Human Development, MANEJEMEN&SAFETY

Mencegah Nyeri Saraf, Hindari Neuropati agar tidak Stroke

ShareBagaimana mencegah nyeri saraf agar tidak menimbulkan neuropati? Gejala awal adalah mudah semutan, mati rasa, terasa telapak tangan terbakar, dan timbul kronis...

Written by Boromeus Sihombing · 2 min read >
Mencegah Nyeri Saraf

Bagaimana mencegah nyeri saraf agar tidak menimbulkan neuropati? Gejala awal adalah mudah semutan, mati rasa, terasa telapak tangan terbakar, dan timbul kronis yang sulit disembuhkan. Jangan sampai kena stroke.   

Mencegah Nyeri Saraf
Gambar cahaya yang ditransmisikan dari saraf skiatik yang terluka (kiri). Pencitraan fluoresensi berbagai sel yang imun selama perbaikan saraf skiatik yang terluka. Mencegah nyeri saraf (Foto/©: Fraunhofer IME)

Telapak tangan dan kaki yang terasa kesemutan hingga mati rasa atau seperti terbakar merupakan gejala penyakit saraf. Bagaimana mencegah nyeri saraf

Mencegah Nyeri Saraf

Gejala-gejala tadi merupakan neuropati yakni penyakit pada sistem saraf yang memicu timbulnya stroke jika tidak segera ditangani lebih awal. 

Jika rasa sakit itu berlanjut selama beberapa bulan, hati-hati dan segera berkonsultasi ke dokter sebelum terjadi suatu keadaan (kesehatan) yang kronis. Penyakit ini sangat sulit diobati, dan obat yang digunakan pun memiliki efek samping terhadap kesehatan. 

Mencegah Nyeri Saraf

Untuk membantu para penderita, tim peneliti di bagian kedokteran translasi dan farmakologi TMP dari Institut Fraunhofer khusus yang menangani Biologi Molekuler dan Ekologi Terapan IME telah menemukan cara untuk mencegah perkembangan nyeri neuropatik pada tahap awal.

Keseriusan tim peneliti merupakan keprihatinan terhadap jumlah yang mencapai lima juta orang di Jerman yang menderita nyeri neuropatik. Dalam diri penderita terjadi kerusakan pada sistem saraf perifer (pusat).

Kenapa saraf terasa nyeri dan sakit? Ketidaknyamanan sering muncul setelah operasi misalnya selama operasi bypass atau operasi karena kecelakaan. Contohnya tulang belakang terluka yang berdampak terhadap kesehatan sumsum. 

neuropatik

Nyeri phantom yakni pasien menderita yang harus diamputasi juga berpotensi menderita neuropatik. Rasa nyeri terjadi karena induksi secara mekanis. Perubahan sensitivitas kulit merupakan contoh nyata. 

Perasaan seperti dingin, panas atau sentuhan pada kulit kurang dirasakan merupakan gejala yang perlu dicermati. Timbul masalah yang lebih besar yakni rasa sakit yang menjadi kronis. 

Kualitas hidup orang-orang yang terkena nyeri saraf dan kemudian menurun secara signifikan. 

Para penderita tidak dapat lagi melakukan aktivitas secara normal. Penderita otomatis mengabaikan kegiatan seperti rekreasi dan mengurangi persahabatan. 

neuropatik

Konsekuensi yang lebih parah adalah penderita mengisolasi diri atau mengundurkan diri dari strata sosial—hal ini mengarah pada tingkat depresi.

Perkembangan neuropatik yakni nyeri yang disebabkan oleh trauma—disebabkan operasi  kecelakaan. Tim peneliti mengingatkan rasa nyeri saraf harus dihentikan sedini mungkin untuk menghindari gangguan yang kompleks. 

Menurut tim peneliti, setelah nyeri neuropatik muncul dan terapi yang dilakukan hasil atau efeknya sangat terbatas. Sementara obat yang disarankan menimbulkan efek samping yang menambah gangguan kesehatan.

neuropatik

Apakah sel-sel kekebalan dapat berubah menjadi musuh kesehatan tubuh? Para peneliti di Fraunhofer IME meneliti terapi alternatif yang dapat mengobati nyeri neuropatik asalkan dilakukan lebih awal. 

Tim peneliti melakukan serangkaian tes atau uji coba. Hasil uji coba menunjukkan berbagai lipids yang dilepaskan sebagai molekul sinyal dalam cedera, mampu mengendalikan reaksi inflamasi pada saraf yang rusak. 

“Saraf meningkatkan alarm dan melepaskan lipids untuk memberi sinyal pada sistem kekebalan bahwa penyebab tubuh yang cedera harus dihilangkan,” urai Prof. Dr. Klaus Scholich, Pemimpin Kelompok Analisis Biomedis dan Pencitraan di FRAUNHOFER IME. 

Komponen struktural membran sel disebut lipids yang berfungsi untuk menyimpan energi, memberi sinyal—mencakup molekul seperti asam lemak dan turunannya yakni monogliserida, dan fosfolipid  serta metabolit yang mengandung sterol lain seperti kolesterol.

“Seseorang yang menderita nyeri neuropatik maka sel-sel kekebalan yang terkena terasa sakit  beberapa saat. Sel-sel kekebalan itu berinteraksi dengan saraf sedemikian rupa sehingga daerah yang terkena meradang secara permanen,” tambah Prof. Dr. Klaus Scholich.

Rasa sakit saraf tidak dapat lagi berkurang dan berubah menjadi kronis. Tim peneliti mengatasinya dengan mengganggu jalur pensinyalan yang memfungsikan sel-sel kekebalan. Tim peneliti secara signifikan mengurangi rasa sakit nyeri saraf. 

Mengurangi rasa sakit mungkin tercapai, misalnya dengan penggunaan obat penghilang rasa sakit pada waktu tertentu. Obat penghilang rasa sakit  itu antara lain ibuprofen dan diklofenak. 

Jika pasien diberikan obat-obatan lebih  awal maka produksi prostaglandin E2 (estradiol merupakan hormon) lipids berhenti. Obat  berperan penting untuk menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi dari trauma. Saraf lebih peka dan mengaktifkan sistem sel-sel kekebalan tubuh.

Prostaglandin E2 mengikat reseptor EP3 (Extended Health Policy Protection Plan). Neuron yang memiliki reseptor ini melepaskan molekul pensinyalan CCL2 (istilah antibodi). 

Dan pada gilirannya meningkatkan pengembangan rasa sakit. CCL2 mengantarkan sel-sel kekebalan baru ke saraf yang terluka dan meningkatkan persepsi rasa sakit.

Proses itu merupakan temuan para peneliti IME melalui studi yang intensif. 

“Kami mampu mengklarifikasi mekanisme hilir yang mempromosikan pengembangan nyeri neuropatik melalui reaksi inflamasi,” jelas Prof. Dr. Klaus Scholich. 

Reseptor EP3 mengenali prostaglandin E2. Dengan mematikan EP3 maka hal itu menghambat pelepasan CCL2 sehingga perkembangan nyeri dapat dikurangi secara signifikan. 

“CCL2 dapat dicegat dengan terapi untuk pebnetukan antibodi spesifik. Antibodi ini dapat digunakan untuk mengobato nyeri kronis ketika obat-obatan konvensional seperti ibuprofen yang tidak berfungsi. Kerugiannya adalah antibodi harus disuntikkan,” tutur  Prof. Dr. Klaus Scholich.

Akan tetapi, sebagian besar pasien menganggap proses pengobatan itu  tidak menyenangkan. Untuk itu, tim Prof. Dr. Klaus Scholich meneliti bahan aktif alternatif yang dapat dimakan oleh pasien. 

Hasil penelitian tim Prof. Dr. Klaus Scholich telah dipublikasikan Journal of Biological Chemistry. Mari mencegah nyeri saraf lebih dini untuk menghindari neuropati dan stroke.

One Reply to “Mencegah Nyeri Saraf, Hindari Neuropati agar tidak Stroke”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *