Energi, Renewable Sources

Pelaku Industri Membangun Fasilitas Manufaktur, Melibatkan Swasta dalam Riset

ShareJika pelaku industri membangun fasilitas manufaktur dengan melibatkan swasta yang bekerja sama dengan instansi pemerintah, maka industri baterei Indonesia menjadi raksasa—terbesar di...

Written by Marinus L Toruan · 3 min read >

Jika pelaku industri membangun fasilitas manufaktur dengan melibatkan swasta yang bekerja sama dengan instansi pemerintah, maka industri baterei Indonesia menjadi raksasa—terbesar di dunia. 

Penulis/editor: Marinus L Toruan

mmINDUSTRI.co.id –  Bagaimana jika dilakukan riset bersama yang pelakunya berasal  dari instansi   pemerintah dan swasta? Para peneliti berada di satu wadah misalnya di sebuah “rumah program” bidang tertentu.  

Pelaku Industri Membangun Fasilitas Manufaktur

Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik (ORIPT),  Dr. Agus Haryono mengungkapkan perkembangan riset dan inovasi hingga saat ini di Indonesia yang demikian pesat dan harus kita  dukung.

Perkembangan itu merupakan  implikasi pemahaman bersama sebagai wujud persiapan kegiatan nyata yang diimplementasikan dari Perpres 55/2019: mewajibkan para pelaku industri membangun fasilitas manufaktur di wilayah Nusantara. 

Selain kegiatan-kegiatan riset yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tentang  material baterei—juga dilakukan oleh ORIPT. Para peneliti dari kedua organisasi itu bekerja sama dengan pihak swasta nasional. 

Hasil kerja sama tim peneliti dikembangkan lebih lanjut agar menjadi champion di masa depan, dan  tidak hanya memanfaatkan devisa namun sekaligus penyiapan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi-inovasi yang dihasilkan dari proses industrialisasi yang berkelanjutan.  

Contohnya penggunaan limbah dari sektor industri seperti diungkapkan oleh Direktur Utama PT Geodipa Energi,  Ir. Riki Firmanda Ibrahim M.Sc yang menekankan pentingnya kelanjutan upaya sinergi potensi mulai hulu sampai hilir.

Sinerti itu nantinya menjadi kekuatan yang utuh guna mendukung skenario besar pemerintah. Dukungan riset dan inovasi yang dilakukan oleh manajemen PT Geodipa Energi bertujuan untuk mencapai hasil yang secara nasional membanggakan stakeholders.  

Potensi sumber bahan baku baterei yang diolah dari limbah industri,  panas bumi,  dan pasar baterei listrik global—merupakan peluang bagi Indonesia menjadi raksasa di industri baterei listrik. 

PT Geodipa Energi sebagai salah satu  Badan Usaha Milik Negara dengan special mission vehicle (SMV) berbasis panas bumi tetap konsisten mendukung program nasional terkait sumber bahan baku. Misalnya konsisten mengolah limbah khususnya Lithium dan silika. 

Oleh karena itu, baterei Merah Putih—hasil karya anak bangsa—sebagai komponen utama industri mobil listrik yang terintegrasi dengan potensi sumber bahan baku yang disiapkan secara sungguh-sungguh dan cepat—sekaligus mendukung program net zero emission (NZE). 

Sementara itu, peneliti senior dari UGM,  Dr. Himawan Bayu Petrus membeberkan hasil-hasil riset yang berkaitan dengan sumber-sumber unconventional—bahan ini merupakan prioritas sebagai sumber pendukung seperti silica untuk komponen anoda, logam tanah jarang (LTJ).  

Silica merupakan salah satu bahan penting yang berasal ada dari geothermal brine dan tersedia dalam bentuk cairan. Bahan itu mudah  diproses dalam pemurniannya seperti dilakukan oleh tim peneliti UGM-UI yang bekerja sama dengan LIPI.

Tim peneliti melakukan proses presipitasi silica dengan percepatan bahan seed. Sedangkan hasil penelitian silica yang berbentuk amorph dalam ukuran nano mempunyai sifat hydrophobic yang dapat digunakan untuk aplikasi-aplikasi lain. 

Dr. Himawan Bayu Petrus juga menyampaikan hasil-hasil penelitian dengan membran untuk proses recovery lithium yang berasal dari limbah geothermal. Hingga saat ini tim peneliti berhasil mencapai   skala laboratorium dengan capaian 70 persen. 

Dr. Himawan Bayu Petrus menggarisbawahi pentingnya sumber secondary resources—selain Lithium yang bernilai tambah tinggi untuk menjadi perhatian riset ke depan dalam mendukung program baterei Merah Putih.

Sedangkan peneliti senior dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi menekankan pentingnya sumber limbah yang potensial dengan kandungan material-material berharga dan cukup banyak. 

Banyak material baterei antara lain nickel, cobalt lithium, mangan, dan aluminium yang perlu  menjadi perhatian para peneliti, demikian Dr. Himawan Bayu Petrus seraya menambahkan,  Indonesia mempunyai Lithium yang cukup banyak dan tersebar di Nusantara dengan jumlah yang sangat besar.

Contohnya limbah Feronickel, teraknya masih sangat banyak sekali, 6 kali dari hasil nickel yang bisa mencapai 12 juta ton papar Dr. Himawan Bayu Petrus. 

Di dalam limbah tersebut masih terkandung banyak material yang mungkin sudah masuk sebagai critical materials (CMs) yang harganya jauh lebih tinggi disbanding harga nickel—sangat mendukung untuk pengadaan bahan baku baterei.

”Janganlah limbah-limbah itu dibiarkan begitu saja, mari kita proses untuk kemakmuran kita,” imbuh Dr. Himawan Bayu Petrus.

Ilmuwan dari ITB, Prof. Dr. Zaki Mubarok menyampaikan hasil-hasil riset terkait sumber material utama yaitu nickel. Ia menilai, material baterei saat ini adalah Ni-sulfate yang digunakan dengan kemurnian di atas 99 persen. 

Baterei Electric Vehicle berbasis Ni-Sulfat—selain  mempunyai densitas energi yang tinggi, keamanan yang baik, umur pakai (durabilitas) yang lama, dan harganya relatif murah  dibandingkan dengan tipe lainya. 

Akan tetapi,  tipe-tipe lain masih tetap menjadi perhatian para peneliti di berbagai negara dengan tujuan menghasilkan inovasi baterei yang kapasitas energinya besar, waktu pengisiannya cepat, ringan, dan yang penting harganya lebih murah. 

Baterei Merah Putih harus tetap menjadi rumah program nasional yang mempunyai satu pintu dengan jendela yang sangat banyak sehingga dapat menghasilkan sebuah inovasi yang dapat dibanggakan kita semua.      

Apa yang dimaksud dengan baterei Merah Putih? Salah satu peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bambang Prihandoko di masa hidupnya telah memilki hak paten dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) untuk proyek baterai Lithium-ion. 

Almarhun menamai baterai Lithium-ion Merah Putih sebagai perwujudan kemegahan warna bendera Indonesia. Merah Putih juga menggambarkan kandungan dalam baterai Lithium-ion seperti yang ditemukan  mendiang: 100 persen asli Indonesia tanpa kandungan bahan impor.

Menurut sebuah sumber, produksi baterai Lithium di Indonesia menggunakan material impor misalnya dari China. Bahan katode dan anode sebagai kutub positif dan negative, lithium, titanat, dan bahan-bahan lainnya merupakan bahan yang diimpor. 

Contohnya, untuk bahan serbuk katode, mendiang menggunakan bahan lithium, mangan, besi, silika, dan fosfat. Sementara bahan anode terdiri atas natrium, lithium, zirkonia, dan titanat yang tidak perlu diimpor. Lithium dan natrium dapat dihasilkan dengan menggunakana  sisa air pembuatan garam yang dibuang oleh pengolah garam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *