Customer Care, F&B Industri

Kita Terbiasa Membuang Sisa Makanan, Besar Potensi Ekonomi-Bisnis

ShareKita terbiasa membuang potensi ekonomi-bisnis yakni sisa makanan. Di hajatan, seminar, dan selebrasi disuguhi hidangan. Orang mengambil makanan melebihi ukuran dan membuang...

Written by Stevie Ayu · 3 min read >
Potensi Ekonomi-Bisnis

Kita terbiasa membuang potensi ekonomi-bisnis yakni sisa makanan. Di hajatan, seminar, dan selebrasi disuguhi hidangan. Orang mengambil makanan melebihi ukuran dan membuang sisanya. Bagaimana menghindari keracunan makanan?  

Hidangan resep buatan Tantri ini berasal dari komoditi ekonomi yang diolah menjadi makanan. Bahan mentah yang tidak dikemas dengan baik akan membusuk, demikian juga sebagian makanan ‘bernasib malang’  dibuang sia-sia. Kita terbiasa membuang sisa makanan, besar potensi ekonomi-bisnis  (Foto/@: mmINDUSTRI.co.id/Rayendra L. Toruan)

Hindarilah membuang potensi ekonomi dan bisnis yang berasal dari sisa makanan dan bahan makanan. 

Jika menghadiri acara sebaiknya mengambil makanan seukuran yang dapat dihabiskan. Ambil secukupnya dan jika kurang, masih ada waktu menambah.   

Potensi Ekonomi-Bisnis

Studi yang dilakukan oleh Yayasan Lingkungan WWF di Jerman, membuktikan lebih 10 juta ton makanan yang dibuang begitu saja. Jumlah penduduk Jerman mencapai 83 juta jiwa dan menghasilkan 10 juta ton sisa makanan tiap tahun. 

Indonesia yang berpenduduk 264 juta (mungkin) jumlah sisa makanan lebih dari 3-4 kali lipat dari Jerman. Angka itu mungkin lebih besar jika memerhatikan kebiasaan orang saat menghadiri hajatan dan bahkan di rumah. 

Entah karena takut makanan habis, orang cenderung mengambil melebihi porsi yang dibutuhkan seperti sering tampak ketika makan khas prasmanan. Tumpukan piring tampak dengan sisa makanan dan tanpa sadar kita telah membuang potensi ekonomi dan bisnis.  

Potensi Ekonomi-Bisnis   

Bagaimana dengan makanan dan bahan makanan di restoran, supermarket, dan sebagainya? Tim peneliti WWW memastikan selalu ada sisa makanan dan bahan mentah yang tersisa dan dibuang begitu saja. Peneliti mengakui, sebagian makanan dan bahan mentah rusak karena salah kelola. 

Untuk itu, tim peneliti mengusulkan penggunaan pemindai atau scan makanan berbentuk seluler agar  konsumen (pembeli) dan operator supermarket mudah memeriksa suatu makanan atau bahan mentah yang rusak agar terhindar dari keracunan makanan

Perangkat pemindai itu dapat dikantongi agar mudah menggunakan alat ukur inframerah untuk menentukan tingkat kematangan dan umur sayuran, buah-buahan, dan sejenis lainnya yang yang disimpan. Hasil scan dapat ditampilkan dengan menggunakan aplikasi. 

Potensi Ekonomi-Bisnis

Peneliti Fraunhofer mengembangkan sistem sebagai uji coba yang dikerjakan bersama dengan mitra di Kementerian Pangan, Pertanian, dan Hutan Bavaria salah satu negara bagian Jerman.

Apakah kita masih ingin mencicipi yogurt? Bagaimama dengan sayuran yang dihidangkan di pesta atau di restoran? Orang yang ragu, akhirnya makanan tidak pernah terhidang di atas piring atau jika warnanya kusam makanan itu dibuang ke tempat sampah. Orang menghindari keracunan makanan.

Banyak produk makanan yang dibuang karena aromanya tak menggugah selera dan cacat  atau masa berlakunya telah berakhir. Kita bisa menyimak cara Negara Bagian Bavaria, Jerman,  meminimalisasi pembuangan makanan yang jumlahnya mencapai 1,3 juta ton setiap tahun. 

Potensi Ekonomi-Bisnis

Bavaria meluncurkan We Save Food sebagai upaya untuk menangkal limbah makanan yang dilakukan secara ketat dengan 17 langkah. Ini merupakan antitesa terhadap frasa membuang potensi ekonomi dan bisnis.  

Contohnya adalah proyek pemindai makanan yang membantu mengurangi kerugian di akhir rantai nilai di bidang ritel dan konsumen. Alat pemindai atau scan berguna untuk mengetahui tingkat kesegaran makanan—terutama pada masa depan—makanan yang dikemas dan tanpa pembungkus. 

Para peneliti dari Institut Fraunhofer untuk Optronics, Teknologi Sistem dan Evaluasi Gambar IOSB, Institut Fraunhofer (eknik Proses dan Pengemasan IVV), Universitas Ilmu Terapan Universitas Deggendorf, dan Universitas Ilmu Terapan Weihenstephan-Triesdorf bekerja sama.

Potensi Ekonomi-Bisnis

Mereka mengembangkan pemindai makanan kompak yang digiunakan untuk menangkap data dari dua makanan dan mengtahui nilai daya tahannya.

Menentukan keaslian makanan dengan cahaya inframerah. Jantung pemindai seluler disebut sensor near infrared (NIR) yang dapat merekam tingkat kematangan makanan dan jumlah serta jenis kandungan bahan makanan. 

“Sinar infra merah dikirim ke arah produk untuk diperiksa, dan spektrum cahaya yang dipantulkan diukur. Panjang gelombang yang diserap memungkinkan untuk menyimpulkan komposisi kimia produk makanan,”  urai Dr. Robin Gruna, Manajer Proyek dan Ilmuwan Fraunhofer IOSB. 

Potensi Ekonomi-Bisnis
Banyak bahan makanan berubah menjadi sampah padahal mempunyai potensi ekonomi dan bisnis. Pemindai makanan kecil harus kita gunakan untuk membantu agar di masa  depan, manusia tidak seenaknya membuang sisa dan bahan makanan. Kita terbiasa membuang sisa makanan, besar potensi ekonomi-bisnis  (Foto/©: Fraunhofer IOSB)

“Di laboratorium, bahan telah diukur dengan menggunakan spektroskopi inframerah. Hasil temuan yang baru adalah kemungkinan alat sensor kecil dengan biaya efisien,” kata Julius Krause seorang fisikawan. 

“Makanan sering dipalsukan seperti salmon trout yang dijual sebagai salmon. Konsumen dapat menentukan keaslian suatu produk dengan menggunakan perangkat kami. Minyak zaitun yang tercemar dapat diidentifikasi,” tambah Julius Krause. 

Hasil pemindai atau scan hanya mengevaluasi kualitas produk makanan yang homogen. Produk heterogen dengan bahan yang berbeda seperti pizza sulit diuji. 

Para peneliti sedang meneliti teknologi penyelesaian lokasi seperti pencitraan spektroskopi dan pendekatan fusi dengan gambar warna dan sensor spektral.

Kualitas makanan berdasarkan data sensor dan spektrum inframerah yang diukur dan prediksi usia makanan dapat disimpan. Tim peneliti mengembangkan algoritma cerdas yang mencari pola dan keteraturan yang sesuai dalam data. 

“Kita dapat meningkatkan potensi pengakuan melalui pembelajaran mesin atau machine learning. Dalam pengujian, kami memeriksa tomat dan irisan daging,” tuturn Dr. Robin Gruna. 

Contoh lain adalah spektrum NIR yang diukur dari irisan daging berkorelasi dengan pembusukan mikroba menggunakan metode statistik dan umur simpan lebih lanjut dari daging dari ini. 

Tes penyimpanan komprehensif, kualitas mikrobiologis, dan parameter kimia lainnya di bawah kondisi penyimpanan yang berbeda—semua dicatat oleh tim peneliti. Alat pemandai cocok digunakan di Indonesia khusus untuk mengetahui kandungan hidangan apakah bebas racun.

Mari hindari kebiasaan membuang potensi ekonomi dan bisnis demikian besar dalam sisa makanan. Booming Indonesian Business

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *