Laser, Optics&Photonics

Gelang Tangan Pemantau Kadar Gula Darah, Temuan TRUMPF dan RSP Systems

SharePakailah gelang tangan pemantau kadar gula darah terutama penderita diabetes. Apakah tusuk jarum suntik masih diperlukan untuk mengetahui glukosa? Teknologi buatan Trumpf...

Written by Marinus L Toruan · 2 min read >

Pakailah gelang tangan pemantau kadar gula darah terutama penderita diabetes. Apakah tusuk jarum suntik masih diperlukan untuk mengetahui glukosa? Teknologi buatan Trumpf dan RSP Systems menjawabnya.

Berthold Schmidt, CEO of TRUMPF Photonic Components (kiri). Mesin untuk mengetahui kadar gula dalam darah buatan RSP Systems  (Foto/@: TRUMPF SE + Co. KG/RSP Systems)

Penulis/editor: Marinus L Toruan

mmINDUSTRI.co.id – TRUMPF & RSP Systems (sumber):  Kita harus menjaga  kadar gula darah untuk meminimalisasi penyakit diabetes. Meski seseorang tidak punya riwayat kencing manis, namun kandungan gula dalam darah harus terkontrol dengan baik dan konsisten menjaga kualitas kesehatan.

Berapa kadar gula darah yang dianggap normal?

Ukuran kadar gula darah yang normal adalah di bawah 200 mg/dl atau berkisar pada  rentang 70 – 150 mg/dl. Sedangkan kadar gula darah di bawah 70 mg/dl hal itu merupakan pertanda kadar gula darah sangat rendah (hipoglikemia). Sementara  kadar gula darah yang tinggi  berada di atas 200 mg/dl.

Menurut laman helosehat, kadar gula darah yang melebihi dari 240 mg/dl memasuki kategori   kadar gula darah terlalu tinggi. Misalnya jika data kadar gula darah mencapai hingga lebih dari 300 mg/dl dari data dua kali melakukan tes, maka hal itu berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan.

Untuk mengecek kadar gula darah, sistem konvensional dilakukan yakni, penderita diabetes diperiksa dengan cara tusuk jarum suntik. Cara itu tentu merepotkan.

Akan tetapi, para ilmuwan dari dua perusahaan yakni TRUMPF dan RSP Systems ingin mempermudah pemantauan glukosa darah bagi penderita diabetes. Tim ilmuwan mengganti sistem konvensional yakni jarum suntik dengan sensor.

Kemitraan kedua perusahaan itu bersetuju untuk mengecilkan sensor glukosa non-invasif yang dilakukan melalui pergelangan tangan pasien.

Mereka menggunakan  teknologi berbasis minilaser untuk membuat hidup pasien diabates lebih mudah dan nyaman.

Jumlah penderita diabates lebih dari 540 juta orang di seluruh dunia. Gaya hidup memengaruhi kualitas hidup manusia yang doyan makanan penyulut bertambahnya kadar dula. Bagaimana kondisi di Indonesia?

Laman Kompas.com mengutip data International Diabetes Federation (IDF)  tahun 2021 bahwa  Indonesia merupakan peringkat ke-5 dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia.

Angka itu meningkat hampir dua kali lipat dalam waktu dua tahun, dibandingkan tahun 2019 sebesar 10,7 juta. Jumlah serangan diabetes di Indonesia mencapai 18 juta pada tahun 2020. Pada saat itu, prevalensi kasus tersebut meningkat 6,2 persen dibandingkan tahun 2019.

Tim ilmuwan Trumpf (Jerman) dan RSP Syistems (Denmark) ingin membantu para penderita diabetes tanpa harus menusukkan ujung  jarum suntik atau melakukan implan.

Para penderita diabetes hanya memakai perangkat yang dikenakan di pergelangan tangan yang mampu mendata kadar glukosa atau kadar gula darah dalam tubuh pasien. Para ilmuwan menggunakan apa yang disebut minilaser-based technology.

Perusahaan teknologi tinggi Trumpf dan perusahaan pembuat perangkat medis RSP Systems telah memasuki kemitraan untuk mewujudkan sensor yang sesuai dan memungkinkan terobosan teknologi non-invasif RSP menjadi miniatur ke format yang dapat dikenakan.

TRUMPF dengan keahliannya sebagai pemimpin global di bidang dioda laser mini yang diperlukan yakni  disebut VCSEL.

“Pengetahuan tentang mekanisme fotonik, kami dapat memungkinkan penderita diabetes untuk mengukur kadar glukosa darah lebih mudah, lebih murah, dan seluruhnya tanpa rasa sakit. Kemitraan kami  menunjukkan potensi inovasi teknologi VCSEL,” kata Berthold Schmidt, CEO TRUMPF Photonic Components.

Sedangkan perusahaan RSP Systems memiliki perangkat portabel, optik, berbasis sensor yang dapat mengukur kadar glukosa meski terdata  dalam ukuran buku saku.

“Pemantauan glukosa dengan sentuh menjadi tujuan pengembang perangkat selama tiga dekade terakhir. Implikasinya sangat luas bagi ratusan juta orang yang perlu mengawasi kadar glukosa,”

“Dengan Trumpf Photonics, kami mewujudkan perangkat yang dikenakan di pergelangan tangan pasien—ini  ditujukan untuk mencakup semua penggunaan dari orang yang menggunakan terapi insulin hingga orang yang berisiko terkena diabetes, secara harfiah ratusan juta orang,” ujar  Anders Weber, CEO RSP Systems.

Anders Weber menuturkan, selama 10 tahun RSP Systems mengembangkan, akurat, monitor glukosa yang dikalibrasi pabrik. Secara klinis terbukti  memberikan pembacaan glukosa yang akurat hanya dengan menyentuh kulit dan tanpa perlu kalibrasi atau tusuk jarum suntik.

Mengukur glukosa darah dengan dioda laser

Menurut FDI, sekitar 540 juta orang di seluruh dunia hidup dengan penyakit metabolik diabetes, setengahnya belum terdiagnosis. Pada tahun 2030, jumlah orang yang terkena dampak diperkirakan akan meningkat menjadi 643 juta dan pada tahun 2045 menjadi 783 juta.

“Jika sukses, kita akan meningkatkan taraf hidup ratusan juta orang di dunia,” tambah Berthold Schmidt, CEO TRUMPF Photonic Components.

Laser perusahaan Trumpf yang berbasis di Ulm, Jerman itu dapat digunakan melalui telepon cerdas, jam tangan cerdas, transmisi data digital, dan sensor untuk mengemudi secara otonom.

“Laser VCSEL membuka jalan bagi sensor glukosa untuk pergelangan tangan Anda – penderita diabetes dapat mengawasi kadar glukosa mereka setiap saat,” jelas Anders Weber, CEO RSP Systems.

VCSEL atau vertical-cavity surface-emitting laser merupakan dioda laser semikonduktor dengan pancaran sinar laser tegak lurus dari permukaan atas, bertentangan dengan laser semikonduktor pemancar tepi konvensional.

Laser VCSEL digunakan di berbagai produk (laser), termasuk mouse komputer, komunikasi serat optik, printer laser, identifikasi wajah. dan kacamata pintar, dan sebagainya demikian lama Wikipedia.

Penyakit diabetes menyebabkan pengeluaran perawatan kesehatan di seluruh dunia setidaknya $966 miliar hingga akhir tahun 2022.

Jika penyakit ini tidak diobati secara tidak benar dan tepat maka akan terjadi risiko penyakit lainnya seperti kebutaan, gagal ginjal, serangan jantung, dan lain-lainnya, ini menurut Organisasi Kesehatan Dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *