FINANCE & INVESTMENT, Industrialisasi

Industri Pembayaran Meningkat Tajam, Transaksi Cashless Capai US$25 Milar di Indonesia

SharePertumbuhan industri pembayaran  atau payment industry meningkat tajam di kawasan Asia Pasific dan ASEAN. Di Indonesia, transaksis cashless atau nontunai diperkirakan oleh...

Written by Marinus L Toruan · 2 min read >
industri pembayaran

Pertumbuhan industri pembayaran  atau payment industry meningkat tajam di kawasan Asia Pasific dan ASEAN. Di Indonesia, transaksis cashless atau nontunai diperkirakan oleh Bank Indoensia, mencapai US$25 miliar pada tahun 2023. Apa saja peluang bisnis di sektor ini? 

industri pembayaran
Perusahaan Frost & Sullivan mengamati bahwa industri pembayaran atau payment industry meningkat di Asia Pasifik dan ASEAN. Industri Pembayaran Meningkat Tajam (Foto/@: Frost & Sullivan)

Salah satu factor keberhasilan industry pembayaran keuangan atau payment industry  bergantung pada ekosistem para amitra dan pemangku kepentingan yang saling bekerja sama. 

Selain itu, penting melakukan inovasi dan meningkatkan produk dan layanan pembayaran yang relevan bagi semua segmen pelanggan.

Industri pembayaran di kawasan Asia Pasifik (APAC)—termasuk ASEAN—mengalami gangguan dalam beberapa tahun terakhir. Perkembangan pesat perusahaan fintech atau financing technology merupakan tantangan dan  paradigma bagi para pelaku keuangan yang masih tradisional. 

Lembaga keuangan yang masih tradisional lambat dalam mengadopsi teknologi dan kurang gesit terhadap tawaran perusahaan penyedia fintech

Gangguan teknologi memaksa para petahana tradisional untuk memikirkan kembali model bisnis  dan harus mampu beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang selalu berubah tiap saat.

Membanjirnya smartphone yang murah dan teknologi pembayaran digital memungkinkan transaksi keuangan—termasuk bagi mereka yang tidak memiliki rekening bank—melalui aplikasi seluler untuk melakukan pembayaran tagihan, pengiriman uang antarlokal, dan layanan keuangan lainnya. 

Kemampuan hampir semua orang untuk menyelesaikan transaksi digital adalah pendorong utama untuk memperluas akses ke layanan keuangan di berbagai negara di kawasan APAC.

Salah satu pendukung transaksi keuangan adalah perusahaan Telcos yang memainkan peran utama dalam membangun ekosistem pembayaran awal.  Peran mereka sekarang berubah dengan cepat. 

Beberapa perusahaan telekomunikasi di wilayah ini berhasil memanfaatkan layanan keuangan digital seperti Globe Telecom di Filipina dengan layanan GCash, dan Vietell di Vietnam menawarkan layanan ViettelPay.

Namun, seringkali, perusahaan telekomunikasi  tidak dapat dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang berubah, mempertahankan,  dan tetap relevan dalam industri pembayaran. 

Beberapa perusahaan telekomunikasi telah memutuskan untuk menghentikan layanan pembayarannya, mendivestasikan sahamnya, atau menggabungkan layanan keuangan digital mereka dengan perusahaan fintech yang dilengkapi dengan kompetensi dan kemampuan teknologi yang diperlukan untuk pertumbuhan industri pembayaran.

Misalnya, Digi telah menghentikan layanan pembayaran seluler VCash, pada November 2019 karena perubahan dalam strategi bisnis. 

Contoh lain, Smart Axiata memutuskan untuk menggabungkan anak perusahaannya, SmartLuy, dengan penyedia layanan pembayaran seluler Kamboja dengan PiPay pada awal 2020.

Pengenalan biometrik dan tokenisasi telah mengubah pembayaran seluler dan online di seluruh wilayah APAC; termasuk negara berkembang. 

Misalnya, pemerintahan Myanmar sedang memulai sistem dokumen identitas digital (ID) biometrik bagi warganya untuk lebih memperkuat proses e-KYC. 

KiwiPay, penyedia layanan pembayaran Laos, bekerja sama dengan Alipay dan Departemen Imigrasi (DoI) Republik Demokratik Rakyat Laos (PDR) untuk menangani pemrosesan visa bagi wisatawan yang memanfaatkan sistem pembayaran pengenalan wajah Alipay.

Selain itu, pengembangan platform antarmuka program aplikasi (API) terbuka di antara para pelaku industri utama telah meningkatkan infrastruktur sistem pembayaran dan penyampaian pasar. 

Ini juga mendorong pertumbuhan dalam pengembangan kasus penggunaan pembayaran dalam e-commerce, dan siap untuk memengaruhi pertumbuhan pendapatan dari volume transaksi yang lebih besar.

Dalam kasus interoperabilitas pembayaran, inisiatif utama seperti Jaringan Pembayaran Asia (APN) sedang dikembangkan oleh perhimpunan Negara Asia Tenggara atau ASEAN. 

Ini akan memungkinkan pembayaran lintas batas regional secara instan, melakukan rute pembayaran melalui telepon seluler, dan pengumpulan pembayaran lintas batas waktu nyata di negara-negara Asia Tenggara.

Dari perspektif penyedia layanan pembayaran, tren ini memberikan peluang untuk pertumbuhan bisnis. Ini juga akan membuka pintu bagi pelaku pasar untuk menawarkan layanan pembayaran yang komprehensif. 

Di Indonesia, transaksi nontunai atau cashless juga berkembang. Menurut  perkiraan Bank Indonesia, seperti dikutip katadata.co.id, transaksi melalui uang elektronik di Indonesia mencapai US$ 25 miliar pada tahun 2023. 

Sementara Morgan Stanley memrediksi potensi transaksi pembayaran berbasis digital di Indonesia berjumlah US$ 50 miliar pada 2027, pencapaian itu berkat penggunaan fintech

Apa dampak signifikan positif pandemi #Coronavirus  terhadap bsinis industri pembayaran keuangan atau payment industry? Bagaimana menciptakan bisnis dengan memanfaatkan pertumbuhan industri pembayaran?  

Perusahaan Frost & Sullivan membeberkan strategi agar mampu memanfaatkan peluang bisnis baru. Selengkapnya di artikel lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *