Bobot kolaborasi IJBNet-Universitas Mercubuana dipertajam oleh Masahiro Nakamura, Ohashi, dan Fumio Kojima. Mawardi Amin akan memasukkan lean manufacturing sebagai mata kuliah mahasiswa UMB. JICA siap mendanai kegiatan peningkatan kualitas SDM.
Penulis: Emilezola Sihombing Editor: Marinus L Toruan
mmINDUSTRI.co.id – Hasil kolaborasi antarorganisasi itu beragam. Untuk mencapai tujuan bersama, maka para pihak terkait duduk bareng membahas kesepakatan.
Contohnya, pengurus Indonesia Japan Bussiness Network (IJBNet) dan Universitas Mercu Buana (UBM) bersepakat menandatangani Nota Kesepahaman atau memory of understanding (M0U) yang dilaksanakan di kampus UBM, Jakarta Selatan pada 30 Juli 2022.
Ketua Umum IJBNet, Dr Suyoto Rais dan Dr Harwikarya, M.T. Rektor Universitas Mercu Buana, keduanya bertindak sebagai penandatanganan dokumen kesepakatan.
Selanjutnya, lebih konkrit lagi Perjanjian Kerjasama antara IJBNet yang diwakili oleh Suyoto Rais dan Dr Mawardi Amin, M.T, Dekan Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana.
Dengan kerjasama dua lembaga itu, maka para peneliti ilmiah yang secara akademis diwujudkan dalam program pengembangan pendidikan untuk ikut memberdayakan masyarakat. Selanjutnya, aktivitas akademik seperti pelatihan, seminar, diskusi, dialog, produksi, dan penyelenggaraan media promosi serta yang lain—bakal dikembangkan.
Bagi jajaran IJBNet, peristiwa itu merupakan bagian dari aktualisasi dari kehadiran IJBNet yang berdiri sejak 4 (empat) tahun lalu. Organisasi nirlaba ini didirikan oleh para mahasiswa asal Indonesia yang menyelesaikan studi di berbagai perguruan tinggi di Jepang—termasuk para pebisnis dan tokoh berkebangsaan Jepang yang menyukai Indonesia.
IJBNet berdiri pada 8 Agustus 2018 diresmikan oleh Airlangga Hartarto yang ketika itu Menteri Perindustrian dan kini sebagai Menko Perekonomian, sekaligus Pembina IJBNet dan Ketua Umumnya Dr Suyoto Rais pemilik perusahaan konstruksi sipil.
Peresmian IJBNet dihadiri oleh Dubes Jepang (kala itu) Masafumi Ishii, pengusaha Rachmat Gobel, Soebronto Laras, Sanny Iskandar, M. Syafii Antonio, Haris Muandar N., dan perwakilan asosiasi pengusaha, para sahabat Jepang pencinta Indonesia, akademisi dan masyarakat lainnya.
“(Penandatanganan dokumen) kerjasama hari ini merupakan upaya untuk terus mewujudkan kehadiran IJBnet sebagai organisasi terpercaya untuk membantu kolaborasi Indonesia- Jepang. IJBNet siap bersinergi dengan instansi pemerintah, akademisi, pelaku bisnis dan pihak-pihak terkait di ke duanegara,” ungkap Suyoto Rais.
Suyoto yang mahir berbahasa Jepang dan dekat dengan kalangan METI, JETRO, dan JICA itu, menyatakan kerjasama dengan berbagai instansi meningkat. Ia pun berharap kerjasama dengan UMB bukan sebatas penandatanganan di lembaran kertas.
Kerjasama direalisasikan dalam berbagai kegiatan nyata yang bermanfaat bagi Indonesia. Misalnya pengembangan ekspor produk makanan halal ke Jepang, pemanfaatan teknologi dari Jepang dan program pendidikan. Tahun 2021, Suyoto Rais dan rombongan menjajal pasar Jepang.
Wawasan para pihak yang hadir pada acara di kampus UMB, semakin bertambah dengan menyimak presentasi Digital Lean Manufacturing Automations dengan nara sumber Prof Dr Masahiro Nakamura, CEO Lexer Research Inc. Nakamura membahas CPS Technology for MI4.0 and Green.
Selanjurnya Ohashi, dari Lexer Research Inc. menyajikan MD-MES Application, dan Dr Fumio Kojima Guest Professor Waseda University mengusung paparan bertemakan Indonesian Lean MONOZUKURI in the 4IR Era.
Setelah menyimak uraian para pembicara dari negeri bunga Sakura itu Dr Wamardi Amin, Dekan Fakultas Teknik, UMB, mengungkapkan rasa antusiasnya untuk memasukkan materi Lean Manufacturing sebagai bagian kurikulum atau mata kuliah bagi para mahasiswa UMB.
“Kalau bisa secapatnya,” imbuh Wamardi Amin sehingga UMB berpeluang mencapai salah satu World Class University. Ia pun akan mengusukkan ke manajemen UMB untuk memperbanyak kolaborasi dengan akademik dan berbagai pihak-pihak di luar negeri. Jangan lupa peran media Pak Dekan (red.)
Adopsi materi dan teknologi Lean Manufacturing yang diinspirasi oleh para pakar dari Jepang itu menjadi bagian penting untuk mencapai tujuan tersebut, demikian Mawardi seperti dikutip oleh sekretariat IJBNet melalui rilisnya.
Semenatra itu, Dr Salim Mustofa, Sekretaris Jenderal IJBNet, menjelaskan bahwa IJBNet sangat memperhatikan pengembangan bidang pendidikan khususnya human development atau pengembangan Sumber Daya Manusia.
Sejalan dengan penerapan Industri 4.0, IJBNet dipercaya sebagai local coordinator yang ditetapkan oleh Lexer Research Inc. Misalnya untuk melaksanakan program LeMMI4.0 yang didanai oleh Japan International Corporation Agency (JICA) yang juga mempunyai perwakilan di Jakarta.
JICA bermitra dengan Kemenperin RI sejak akhir Desember 2019, dan salah satu kegiatannya adalah seminar yang selenggarakan di kampus UMB.
“IJBNet adalah koordinator kegiatan kolaborasi pelbagai pihak seperti Ditjen ILMATE, Ditjen KPAII, Asosiasi Industri meliputi IAIPD, PIKKO, IOI GIAMM,
TMMIN, Cikarang Technopark, ATMI Cikarang, Omron Manufacturing Indonesia yang dikordinasikan oleh IJBNet,” ungkap Salim Mustofa.
Dalam mengembangkan Industri 4.0, Indonesia diwakili oleh Kemenperin Republik Indonesia dengan kerjasama dengan berbagai pihak di dalam dan pisak asing termasuk Jepang—terutama sektor industri. Kerjasama dengan Jepang merupakan bukti nyata pengembangan sektor otomotif.
Penyediaan SDM yang unggul bertujuan untuk mencapai kemampuan beradaptasi teradap era Teknologi Indusri 4.0 seperti diwujudkan melalui kolaborasi IJBnet – Universitas Mercu Buana, demikian ujar Salim Mustofa.
Melalui rilisnya, Direktur Eksekutif IJBNet, Solihin menjelakan bahwa acara penandatanganan dan seminar merupakan rangkaian acara ulang tahun ke-4 IJBNet pada 8 AGustus 2022.
Pada perayaan ulang tahun ini, IJBNet fokus untuk konsulidasi internal dengan mengerucutkan aktivitas untuk meningkatkan kerjasama bisnis Indonesia – Jepang.
Terutama aktivitas yang sudah mengerucut skema bisnisnya untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke Jepang dan lainnya yang bisa diikuti oleh masyarakat luas utamanya UKM.
Semoga kehadiran IJBNet di daerah-daerah semakin meningkatkan gairah berbinis dan memanfaatkan teknologi buatan Jepang, demikian Solihin.
Peribahasa Jepang berbunyi: Ku wa raku no tane yang bermakna memulai sesuatu (mungkin) menderita namun akan tercapai kesenangan di hari mendatang.