Agenda, MICE, Video

Keunikan Kulit Ular Piton Pemberi Rezeki, Siap Menangkar Piton?

Share Dari segi keunikan kulit ular piton pemberi rezeki—selain eksotik, unik, dan harganya paling top disusul kulit biawak dan buaya. Wanita menyukai...

Written by Rayendra L. Toruan · 3 min read >

Dari segi keunikan kulit ular piton pemberi rezeki—selain eksotik, unik, dan harganya paling top disusul kulit biawak dan buaya. Wanita menyukai sepatu, tas, dompet, ikat pinggang, dan asesoris lain berbahan kulit piton.

Dari kiri Mulyadi,  Staf Dirjen Kimia Farmasi dan Tekstil,  Kementerian Perindustrian; Adie Rochmanto Pandiangan, Direktur Industri Tekstil Kulit dan Alas Kaki,  Daud Salim, CEO PT Kristamedia Exhbition; Dr Ignatius Warsito, Dirjen Kimia Farmasi dan Tekstil, Kemenperin; Erick M Wiradinata, Ketua Umum Asosoasi Industri Reptil dan Amfibi Indonesia (AIRAI); dan Sukoso Thamrin mewakili PT Yakita Mulya. Keunikan kulit ular piton pemberi rezeki  (Foto/@: www.mmINDUSTRI.co.id/Rayendra L Toruan)

Penulis/editor: Rayendra L Toruan

mmINDUSTRI.co.idKulit reptil yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku yakni kulit terdiri dari 7 spesies di Indonesia—merupakan appendix 2 dan ada 7 spesies yang bukan appendix.

Ternyata, fauna jenis reptil seperti ular piton, biawak, dan buaya memberikan produk ekonomi yang berarti menyediakan lapangan kerja dan bisnis bagi sebagian orang yang kreatif dan inovatif memanfaatkan potensi alam.

Belum lama ini, sejumlah pengrajin yang menggunakaan kulit ular piton, biawak,  dan kulit buaya sebagai bahan baku alas kaki dan produk lainnya,  mengikuti pameran Indo Leather & Footwear di Jakarta, belum lama ini.

Para pengrajin bergabung dalam Asosoasi Industri Reptil dan Amfibi Indonesia (AIRAI) yang diketuai oleh Erick M Wiradinata, S.T dengan membawahi 36 perusahaan di sekuruh Indonesia. Hasil pameran?

Erick menjelaskan bahwa beberapa prospek dari pembeli lokal yang berniat memproduksi sepatu, produk tas, small item—seperti dompet, ikat pinggang yang dijual secara retail.

Beberapa anggota AIRAI juga bertemu langsung dengan buyers asing. Erick menambahkan masih menunggu laporan nilai transaksi dari para anggota.

Bagamana prospek ke depan? Keikutsertaan asosiasi sangat berkepentingan untuk membantu memberikan informasi kepada buyers mengenai kekuaan dan potensi industri kulit reptile di Indonesia.

Hampir seluruh anggota asosiasi merupakan perusahaan yang memiliki izin ekspor dari Direktorat Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Para eksporter kulit reptil pada umumnya mengekspor bahan kulit salam kondisi crusted, finished, dan produk jadi. Potensi reptil untuk menunjang bahan baku industri kulit reptil di Indonesia selalu dipantau jumlah potensinya dengan melakukan survei potensi di bumi Indonesia.

Kegiatan survei dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional melalui Sekretariat Kewenangan Ilmiah dan Keanekaragaman Hayati. Pemerintah  memberikan kuota ekspor tahunan berdasarkan ketentuan Direktorat Konsevasi dan Sumber Daya Alam dan Eksosistem,  Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Sampai saat ini, jumlah potensi kulit reptil masih sangat baik karena pengambilan dari alam diawasi oleh  pemerintah. Untuk melakukan ekspor ke negara-negara maka eksporter harus memiliki  dokumen Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora.

Apakah ular piton dan biawak dapat dibudidayakan seperti peternakan buaya? Sementara ini,  ular  python, biawak, dan jenis ular lainnya  belum mendapatkan bahan kulit dari hasil penangkaran.

Akan tetapi, beberapa anggota asosiasi mulai tertarik  untuk melakukan penangkaran ular piton dan biawak karena kulit mereka menjanjikan. Ular piton berasal dari 16  provinsi seperti dari Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.

Bagaimana cara berburu ular piton? Pemburuan ular  piton dilakukan dengan melibatkan banyak orang yang diawali dengan hunter/pemburu. Hasil tangkapan dibawa kepada kolektor yang selanjutnya dijuak kepada pemilik ijin dalam negeri.

Selanjutnya, kulit ular piton diproses dan dikirimkan kepada penyamak kulit reptil. Kulit piton itu diproses di penyamakan baru dikirim kepada pembeli di dalam atau  diluar negeri—ini  menunjukkan industri kulit reptile  menampung banyak tenaga kerja.

Kapasitas kulit piton di Indonesia memiliki kuota ekspor sebanyak  167.361 lembar dan sekitar 5 persen dari jumlah tersebut dimanfaatkan di dalam negeri sedangkan sisanya diekspor.

Komoditi kulit reptil minimum mencapai kondisi ekspor yakni crusted (setengah jadi)—hal  ini sangat baik untuk menunjang industri kulit reptil.

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam untuk komoditi kulit reptil yang sangat besar tentu saja dapat membantu mensehjaterakan masyarakat Indonesia.

Seiring dengan langkah kebijakan dari pemerintah, sehingga juga bisa didukung  oleh pemerintah—selain melalui Kementerian KLHK juga dari Kementrian Perdagangan maupun Kementerian Perindustrian.

Bagaimna proses pembuatan kulit piton menjadi produk bahan yg mahal? Untuk proses penyamakan kulit piton memiliki proses yang hampir sama dengan proses penyamakan kulit kambing dan sapi meski berbeda pada proses lepas sisik—tidak seperti kulit kambing dan sapi  yang bulunya harus dilepaskan dan dibuang sebelum menggunakan kulit.

Dr Ignatius Warsito, Dirjen Kimia Farmasi dan Tekstil, Kemenperin (dua dari kanan) mengakui tas dan produk berbahan kulit reptil tidak kalah dengan produk asing (Foto/@: www.mmINDUSTRI.co.id/Rayendra L Toruan)

Kulit reptil adalah kulit eksotik dan pengguna produk  sepatu mengetahui nilai prestisius dari kulit reptil itu. Diakui oleh Erick M Wiradinata bahwa saat ini telah digunakan teknologi canggih untuk membuat kulit buatan mirip kulit reptil asli bahkan banyak kulit yang lebih bagus dari kulit reptile asli.

Akan tetapi, kulit reptil asli memiliki karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya dibanding kulit buatan. Kulit ular piton memiliki mekanisme yang baik sesuai aturan  pemerintah.

Bahan baku kulit piton tetap  dijaga secara konsisten. Berkat konsep perdagangan kulit reptil yang harus memenuhi sistem berkelanjutan.

Orang demikian suka sepatu dan produk lainnya dengan bahan kulit reptil  yang eksotik dan memiliki nilai prestisius dan keunikan tersendiri.

Negara penghasil kulit reptil adalah Amerika Selatan, Afrika, dan Asia. Kulit reptil yang memiliki spesies sama adalah Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara karena penyebaran spesiesnya sama.

Erick M Wiradinata ingin memperluas tenaga kerja melalui para anggota seperti PT Ekanindya Karsa, CV Alona Jaya, UD Alian Ruswan, CV Reptindo Utama, CV Citra Centra Reptindo Semesta, CV Hanselia, PT Yakita Mulya, PT Padimas Jaya, PT Sumber Murni Lestari, dan PT Makmur Abadi Permai.

Selanjutnya, CV Reco, CV Tri Santoso, CV Leo Jaya,  CV Asean Gunawan, PT International Leather Works, CV Cardina, PT Kreasi Fauna Indah, CV Java Reptil, CV Momo, PT Bellasima, CV Moda Learher, PT Berkat Alam Abadi, CV Mufakat, UD Banyuwangi Leather, dan CV Megatama Reptile Indinesia.

Bisnis perusahaana berikut ini pun terus menggeliat seperti CV Sedaro, UD Bali Tone, CV Prasada Bali Utama, CV Berkah, CV Fendi Bali, CV Jaya IndoReptile, CV Harjun Jaya, UD Cobra Sakti,  CV Bali Bag, dan CV Prima Gemahripah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *