnya, hasil riset Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyebutkan sekitar  53 persen obat yang dijual di toko-toko adalah obat palsu, dan di apotik mencapai 13 persen tulis ui.ac.id.

Mengacu  pada data tahun 2016 yang belum diupdate, peredaran obat palsu di Indonesia mencapai US$2 miliar setara dengan 25 persen dari total presentase bisnis farmasi. Kita belum tahu, bagaimana peredaran obat palsu saat pandemi.

Obat-obatan palsu terdiri dari berbagai macam produk—seperti suplemen gaya hidup seperti produk pelangsing atau penumbuh rambut hingga obat-obatan penting seperti obat kanker, obat penghilang rasa sakit, atau obat tekanan darah tinggi.

Agar pengguna akhir dapat memastikan keaslian obat-obatan dan jenis produk lainnya, Institut Fraunhofer untuk Penelitian Polimer Terapan (IAP), untuk SIT Teknologi Informasi Aman, dan untuk Sistem Komunikasi Terbuka FOKUS mengembangkan sistem pelabelan jenis baru yakni SmartID.

Tekstur permukaan kemasan seperti sidik jari

“Dengan SmartID, semua orang di rantai pasokan dapat memverifikasi dan mengautentikasi produk yang membawa kode SmartID secara langsung melalui ponsel cerdas — secara offline, tanpa harus terhubung ke database,” jelas Dr Tobias Jochum, koordinator proyek pengembangan aplikasi.

Pengembangan dilakukan di Fraunhofer Pusat Nanoteknologi Terapan CAN di Hamburg, sebuah pos penelitian Fraunhofer IAP, Jerman.

Menutur Dr Tobias Jochum pihaknya memanfaatkan fakta bahwa semua kemasan memiliki tekstur permukaan yang unik dan berkarakter—mirip  dengan sidik jari manusia dan bahkan kamera ponsel pintar mampu menangkap tekstur permukaan itu.

Kunci dari SmartID sistem barcode obat anti palsu ini meliputi informasi tentang tekstur permukaan didigital dan diubah menjadi barcode yang dicetak pada kemasan.

Aplikasi SmartID yang dikembangkan sebagai bagian dari proyek kemudian digunakan untuk memeriksa apakah informasi yang disimpan dalam kode batang cocok dengan data yang diambil dari tekstur permukaan.

Kode batang anti palsu yang dihasilkan yang juga menyertakan informasi lain tentang produk. Keuntungannya bagi produsen adalah tidak perlu menyiapkan infrastruktur TI, karena verifikasi dan autentikasi dilakukan sepenuhnya dalam aplikasi SmartID di ponsel pintar.

Pengguna tidak memerlukan basis data. Terlebih lagi, sistem ini mudah diintegrasikan ke dalam proses pencetakan komersial saat memproduksi kemasannya.

Salah satu persyaratan utama untuk ide SmartID adalah barcode dan area yang diperlukan untuk membandingkan tekstur permukaan harus sekecil mungkin. Seiring berkembangnya proyek, peneliti akan mengoptimalkan sistem dalam hal area yang dibutuhkan dan juga sensitivitasnya.

“Materi kuantum akan memainkan peran kunci di sini. Ini memungkinkan untuk mendeteksi lebih banyak fitur tekstur permukaan secara signifikan pada area yang lebih kecil,” lanjut Dr Tobias Jochum.

Barcode anti pemalsuan untuk semua jenis produk

Tim peneliti bekerja terus menerus pada sistem pelabelan selama tiga tahun terakhir, dan kini sistem ini menarik perhatian. Orang-orang dari berbagai industri yang menjual produk-produk berkualitas tinggi telah menunjukkan minat terhadap SmartID.

Misanya demikian Dr Tobias Jochum bidang desain interior, teknik mesin, industri percetakan atau bahkan sektor medis, di mana sistem ini dapat digunakan untuk bahan pelindung. seperti masker pernapasan.

“Saat ini kami masih dalam tahap pengembangan proyek, dan kami sedang menegosiasikan lisensi untuk teknologi SmartID,” ungkap Dr Tobias Jochum gembira.

Mereka telah bermitra dengan Evia Research GmbH, yang ingin menggunakan SmartID dalam industri fesyen.

“Perlindungan pada tingkat produk individual berdasarkan tekstur permukaan yang unik sangatlah menarik. Kami juga menyukai gagasan verifikasi offline: tidak ada database, sehingga kami dapat menawarkan produk yang inovatif dan berkelanjutan kepada pelanggan kami,” cerita Steffen Tauber bos  Evia Research GmbH.

Dr Tobias Jochum menjelaskan, banyaknya pertanyaan yang mereka terima menunjukkan bahwa timnya harus berada di jalur yang benar. Tim pengembang menantikan percakapan yang bermanfaat dan menemukan area penerapan baru untuk SmartID di MEDICA.

“Perusahaan bisa langsung mendapatkan kesan dari versi demonstrasi yang kami lakukan,” imbuh Dr Tobias Jochum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *