Energi, Supporting

Mesin Downtime Menimbulkan Kegagalan, Begini Cara Mengatasi

Written by Marinus L Toruan · 2 min read >

Tiap mesin yang downtime menyebabkan kegagalan produksi seperti mesin pembangkit listrik. igus®  menawarkan solusi berupa sensor i.EC.W guna memantau mesin secara real-time.

Manajemen energi cerdas dengan harga mulai dari Euro 248 maka Anda dapat menggunakan sensor i.EC.W yang bermanfaat untuk memantau kondisi dan  pemeliharaan yang terencana–selama masa pakai e-chain dengan biaya lebih efisien. Mesin downtime menimbulkan kegagalan (Sumber: igus® GmbH)

Penulis/editor: Marinus L Toruan

mmINDUSTRI.co.idMesin yang downtime atau gagal merupakan mesin yang pada waktu tertentu berhenti bekerja—merupakan  salah satu pemicu biaya besar di industri manufaktur atau industri energi lainnya seperti pembangkit kelistrikan. Mesin menjadi aus, dan apakah harus diberi pelumas?

Oleh sebab itu,  personel atau teknisi pemelihara mesin harus mampu mencegah downtime yang terjadi dan bukan bagian perencanaan.

Bagaimana teknisi mengatasinya? Gunakan alat sensor sehingga masa pakai mesin tidak terganggu. Sensor itu relatif murah yang ditawarkan perusahaan igus®.

Pengguna dapat membuat e-chain di rangkaian mesin  menjadi pintar cukup mengeluarkan ongkos sebesar Euro 248.

Berkat pemantauan kondisi waktu nyata, pemeliharaan selama masa pakai lebih dapat diprediksi, lebih mudah, dan lebih murah.

Penggunaan sensor ini tidak hanya menghasilkan keuntungan secara signifikan namun justru menentukan di bidang e-chains—menawarkan kemungkinan baru untuk pemantauan kondisi di banyak aplikasi keausan mesin.

Perangkat Internet of Things, Big Data, dan robot otonom yang bertransisi ke Industri 4.0 bakal berlangsung mulus.

Hal itu  pun berlaku pada komponen yang digunakan dalam mesin selanjutnya berubah menjadi cerdas—berdampak terhadap penyediaan data kondisi mesin.

Akan tetapi, integrasi teknologi pintar seringkali lebih rumit bagi perusahaan dengan pekerjaan instalasi eksternal.

“Kami menemukan bahwa layanan online sangat populer dalam kehidupan keseharian pribadi, sensitivitas terhadap koneksi data eksternal sangat tinggi di lingkungan bisnis. Koneksi IoT di sebuah mesin seringkali tidak diinginkan,” ungkap Richard Habering, Kepala Unit Bisnis igus® yang menangani produksi plastik.

Namun, pelanggan tidak ingin melakukannya tanpa fungsionalitas cerdas dan integrasi ke dalam sistem kontrol yang ada, demikian Richard Habering mengingatkan.

Pada situasi yang demikian, perusahaan igus® hadir dengan peran baru yang menawarkan sensor bernama i.Sense EC.W-merupakan produk baru yang diluncurkah guna melengkapi  sistem e-chain.

Produk sensor berbiaya rendah memungkinkan deteksi keausan waktu nyata yang hemat biaya. igus® GmbH mematok harga mulai dari Euro 248.

Berkat kontak bebas potensial yang terintegrasi, perangkat dapat dihubungkan langsung ke sistem kontrol mesin PLC tanpa koneksi internet.

Sistem ini dilengkapi dengan akat sensor, kabel, dan elektronik yang berguna unuk melakukan evaluasi kinerja sistem.

Pengguna juga memiliki pilihan untuk menghubungkan sensor ke berbagai jaringan dan sistem Internet of Things (IoT) melalui modul i.Cee.

Maka dengan demikian mengintegrasikannya ke dalam konsep pemeliharaan prediktif. Masa pakai sensor yang tersedia untuk e-chain dari igus® adalah  E4.32, E4.42, E4.56 dan E4.80 – lebih banyak ukuran untuk seri E4Q, E2.1, dan E2/000 sesuai dengan rencana.

Bagaimana menentukan masa pakai dengan cepat dan mudah dilakukan dari jarak jauh?

Prinsip dasar dari sistem sensor berbiaya rendah yang baru ini terdiri dari elemen konduktif yang digabungkan ke dalam polimer berperforma tinggi—hampir  semua produk igus® di area yang tertekan secara tribologis.

Penempatan geometris yang cerdas dari elemen-elemen ini memungkinkan yang jelas dibuat tentang masa pakai produk jika terjadi gangguan listrik atau perubahan resistansi.

Informasi ini dapat dengan mudah dikeluarkan ke operator melalui sistem monitor. Misalnya ketika tingkat 25 persen tercapai, ditautkan ke informasi tentang penggantian rantai yang tertunda.

Sensor i.Sense EC.W memiliki nilai tambah yang cukup besar, terutama untuk lingkungan yang keras, gelap, dan kotor serta aplikasi yang sangat sering atau sulit dijangkau.

Peralatan itu dipasang di palang terakhir di sisi ujung tetap dan mencatat keadaan saat ini dari bagian samping rantai.

Sensor mengukur jarak antara palang, yang menyempit sebanding dengan abrasi bagian samping e-chain.

Oleh karena itu, sensor dapat digunakan untuk memantau setiap bagian keausan mesin dari jarak jauh—dapat  bermanfaat bagi beragam mesin plastik gerak di masa mendatang.

Penggunaan sensir mengurangi biaya hingga 80 persen dengan perawatan terencana dan pesan alarm berbasis kondisi dapat mencegah waktu henti yang tidak direncanakan atau penggantian rantai yang tidak perlu atau premature—juga  menawarkan keuntungan dalam hal keberlanjutan.

Ini berarti bahwa e-chains tidak lagi diganti sesuai dengan interval perawatan, tetapi hanya jika diperlukan – yang pada akhirnya juga mengurangi biaya perawatan mesin.

Menghubungkan sensor masa pakai langsung ke sistem kontrol pabrik dapat mengurangi biaya hingga 80 persen.

Untuk memastikan kualitas produk terbaik, igus® melakukan berbagai pengujian di laboratorium uji.

Lebih dari tiga miliar siklus pengujian dicatat dan dianalisis setiap tahun untuk rantai energi. Pengujian ini digunakan untuk terus mengoptimalkan dan menyempurnakan produk igus®.

Para insinyur di perusahaan igus® mampu mengurangi ukuran sensor masa pakai menjadi 2,5 mm x 4 mm sehingga pengukuran dapat dilakukan di titik lain, dan menghapus informasi status yang dihasilkan untuk hampir semua aplikasi yang digunakan.

#SalamInovasiIdonesia Beragam informasi Teknologi Otomasi dan Inovasi, tersaji pada edisi perdana 001/Agustus 2022: #mmINDUSTRI majalah online bulanan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *