Industrialisasi, Konstruksi & Infrastruktur

Maksimalkan Pelayanan Bisnis di Darat dan Pelabuhan, Astra Infras Gunakan Teknologi

SharePerusahaan ASTRA Infra maksimalkan pelayanan bisnis di darat dan pelabuhan dengan menggunakan kekuatan teknologi dan inovasi. Anak usaha PT Astra International Tbk.,...

Written by Marinus L Toruan · 3 min read >

Perusahaan ASTRA Infra maksimalkan pelayanan bisnis di darat dan pelabuhan dengan menggunakan kekuatan teknologi dan inovasi. Anak usaha PT Astra International Tbk., ini mengelola 350 km jalan tol, dan berencana menambah hingga 500 km. Di pelabuhan pun bisnisnya berseri.  

Tol Surabaya – Mojokerto (kiri) dan Gerbang Tol Cikopo – Paliman (Jawa Barat) yang dikelola oleh AFRA Infras. (Foto/@: ASTRA Infras)

Salah satu anak usaha grup PT Astra International Tbk., bergerak di bidang bisnis infrasktur melalui ASTRA Infra yang telah mengelola jalan tol sepanjang 350 km yang menghubungkan beberapa kota  di Pulau Jawa.  

Maksimalkan Pelayanan Bisnis

Sebagai kelompok usaha, ASTRA Infra bertindak sebagai investor dan operator  di sektor  infrastruktur yakni jalan tol, Pelabuhan, dan logistik. 

Dengan portofolio bisnis di darat dan pelabuhan, ASTRA Infra menjalankan bisnisnya melalui PT Astra Tol Nusantara (infrastruktur)  dan PT Astra Nusa Perdana. Saham kedua perusahaan itu sepenuhnya milik grup Astra. Astra Nusa Perdana bergerak di sektor logistik.

Sementara positioning ASTRA Infra melalui PT Astra Tol Nusantara merupakan strategic investor yang bisnisnya diwujudkan dalam pengelolaan sejumlah ruas jalan tol di Pulau Jawa. 

Menurut CEO  Toll Road Business Group ASTRA Infra, Kris Ade Sudiyono kepada sejumlah jurnalis melalui tatap muka virtual awal Oktober 2020,  ASTRA Infra memiliki saham di 6 Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).

Keenam proyek BUJT itu dinamai sebagai ASTRA Infra Toll Road Tangerang-Merak, ASTRA Infra Toll Road Jombang-Mojokerto,  ASTRA Infra Toll Road Cikopo-Palimanan, TMJ (Semarang-Solo), JSM (Surabaya-Mojokerto), dan MTN (Kunciran-Serpong). 

Keenam jalan tol itu mencapai panjang 350 km dan manajemen ASTRA Infra berencana mengelola hingga 500 km dalam beberapa waktu ke depan. Bagaimana ASTRA Infra mencapai keberhasilan   itu?

Menurut Kris Ade Sudiyono, pihaknya menggunakan manajemen yang terbaik dan salah satu caranya adalah dengan menggunaan kekuatan teknologi dan inovasi. 

Sebagai investor dan operator, ASTRA Infra merupakan operator pertama di bisnis jalan tol yang menerapkan penggunaan teknologi terbaik—termasuk di bidang inovasi. 

Salah satu contoh teknologi yang diimplementasikan adalah Automatic Vehicle Classification (AVC). AVC merupakan elemen dengan aplikasi yang mampu mendeteksi lima jenis kendaraan yang hendak memasuki gerbang misalnya di tol Tangerang-Merak. 

Dengan teknologi sensor inframerah, AVC secara otomatis mendeteksi informasi jenis kendaraan-kendaraan yang masuk gerbang tol. Data yang terekam merupakan kunci dasar penentuan tarif atau transaksi kendaraan yang memasuki gerbang tol. 

Data transaksi tiap kendaraan secara otomatis dikirimkan ke sistem pusat, otoritas, dan pengawas di piket gerbang tol. Hal ini memungkinkan pemantauan dan pengendalian pembayaran tol yang benar ke beberapa titik meski hierarki saling berbeda.

Bagaimana alat AVC bekerja untuk mengetahui jenis atau klasifikasi kendaraan? Inilah kekuatan teknologi yang inovatif dan secara otomatis menyensor kendaraan berdasarkan jenis/ukuran as, jarak antaras, jumlah roda kendaraan (tunggal atau ganda), dan ketinggian kendaraan. 

Dengan pengontrol, sensor, dan perangkat lunak, elemen AVC juga mampu menyediakan informasi yang berguna untuk melacak kendaraan—ini berguna sebagai pengontrol jalur tol. 

Menurut laman Astrainfras, PT MMS merupakan pionir dalam teknologi multi-type AVC pada sistem jalan tol tertutup.

Melengkapi Automatic Vehicle Classification yang merupakan tulang punggung sistem manajemen jalan tol—sebagai alat kontrol (deteksi kendaraan) dan sistem audit—ASTRA Infras juga menggunakan Variable Message Signs (VMS) dan Wire Rope.

VMS merupakan perangkat pengendali lalu lintas—terdiri dari layar elektronik dengan konten informasi yang diperbarui dan dikendalikan secara terpusat. 

Sedangkan Wire Rope merupakan bentangn kawat berbahan logam yang berbentuk pelintir menyerupai heliks yang tampak seperti tali komposit. Tali kawat berdiameter lebih besar terdiri dari beberapa helai sesuai dengan tujuan penggunaannya.

ASTRA Infras menggunakan wire rope sebagai pagar pengaman tali kawat yang ditempatkan di median jalan. Tujuannya untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan tol. Misalnya  dengan mencegah kendaraan menerobos jalur untuk mengurangi korban jiwa akibat kecelakaan.

Sementara itu, rumble dot adalah material yang terbuat dari bahan campuran panas dengan komposisi dengan dimensi khusus yang dipasang di sepanjang yang telah didisain misalnya pada bahu jalan tol (dalam dan luar) sebagai garis tanda peringatan dini bagi pengguna jalan.

Manajemen ASTRA Infra melengkapi penggunaan teknologi yakni weight in motion (WIM) dan continuously reinforced concrete pavement (CRCP). WIM adalah perangkat untuk mengukur berat benda yang bergerak, dan menginformasikannya secara otomatis. 

Alat ini merekam data kendaraan yang kelebihan muatan, dan hal itu tentu pelanggaran terhadap petentuan yang berlaku. 

Sementara continuously reinforced concrete pavement  (CRCP) merupakan metode rekonstruksi jalan beraspal beton tanpa sambungan dengan perkuatan besi terus menerus untuk menahan retakan yang mungkin terjadi pada perkerasan beton. 

Penguatan besi tanpa sambungan terus menerus memungkinkan kerataan, kedap air, dan kekuatan yang lebih baik. Implementasi teknologi dan inovasi tentu meningkatkan pelayanan kepada pengguna jalan tol, dan sekaligus pengelolaan revenue transparan dan efekif.

Akan tetapi, bisnis ASTRA Infras tak luput dari gangguan pandemik #/Coronavirus. Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar, transisi, dan adaptasi terhadap new normal life memengaruhi arus kendaraan yang melintasi jalan tol—otomatis mengurangi pemasukan, terutama pada Maret 2020, ungkap Kris Ade Sudiyono, CEO  Toll Road Business Group ASTRA Infra. 

Kris Ade Sudiyono, CEO  Toll Road Business Group ASTRA Infra (kiri) dan kegiatan PT PT Pelabuhan Penajam Banua Taka yang melayani perusahaan kegiatan eksplorasi minyak dan gas (Foto/@: ASTRA Infras)

Apa tindakan manajemen? Melakukan efisiensi operasional, riview terhadap capital expenditure atas besaran modal yang telah direncanakan tahun 2019. Sebagai pelaksana jasa manajemen operasional dan pemeliharaan di 4 ruas tol yang beroperasi di jalan tol trans Jawa yang panjangnya mencapai 302 km, demikian Kris Ade Sudiyono.

Kris menambahkan, pihaknya memenangkan tender pengadaan layanan jasa konsultan pra-operasi dan layanan jasa operasional jalan tol dalam kota seksi 1A (Kelapagading-Pulogebang). ASTRA Infras terpilih sebagai Project Management Consultant untuk proyek Pembangunan Akses Bandara Kertajati yakni ruas tol Cikopo-Palimanan. 

Menurut Kris Ade Sudiyono, PT Pelabuhan Penajam Banua Taka atau Astra Infra Port-Eastkal merupakan pelabuhan dan Pusat Logistik Berikat yang berlokasi di wilayah Selat Makassar, Kalimantan Timur. Pelabuhan ini melayani perusahaan yang melakukan eksplorasi hulu.

Misalnya sumur laut dalam (ultra minyak dan gas, pertambangan dan deep water) di wilayah kerja Timur Sepinggan. Kemudian sumur wilayah kerja Pertamina Hulu Mahakam. 

ASTRA Infras Port juga melayani kegiatan operasi penunjang aktivitas hulu, misalnya Sclumberger, Halliburton, Technip EMC, Apexindo, KS Driling, United Tractor, dan Snacia,”  tutur Kris Ade Sudiyono melalui presentasi virtual. 

Sama seperti induknya, manajemen ASTRA Infras menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membiayai program sekolah binaan, UKMK binaan, dan kampung berseri di Cikupa dan Merak Ciujung. 

Warga yang mendapatkan pelayanan terbaik di darat dan pelabuhan—juga masarakat umum—dari ASTRA Infras, tentu menciptakan suasana senang dan berseri khususnya bagi yang mendapatkan bantuan.    

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *