AGRI-FOREST TECH, FARMING INNOVATIONS

Digitalisasi Pertanian Seimbangkan Produktivitas dan Kelanjutan, Petani Butuh Ruang Data

SharePenerapan digitalisasi pertanian seimbangkan produktivitas dan kelanjutan merupakan solusi di sektor pertanian. Digitalisasi meliputi teknologi sensor, pengumpulan data, otomatisasi dan inovasi. Menjaga...

Written by Marinus L Toruan · 2 min read >
Digitalisasi Pertanian

Penerapan digitalisasi pertanian seimbangkan produktivitas dan kelanjutan merupakan solusi di sektor pertanian. Digitalisasi meliputi teknologi sensor, pengumpulan data, otomatisasi dan inovasi.

Digitalisasi Pertanian
Proyek gagasan Fraunhofer Lighthouse tentang Cognitive Agriculture untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan menjaga kelanjutan agar seimbang dengan kebutuhan penduduk. Digitalisasi pertanian seimbangkan produktivitas dan kelanjutan (Foto: Fraunhofer IBS)

Menjaga dan mengelola ketahanan pangan perlu menyeimbangkan produktivitas dan keberlanjutan produksi hasil pertanian.

Ketahanan pangan adalah salah satu agenda penting Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bertajuk Food Security and Sustainable Agricul-ture yang berlaku di seluruh dunia pada tahun 2030. Indonesia berpeluang menciptakan swasembada pangan dengan teknologi yang lebih canggih.

Tujuan program itu adalah untuk menciptakan keseimbangan produktivitas hasil pertanian dan keberlanjutan proses sektor pertanian sehingga tercapai keamanan pangan yang bersumber dari sektor pertanian berbasis teknologi dan industri.

Agenda PBB itu sejalan dengan salah satu proyek besutan Fraunhofer-Gesellschaft yang diwujudkan melalui program Cognitive Agriculture. Para peneliti ingin meningkatkan peran pertanian dengan pengelolaan yang lebih efisien. Hasil penelitian tentu berguna untuk memberdayakan para petani.

Salah satu cara meningkatkan hasil sektor pertanian yang berkelanjutan dapat direalisasikan dengan penggunaan teknologi digital yang komprehensif.

Tim pakar direkrut dari delapan lembaga yang bernaung di manajemen grup Fraunhofer, dan dikoordinir oleh Fraunho-fer Institute for Experimental Software Engineering IESE. Para pakar memfokuskan penelitian untuk menciptakan  solusi agar mampu meningkatkan produk pertanian.

Konsep dan pengelolaan haruslah ramah lingkungan, hemat sumber daya, dan proses peningkatan produksi harus sangat efisien . Proyek ini dimulai sejak 14 November 2018—diresmikan di Berlin, Jerman.

Industrialisasi berdampak besar terhadap penggunaan teknologi di sektor pertanian. Penggunaan teknologi berbasis digital berpengaruh signifikan terhadap peningkatkan produktivitas.

Akan tetapi, timbul efek negatif misalnya terjadi pemadatan tanah, pemupukan intensif, penggunaan herbisida dan pestisida yang berlebihan, terjadi fungisida atau beragam jenis bibit  dimanipulasi secara genetik—menimbulkan masalah serius seperti kerusakan biosfer.

Pertanian organik  sangat berkembang dan merupakan satu pilihan. Akan tetapi, terjadi suatu kerugian pada bidang produktivitas. Untuk itu, para pakar Fraunhofer  yang mengerjakan proyek Cognitive Agriculture mendalami tentang jaringan ekosistem.

Tim peneliti ingin membuat sisten agar proses pertanian justru berpeluang besar untuk mengoptimalkan aspek ekonomi dan ekologi dalam ukuran yang sama.

“Teknologi pertanian merupakan cabang industri bagi masyarakat. Teknologi pertanian adalah bagian proses industri yang progresif dan inovatif. Penggunaan teknologi informasi canggih berpotensi untuk membuat proses pertanian lebih efisien di masa depan,” jelas Prof. Reimund Neugebauer, Presiden Fraunhofer-Gesellschaft.

Reimund Neugebauer menambahkan, para pakar yang bekerja di proyek Cognitive Agriculture  menerapkan konsep otomasi yang inovatif dan teknologi sensorik baru.

Tujuannya adalah untuk membangun ekosistem berbasis data yang menjadi tonggak penting dalam pertanian berbasis digital driver platform.

Dengan cara itu,  ujar Neugebauer, penerapan teknologi digital merupakan pendekatan baru di bidang penelitian, dan cukup kompetensi untuk menyelesaikan masalah pertanian agar lebih efisien dan berkelanjutan.

Digitalisasi, otomatisasi, dan elektrifikasi proses pertanian menawarkan banyak titik awal untuk menyelesaikan konflik (masalah) yang terjadi ketika ingin mencapai tujuan ekonomi dan tetap menjaga ekologi.

Para ilmuwan membangun pemahaman yang lebih komprehensif mengenai hubungan sebab-akibat yang luas di biosfer, dan produkasi lebih meningkat melalui alur kerja yang dioptimalkan berdasarkan data yang komprehensif.

Dan pada saat yang sama, keberlanjutan dapat dicapai melalui penanaman lapangan subplot atau tanaman khusus yang  otomatis dengan teknologi pertanian dan tepat guna.

Dengan Cognitive Agriculture dapat dilakukan otomatisasi guna mengumpulkan data keterkaitan yang kompleks di pertanian agar proses pengambilan keputusan sesuai dukungan jaringan.

Fokus pewujudan bidang inovasi meliputi:

  • Buka pertukaran data dalam ekosistem khusus pertanian, jaringan digital yang memungkinkan penggunaan multiperan dan menghubungkan volume data pertanian yang kompleks di ruang data yang aman.
    • Interpretasi otomatis dan dukungan keputusan berdasarkan data pengukuran resolusi tinggi dari sistem berbasis udara atau darat dengan menggunakan informasi pengukuran melalui beberapa kanal.
    • Penggunaan robot di lapangan secara otonom meliputi pekerjaan di lapangan seperti pembibitan dan penanaman dengan dasar sensor yang dipandu oleh robot dan sistem sensor spesifik.

Aplikasi telah diuji di percontohan dan hasilnya menunjukkan bahwa pemantauan agrosphere dan penanaman di area pertanian ketika musim tanaman dapat meningkatkan produktivitas tanpa terjadi kerusakan lingkungan.

Tim peneliti mempertimbangkan konsep Ruang Data Industri yang diprakarsai oleh Fraunhofer.  Ruang Data Pertanian dirancang sebagai ekosistem dengan digital platform yang mengatasi ketidakcocokan solusi.

Hal itu memungkinkan para petani menggunakan data—termasuk stakeholders lainnya  seperti pemerintah, organisasi lingkungan, koperasi, produsen mesin, dan lain-lain.

Kedelapan lembaga di Fraunhofer melakukan penelitian bersama mengenai prinsip-prinsip dasar untuk menghasilkan produk pertanian yang ramah lingkungan, hemat sumber daya,  dan efisien.

Solusi yang diciptakan berbasis teknologi sensor untuk pengumpulan data dengan proses digitalisasi dan otomatisasi pertanian.

Tim pakar menganalisis interaksi yang sangat kompleks antara biosfer dan produksi dan dapat digunakan dalam ekosistem data dan layanan jamringan.

Tim pakar menyarankan agar para pelaku pertanian seperti petani difasilitasi dengan  Ruang Data Pertanian untuk membantu agar mudah membuat keputusan yang tepat.

Saatnya Indonesia menerapkan digitalisasi pertanian seimbangkan produktivitas dan kelanjutan, apalagi jika para petani dapat mengaksaes ke ruang data yang dibutuhkan. Dengan demikian, swasembada pangan mudah diwujudkan di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *