Energi, Equipment

Bisnis Lampu LED Made in Indonesia Belum Cerah, Buatan China Dominasi Pasar

ShareBisnis lampu LED made in Indonesia tak secerah cahayanya. Meski 83.280 desa sudah dialiri listrik namun warga kesulitan membeli LED yang mahal. ...

Written by Rayendra L. Toruan · 3 min read >

Bisnis lampu LED made in Indonesia tak secerah cahayanya. Meski 83.280 desa sudah dialiri listrik namun warga kesulitan membeli LED yang mahal.  Apa upaya Kementerian ESDM menangkal dominisasi lampu impor seperti buatan China? Kapan 4 asosiasi industri perlampuan bersatu?     

Pengurus Aperlindo yang dipimpin oleh ketua Umumnya, John Manoppo (ke-4 dari kiri) saat menemui Presiden Joko Widodo. Aperlindo ingin meningkatkan kapasitas produksi lampu LED untuk memenuhi kebutuhan pasar domestic .(Foto/@: Aperlindo)

Penulis/editor: Rayendra L Toruan

mmINDUSTRI.co.id – APERLINDO (sumber): Salah satu produk yang mutlak dibutuhkan oleh seluruh masyarakat adalah alat penerangan yakni lampu listrik. Apakah seluruh desa di kawasan Nusantara sudah mendapatkan aliran listrik? 

Menurut data PLN, 83.280 desa di Indonesia telah dialiri arus listrik. Akan tetapi, sebanyak 433 desa belum mendapatkan aliran listrik. Misalnya, 325 desa di Papua, 102 desa di Papua Barat, 5 desa di Nusa Tenggara Timur, dan satu desa di Maluku. 

Pihak Perusahaan Listrik Negara (persero) belum mencatat bahwa masih ada beberapa desa di Pulau Samosir dan daerah suku pedalaman di beberapa provinsi di Sumatra yang belum terkoneksi dengan jaringan PLN. Mungkin juga di pedalaman Pulau Kalimantan yang luas itu. Kenapa? 

Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, upaya  elektrifikasi 433 desa itu terkendala penyediaan infrastruktur karena sebagian kawasan desa berlokasi di daerah terpencil.

Di sisi lain, ungkap Ketua Umum Asosiasi Perlampuan Indonesia (Aperlindo), John Manoppo, harga lampu listrik terlalu mahal. Jika tiap keluarga membutuhkan minimal 8 hingga 10 bola lampu maka keluarga harus mengalokasikan anggaran puluhan juta rupiah tiap tahun. 

Jangankan untuk membeli satu pieces bola lampu LED 10 Watt yang harga satuannya lebih dari Rp160.000, dana untuk membeli bola listrik konvensonal seperti lampu pijar dan CFL pun  masih terbatas. 

Harga lampu LED lebih mahal karena pembuatannya menggunakan teknologi khusus agar diode pancaran cahayanya  dapat hemat listrik, dan usia lampu pun lebih dari setahun. 

John Manoppo menjelaskan bahan baku lampu LED sederhana yakni plastik (bahan cukup tersedia di dalam negeri) dan led driver yang masih diimpor. Teknologi produksi LED sederhana—termasuk  padat karya yang mempekerjakan banyak orang. 

Meski manufaktur lampu listrik tidak begitu rumit, kenyataannya pasar domestik  masih dikuasai oleh produk lampu buatan negara-negara asing terutama China. Penyebabnya? “Ganti Menteri, ganti kebijakan,” seloroh John Manoppo.    

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyadari dominasi produk lampu impor yang hampir 70 persen mengisi kebutuhan pelanggan. 

Oleh  sebab itu, melalui surat edaran (Juni 2021) Kementerian ESDM mendorong peningkatan kualitas lampu buatan dalam negeri.  Kementerian ESDM pun melakukan pemetaan potensi industri perlampuan di Indonesia. 

Para produsen lampu listrik saat melakukan pertemuan bisnis dan kerja sama antara Indonesia yang diwakili oleh Aperlindo dan sejumlah pengusaha di China (Foto/@: Aperlindo)

Lampu adalah peralatan penerangan dengan menggunakan energi listrik dan pasti digunakan oleh setiap rumah tangga. Menurut hasil survei tim Kementerian ESDM, setiap rumah tangga rata-rata menggunakan 5 hingga 6 lampu selama 7,6 jam per hari. 

Menurut laman Kementerian ESDM, teknologi lampu berkembang pesat selama 20 tahun terakhir.  Lampu pijar menjadi lampu swa-balast atau compact fluorescent lamp (CFL) yang banyak digunakan sejak 2002. Sejak tahun 2013, produsen menggunakan teknologi lampu light emitting diode (LED). 

Perbedaan utama dari teknologi lampu tersebut adalah efisiensi atau efikasi energi (dinyatakan dalam lumen per watt atau lm/W), yaitu 8 – 15 lm/W untuk lampu pijar, 50 – 70 lm/W untuk CFL, dan 80 – 110 lm/W untuk lampu LED. 

Jika mayoritas penduduk menggunakan lampu LED maka penghemat energi minimal 14 persen  dibandingkan penggunaan CFL. Meski harga lampu LED relative mahal, namun jumlah penjualan lampu LED terus meningkat dari 22 juta lampu pada tahun 2012 menjadi 60 juta unit atau peaces pada  2019. 

Penggunaan lampu LED diupayakan peningkatannya hingga 52 persen dari total jumlah lampu yang digunakan oleh rumah tangga di Indonesia. Lampu jenis lain yang masih  digunakan adalah CFL (41 persen) dan lampu pijar (7 persen). 

Menurut Kementerian ESDM permintaan lampu akan meningkat menjadi 165 juta unit/peaces  pada tahun 2030. Data pengguna lampu seperti perkantoran, industri manufaktur, penerangan (bandara, Pelabuhan, taman), dan sektor lain belum diungkapkan.  

Badan Litbang ESDM dan Direktorat Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM telah menyusun Roadmap Pengembangan Pencahayaan LED guna mempercepat transisi energi bersih menuju zero emission target khususnya di sektor energi. 

Di Indonesia sebanyak 41 manufaktur lampu yang  tergabung dalam:  Asosiasi Luminer Indonesia (Alindo dengan ketua umumnya Irvin), Asosiasi Perusahaan Perlampuan Indonesia (Apperlindo), Gabungan Industri Manufaktur Lampu Terpadu Indonesia (Gamatrindo), dan Asosiasi Industri Luminer Kelistrikan Indonesia (AILKI).

Kita mengenal beberapa merek lampu LED seperti Philips, Hannochs, Ecolink, Pandawa, Hori, Visicom, Visalux, Holz, Galery listrik GL, Focus, dan akan bertambah lagi setelah pembangunan tiga pabrik lampu diselesaikan. Lokasi pabrik baru itu di Semarang, Bandung, dan Banten.

Merek-merek lain adalah FujiLED seperti produk PJU surya, bola lampu LED, lampu tabung LED, lampu LED showcase, lampu LED high bay, dan lampu LED floodlight. Sedangkan Original Equipment Manufacturer (OEM) dengan beberapa merek lampu lainnya seperti merek Solarens.

Merek Solarens terdapat pada lampu LED jenis tabung, high bay, aviation and marine lighting, flood light, lampu industri, dan lampu outdoor lainnya. Efikasi lampu PJU Solarens minimal sebesar 160 lm/W. 

Lampu PJU Solarens mudah ditambahkan fitur smart technology seperti  smart dimmer dan sensor cahaya. Dikutip dari laman solarens, Irvin Ketua Alindo yang juga  Direktur Utama PT Solarens Ledindo berkomit untuk mengembangkan industri lampu LED seperti PJU di Indonesia. 

Di pasar juga dikenal lampu LED merek Keibu, Sook, dan Mona yang digunakan pada lampu LED seperti ceiling, fan, downlight panel, emergency, PJU (penerangan jalan umum), PJU surya, tabung, high bay, bola lampu LED tegangan DC 12 V, dan lampu sorot. 

Perusahaan Sentosa Electric adalah pembuat  peralatan produksi seperti mesin injeksi untuk pembuatan badan dan tutup lampu. 

Ketua Umum Aperlindo, John Manoppo menjelaskan pihaknya memprogramkan agar industri perlampuan di Indonesia mampu memasuki pasar dunia dan kompetitif dengan memenuhi segala sandar dan spesifikasi sesuaian perkembangan dan kemajuan teknologi.

Industri perlampuan pun berpeluang untuk berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan, kemakmuran masyarakat, dan  Percepatan Pembangunan Nasional, terciptanyanya industri peralatan listrik yang peduli terhadap lingkungan hidup, pelestarian alam, dan budaya Indonesia.

Beberapa perusahaan manufaktur lampu ikut pada pameran Teknologi Energi Hijau yang diselenggarakan oleh GEM Indonesia di Kamayoran pada 2 – 4 Maret 2023. Kita saksikan keandalan teknologi dan produk yang digelar oleh 500 perusahaan dari 25 negara.  

Mari #BanggaBuatanIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *