Mari menguasai teknologi, inovasi, otomasi, kreativitas, keuletan, dan kolaborasi untuk menghadapi daya saing yang kian ketat. Kecerdasan buatan dan robot adaalah bagian the winter yang bisa menghambat. Kaum muda dapat menciptakan dan memodifikasi beragam peluang.
1. Pusat Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menamai greatest—teknologi ekstrasi air tanah. Alat bernama mobile wiseland bermonitor memperlihatkan data (informasi) yang berasal alat: 1. Filter dari pipa paralon terperforasir dari dalam sumur hisap untuk mengukur kadar air di lapisan tanah, 2. Unit flishing dari pipa PVC dan pipa berbentuk U berbahan stainless steel yakni alat pengukur kekeringan lapisan tanah, dan 3. Selang hisap untuk menyalurkan air dari sumur hisap ke unit flushing. LIPI dapat mengetahui pergerakan lapisan tanah dan kemudian menstabilkan misalnya di lereng (Foto: Rayendra L. Toruan)
2. Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi yang dikelola oleh LIPI, memiliki radar protabel berbasis teknologi Frequency Modulated Continuous Wave (FMCW) yang digunakan sebagai alat bantu navigasi ketika sebuah kapal sedang berlayar. LIPI mengembangkan prototipe menjadi radar sureillance yang kompak dan sistemnya lebih terintegrasi agar biaya operasional lebih efisien (Foto: Rayendra L. Toruan)
3. Mau berbisnis ikan dengan memanfaatkan lahan terbatas? Pusat Penelitian Limnologi LIPI yang berkantor di Bogor, Jawa Barat, menyiapkan budidaya ikan multitrofik terpadu (integrated multitrophic aquaculture). LIPI mengaplikasikan konsepnya dengan mengintegrasikan tumbuhan air khususnya budidaya perikanan, dan memfungsikan fitoremediasi kualitas air kolam dan produksi biomassa sebagai alternatif pakan alami. Hasilnya? Meningkatkan efisiensi biaya prduksi ikan mas sebesar 20 persen dan 30 persen pada ikan lele. Sementara aspek kualitas air, pengendalian bahan limbah nutrien mencapai lebih 70 persen (budidaya ikan mas) dan hemat air sebesdar > 70 persen (Foto: Rayendra L. Toruan)
4. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI memiliki 5 kelompok penelitian—diisi oleh para pakar dan ahli di bidangnya masing-masing. Kelima kelompok penelitian meliputi gempa bumi dan geodinamika, ketahanan air dan lingkungan. Kelompok selanjutnya adalah geoinformatika dan tata ruang, dan kelompok ke-4 membidangi mineral dan energi. Kelompok ke-5 meneliti pergerakan tanah. Selain melakukan penelitian, LIPI melakukan berbagai seminar ilmiah dan pameran ilmiah (Foto: Rayendra L. Toruan)
5. Dari kiri Andika WidyaP dan Mukhlis Agung P keduanya karyawan LIPI. Potensi mineral dolomite sangat besar di Indonesia. Dolomite baru digunakan sebatas bahan bangunan dan pupuk yang nilainya Rp1000/kg. Teknologi dapat mengubah dolomite menjadi ultra fine grain magnesium karbonat yang harganya Rp400.000 per kg. Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI sukses mengubah ultra fine grain magnesium karbonat skala laboratorium 1 kg-10 kg tiap proses. Bekerja sama dengan PT Polowijo Gosari (Gresik, Jawa Timur), LIPI mengembangkan proses skala pilot pada skala 100-1 ton per proses. LIPI mengembangkan skala komersial dan aplikasi pada industri pengolahan, karet alam, farmasi dan lainnya (Foto: Rayendra L. Toruan)
6. Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI sukses mengembangkan aplikasi dengan menggunakan bahan metal menjadi implan medis, biokompatibel, komponen industri, turbine blade dari stainless steel 410, dan memodifikasi turbine pembangkit listrik dengan memanfaatkan uap. Implan medis misalnya agar Indonesia tidak bergantung pada impor. Contohnya pengembangan material implan misalnya digunakan untuk tempurung tulang lutut, punggung, dan sebagainya. LIPI menggunakan bahan logam dan keramik. Pengerjaan panas, mikrostruktur, dan deformasi plastik implan pemanas berbasis paduan titanum dan kobal (Foto: Rayendra L. Toruan)
7. Nama latin Amerphohallus paeonipfdius atau orang Jawa menyebutnya suwet atau bunga bangkai (berwarna agak gelap, kiri) dan Rafflesia arnoldi (kanan) yang mengembang di ruang pameran ICE awal November 2018. Kedua jenis tanaman langka ini tidak menyebarkan bau yang menyengat. Sejak ditemukan 25 tahun yang silam, Rafflesia merupakan bunga nasional dan sebagai ikon bunga Indonesia di tingkat internasional. Rafflesia bukanlah jenis bunga bangkai yang dianggap oleh banyak orang. Menurut peneliti di LIPI, Rafflesia merupakan bunga langka endemik yang mekar di Pusat Konservasi Kebun Raya Bogor pada awal tahun 2018 (Foto: Rayendra L. Toruan)
8. Avi Fibry Detavina dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI memiliki ragam pengalaman berkaitan dengan bioteknologi yang mengubah buah kakao menjadi fermentasi. Kakao merupakan bahan utama pembuatan cokelat—difermentasi agar aroma dan rasa cokelatnya muncul. Para pelaku indusri pangan melakukan fermentasi secara konvensional yakni menggunakan konsorsium mikroba dari lingkungan. Hasilnya pun tidak stabil dan tidak terkontrol. Tim peneliti LIPI mengindentifikasi kakao dan mikroba diformulasikan menjadi inokulum fermentasi kakao. Waktu proses fermentasi disingkat dari 6 menjadi 4 hari, meningkatkan hasil fermentasi, dan meningkatkan aroma biji kakao. Juga meningkatkan biji kakao sesuai standar SNI sehingga harga jual kakao pun meningkat. (Foto: Rayendra L. Toruan)
9. Ahli pengolah sisa (limbah) kayu, Takashi Noguchi (dari kiri) yang berasal dari Jepang, dibantu Audi Rahman Tio dan Sagita Riska—pelajar SLTA di Indonesia—memperkenalkan beragam produk hasil pahatan dengan bahan (kayu) yangg tidak digunakan lagi. Limbah kayu yang digunakan seperti pohon pinus. Takashi dan rekannya, Noriaki Nakamae mengenalkan beragam produk seperti tempat minuman, tatakan, sumpit, kotak perhiasan, perhiasan berupa telur bebek, dan sebagainya. Serat-serat pohon tampak warna kecoklata dan putuh menjadi daya tarik produk yang ramah lingkungan itu. Proses pahatan tidak menggunakan bahan kimia. “Kita lebih sehat menggunakan perkakas dan alat rumah tangga yang alami,” imbuh Takashi (Foto: Rayendra L. Toruan)
10. Burhan Malik masih duduk di bangku SMPN I Banyuyudono, Boyolali, Jawa Tengah, namun anak ini telah menciptakan alat yang mampu membunuh hama padi di sawah. Diasuh oleh gurunya, Sugiyoto, Burhan membuat alat sederhana—terdiri dari kotak dilengkapi dengan tombol—yang saat dinyalakan membuat hama padi tertarik terhadap cahaya yang berasal dari kotak. Hama berbenturan dengan lapisan kawat (halus) yang dialiri listrik dan membunuh hama. Bermodalkan Rp600.000 yang dikeluarkan selama penelitian dan membeli bahan baku, Burhan ingin produknya digunanak oleh para petani (Foto: Rayendra L. Toruan)
11. Dwi Endah K direktur sebuah produsen minuman sehat atau juice monascus yang dilabeli dengan MONASCHO sesuai nama bahan baku. Minuman herbal suspensi terbuat dari Monasho Purpureus dan buah Ziziphus Jujuba. Monasho Purpureus menghasilkan metabolit bioaktif seperti pegmen merah, monascorubrin rubropuncatinin, pigmen kuning, ankafin dan monachin. Menurut Dwi, MONACHO bermanfaat untuk menurunkan hipertensi dan meningkatkan trombosit. Penyakit seperti penurunan fungsi organ tubuh yakni degeneratife yang mengganggu fungsi jantung, prosat, limpa, lambung, dan organ lainnya, “Tepat mengonsumsi jus ini,” advis Dwi Endah (Foto: Rayendra L. Toruan)
12. LAPAN (Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional) telah menerapkan revolusi Industry 4.0 melalui penelitian dan pengembangan di bidang penerbangan dan antariksa. LAPAN dan PT Dirgantara Indonesia bekerja sama mengembangkan Pesawat N219-Nurtanio yang mampu menghubungkan pulau-pulau kecil terluar di Indonesia. Menurut Eko S staf Hubungan Masyarakat Lapan, N219-Nurtanio dirancang untuk menerbangkan 19 orang penumpang. Menggunakan dua mesin turboprop sesuai regulasi CASR Part 23. Setelah mendapatkan Type Certificate, kemudian diproduksi secara massal. “Tahun 2019 pesawat pertama N219-Nurtanio siap memasuki pasar,” imbuh Eko. Pemprov Kalimantan Utara dan beberapa negara lain telah memesan Pesawat N219-Nurtanio (Foto: Rayendra L. Toruan)
13. Tasya Rohana (kiri) dan Eni Setiowati pelajar SMP Negeri Mrebet, Purbalingga, menciptakan alat toktanser yang digunakan sebagai alat patok tanah. Jika alat itu digeser dari posisi semula, maka bandul otomatis yang berada di dalam tabung akan bergerak. Bandul yang dilengkapi dengan tinta akan bergerak ke arah layar. Menurut Eni, gerakan keras menimbulkan sistem rekam sehingga bandul jatuh ke dalam minyak—berguna untuk menyalurkan patok ke arah luar. Ketika layar penuh tinta dan stok minyak berkurang maka telah terjadi pergeseran patok. Bagaimana kalau toktanser ciptaan Tasya dan Eni dicuri? Kedua remaja ini tersenyum. “Kasusnya lain ...” sahut Eny. Mereka menggunakan botol air sebagai tabung toktanser (Foto: Rayendra L. Toruan)
14. Para mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) milik grup KOMPAS GRAMEDIA telah memasuki era digital disruption. Buktinya? Nathanael Gilbert (kiri) mahasiswa program Teknik & Informatika dan Rosalyn Theo yang menekuni program arsitektur, menuturkan, bahwa para mahasiswa UMN harus mampu beradaptasi terhadap perubahan yang disebabkan digital disruption. Aplikasi robot yang dipegang Rosalyn misalnya merupakan hasil ciptaan para mahasiswa UMN. Robot mampu menggerak-gerakkan lengannya berkat software ciptaan mahasiswa UMN. Mau kuliah di UMN? Mahasiswa belum menyelesaikan S-1, perusahaan sudah menawarkan pekerjaan (Foto: Rayendra L. Toruan)
15. Kaelyn Sun siswi SMP Narada, Jakarta, menciptakan traffic jam pollution yakni air cleaner untuk mengetahui kadar polusi yang mencemari udara seperti di jalan raya yang padat kendaraan. Kaelyn menceritakan, udara yang dikotori asap kendaraan, berdampak negatif terjadap kesehatan manusia. Udara yang tadinya bersih penuh dengan gas CO2 mengganggu kesehatan warga. Untuk membantu pemerintah lokal, Kaelyn dan satu temannya menciptakan alat yang dapat menyaring udara dan menjadikannya sebagai benda cair. Bagian CO2 yang tampak berwarna putih disalirkan ke tabung (gambar sebelah kanan) dan udara yang bersih (O2) masuk ke tabung yang dihuni ikan hias. “Ini membuktikan ada kehidupan,” ujar Kaelyn serius seperti seorang ilmuwan (Foto: Rayendra L. Toruan)
16. Badan Besar Pengembang Mekanisasi Pertanian memperkenalkan Autonomus Tractor dengan teknologi terbaru sehingga pengoperasiannya tanpa pengemudi. Artinya, traktor ini telah sesuai dengan era revolusi Industry 4.0. Petani mengendalikannya saat mengolah tanah dari jarak jauh melalui smartphone. Traktor ini memiliki 4 roda yang sistem kemudinya bekerja secara otomatis. Traktor mengolah lahan berdasarkan peta perencanaan yang berakurasi 5-25 cm. Sedangkan navigasi yang digunakan GPS berbasis Real Time Kinematika. Sistem kontrol terdiri atas pengendalian stir, gas, gear, rem dan kopling. Bagaimana aplikasi pengolahan lahan? Menggunakan pengendalian implemen dan PTO (Foto: Rayendra L. Toruan)
17. Apa tugas Pusa Teknologi Satelit? Badan yang merupakan bagian dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menurut Sonny, melakukan tugas, antara lain, memantau mikrosatelit khususnya komunikasi amatir, trafik sektor maritim di seluruh kepulauan Indonesia. Pusat Teknologi Satelit-LAPAN pernah meluncurkan 3 satelit buatan LAPAN yakni LAPAN-A1/LAPAN-TUBSat (2007), LAPAN-A2/LAPAN-ORARI (2016), dan LAPAN-A3/LAPAN-IPB (Juni 2016). Ke-3 satelit itu menghasilkan data seperti data pergerakan kapal, data lahan pertanian, komunikasi kebencanaan, data pemantauan magnet bumi, dan lainnya (Foto: Rayendra L. Toruan)
Indonesia berpeluang melahirkan jutaan anak muda—laki dan perempuan—menjadi calon ilmuwan yang menguasai teknologi dengan digital driver platform, Internet of Things (IoT), teknologi 5G, blockchain, teknologi 3D, dan nano technology.
Harapan di atas tergambarkan ketika menyaksikan pameran Celebrating Science and Innovation yang berlangsung di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Serpong, Banten pada awal November 2018.
Para remaja dan mahasiswa yang berasal dari seluruh Indonesia merayakan kegembiraan yang diekspresikan melalui karya-karya ilmiah dan inovatif—hasil temuan dan pergulatan mereka sendiri.
Beragam karya yang dipajang di booth masing-masing—seperti alat penjaga sawah terhadap hama, alat penanda blok tanah, ionisasi yang berasal dari cangkang telor bebek dan bekas teh, alat pembersih udara, dan sebagainya—jika dikolaborasikan dengan industri bakal menciptakan peluang.
Presiden Joko Widodo yang membuka ekspo besutan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu menggarisbawahi bahwa anak-anak Indonesia mampu mengembangkan iptek dan riset berdasarkan moral yang baik.
Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengingatkan penguatan daya saing sangat mutlak untuk menyelesaikan masalah kebutuhan dasar, efisiensi ekonomi, dan inovasi.
Bidang riset merupakann awal pergerakan inovasi dibarengi penyiapan lembaga dan sumber daya untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing. Menristekdikti bergembira karena Indonesia di bidang riset dan inovasi (teknologi) tak lagi bertengger di posisi paling buncit se-ASEAN.
Sebagai contoh, Indonesia menghasilkan 965 inovasi yang telah digunakan di sektor industri kecil, menengah dan industri skala besar. Artinya, Indonesia tidak lagi hanya pembeli (teknologi) dari asing. Kita berkesempatan menginternasionalkan hasil karya putra-putri terbaik Indonesia.
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko menyatakan melalui laman Menristekdikti, Celebrating Science and Innovation 2018, hasil riset karya anak bangsa merupakan kontribusi terhadap perkembangan iptek dan arah ilmu pengetahuan di Indonesia.
Hasil penelitian dan percobaan (ilmiah) yang merupakan karya anak bangsa tentunya bukan sekadar hiburan bagi masyarakat yang menjubeli gedung lima ICE selama 4 hari.
Di tahun-tahun berikutnya, pihak penyelenggara (sebaiknya) mengagendakan ajang iptek itu juga bagi para pelaku industri—ini menciptakan suatu peluang berkolaborasi. Karya-karya ilmiah temuan anak-anak muda dapat dikembangkan ke arah bisnis yang kemudian dipatenkan.
Kementerian Perindustrian demikian proaktif melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang bertemakan vokasi agar keterampilan anak-anak muda sesuai dengan kebutuhan pasar yakni sektor industri.
Menghadapi era digital disruption, Indonesia telah menyusun road map melalui pembentukan Making Indonesia 4.0 agar para pelaku bisnis dan industri—termasuk sumber daya manusia—mampu beradaptasi terhadap perubahan yang disebabkan oleh gelombang Industry 4.0.
Munculnya artificial intellegents (kecerdasan buatan) dibarengi penggunaan robot dengan Internet of Things disertai teknologi 5G, blockcain, teknologi 3D, dan nano technology—mengharuskan kita untuk kreatif dalam berinovasi agar tidak melulu jadi target (asing) sebagai pembeli.
Ingat film Game of Thrones? Ketika membuka Rapat Pleno Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo menjelaskan kondisi global kini seperti tergambarkan dalam serial televisi Game of Thrones.
Amerika Serikat dan China telah tersulut perang dagang yang berdampak bagi negara-negara lain. Dalam serial televisi bertajuk Game of Thrones mucullah winter is coming, great house, iron thrones disusul evil winter—semuanya saling memporakporaandakan.
Anak-anak muda pun bakal menghadapi “peperangan” yang potensinya dapat menyulitkan diri sendiri mana kala lengah terhadap perubahan yang diguncang gelombang digital drive.
Oleh karena itu, anak muda sangat berperan mengembangkan potensi diri dengan menguasai iptek. Mari celebrating science and innovation agar kaum muda tidak kesulitan menghadapi the winter is coming.
Kita jadikan kesulitan menjadi peluang atau dengan meminjam istilah—gunakan cara out of the box yang mungkin tak masuk akal atau tidak berbasis teori.
FOLLOW BERITA LAINNYA
Simak artikel-artikel menarik lainnya secara gratis dengan menjadi Member (GRATIS) dan NewsLetter.
* Data Anda berguna untuk administrasi redaksi
Follow akun sosial media mmINDUSTRI:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Pinterest, Instagram, Linkedin
Aplikasi Resmi mmINDUSTRI
