Inspiration, MICE

Menyaring Detak Jantung, Suara Ngos-ngosan pun Terdengar

ShareRompi menyaring detak jantung dan suara ngos-ngosan penderita sakit. Dokter tetap menggunakan stetoskop kesayangan tanpa dominasi rompi. Berapa jumlah pasien TBC yang...

Written by Rayendra L. Toruan · 2 min read >

Rompi menyaring detak jantung dan suara ngos-ngosan penderita sakit. Dokter tetap menggunakan stetoskop kesayangan tanpa dominasi rompi. Berapa jumlah pasien TBC yang disembuhkan di Indonesia tahun 2021? 

Representasi visual menunjukkan berbagai area paru-paru dan situasi ventilasinya. Merah menandai  area yang berventilasi buruk. Menyaring detak jantung (Foto/©: Fraunhofer IKTS)

Penulis/editor: Rayendra L Toruan

mmINDUSTRI.co.id – Dengan menggunakan rompi tekstil bersensor  juga dimungkinkan untuk menyaring detak jantung—ini bertujuan untuk memperkuat rentang frekuensi karakteristik. 

Bahkan suara paru-paru seperti gemerisik, ngos-ngosan atau gemeretak jauh lebih jelas terdengar.

Para peneliti di Fraunhofer IKTS mengembangkan algoritma pembelajaran mesin. 

Di masa depan, hasil pengembangan ini dapat menyusun dan mengklasifikasikan kebisingan latar belakang yang kompleks di dalam dada seorang pasien. Pneumolog kemudian melakukan evaluasi dan diagnosis akhir.

Apakah bantuan unit perawatan intensif masih diperlukan? 

Pasien mendapat manfaat dari alternatif sensor digital. Dengan mengenakan rompi, pasien dapat dipulihkan tanpa pengawasan terus-menerus yang dilakukan oleh tim medis. 

Pasien dapat dipindahkan ke bangsal normal dan mungkin diminta pulang ke rumahnya. Keadaannya dapat dipantau asalkan pasien selalu mengenakan rompi tekstil bersensor secara disiplin.

Paru-paru masih diperiksa terus menerus dan setiap kerusakan mendadak segera dilaporkan ke staf medis.

Tes awal alat ini dilakukan terhadap staf di Departemen Kedokteran Perawatan Intensif di Universitas Magdeburg, dan hasil uji cpba  menunjukkan bahwa konsep tersebut berhasil dalam praktik. 

“Umpan balik dari dokter sangat positif. Kombinasi sensor akustik, visualisasi, dan algoritme pembelajaran mesin dapat dengan andal mengkarakterisasi berbagai suara paru-paru yang berbeda,” jelas Dr Ralf Schallert, Manajer Proyek dari Fraunhofer IKTS

Sementara itu  Dr Alexander Uhrig  dari Universitas Kedokteran Berlin menantikan teknologi yang telah berhasul diujicobakan itu. Spesialis penyakit menular dan pneumologi di Charité  ini  terkenal sebagai salah satu penggagas pembuatan rompi tekstil bersensor itu.  

“Pneumo.Vest menjawab persis apa yang kita butuhkan. Ini memberi kami instrumen yang memperluas pilihan diagnostik, meringankan beban staf rumah sakit dan membuat rumah sakit tetap lebih menyenangkan bagi pasien,”  imbuh Dr Alexander Uhrig.

Teknologi sensie itu dirancang untuk pasien ventilasi, tetapi juga cocok untuk orang yang dirawat di fasilitas perawatan atau untuk digunakan di laboratorium tidur. Aplikasi lain dimanfaatkan untuk pelatihan dokter muda untuk auskultasi.

Sementara itu, permintaan untuk perangkat yang dapat dikenakan tingkat klinis semakin meningkat. 

Dengan Pneumo.Vest, para peneliti di Fraunhofer IKTS merancang produk yang dibuat untuk situasi yang semakin tegang di rumah sakit. 

Di Jerman, misalnya, jumlah pasien paru mencapai 385.000 orang dengan penyakit pernapasan atau paru-paru harus dirawat di rumah sakit setiap tahun. 

Bandingkan dengan Indonesia, yang menurut Kementerian Kesehatan, mengobati 385.295 kasus TBC sepanjang tahun 2021. 

Di Jerman lebih dari 60 persen menggunakan ventilator selama lebih dari 24 jam. Data itu belum termasuk peningkatan pasien ventilasi selama pandemi corona yang mendera dunia. 

Karena meningkatnya harapan hidup, industri medis juga mengestimasi peningkatan pasien yang lebih tua dengan masalah pernapasan. 

Dengan bantuan teknologi buatan Fraunhofer IKTS, rumah sakit dan khususnya unit perawatan intensif yang mahal bisa lega karena tempat tidur tidak lagi digunakan oleh pasien dalam waktu begitu lama.

Selain itu, pasar untuk apa yang disebut Clinical Grade Wearables (CGW) berkembang pesat. 

Ini mengacu pada perangkat medis kompak yang dikenakan langsung pada tubuh dan yang mengukur fungsi vital seperti detak jantung, saturasi oksigen darah, laju pernapasan, atau suhu kulit. 

Sebagai perangkat medis yang dapat digunakan secara fleksibel, Pneumo.Vest sangat cocok dengan perkembangan ini. 

Akan tetapi, dokter masih tetap menggunakan stetoskop kesayangan mereka di masa depan meski rompi bersensor diproduksi secara massal.

Bagaimana riset dan penelitian alat medis di Indonesia? Ini tantangan dan peluang bagi Badan Riset dan Inovasi Nasional. #SalamInovasiIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *