AGRI-FOREST TECH, Bio Teknologi

Berilah Makan Jamur Pohon akan Dibalas dengan Potensi Bisnis Besar

ShareJangan abaikan jamur si penumpang hidup misalnya di batang pohon. Jika rajin memberikan makan, jamur memiliki potensi bisnis besar. Jamur mengandung asam...

Written by Marinus L Toruan · 2 min read >
Potensi Bisnis Besar

Jangan abaikan jamur si penumpang hidup misalnya di batang pohon. Jika rajin memberikan makan, jamur memiliki potensi bisnis besar. Jamur mengandung asam malat yang dapat memperindah kulit—terutama kulit wanita.                                                 

Potensi Bisnis Besar
Sel-sel jamur api yang disebut Ustilago maydis berada pada tahap sel tunggal di hadapan kristal bio-surfaktan. Berilah ‘makan’ jamur pohon akan dibalas dengan potensi bisnis besar (Foto/©: Fraunhofer IGB)

Kreatif menggali potensi alam menghasilkan beragam manfaat—tentu kita gunakan teknologi terbaik.

Bagaimana mengolah potensi jamur yang hidup parasit misalnya di lapisan luar roti dan makanan lainnya. Jamur yang parasit itu juga ditemukan di berbagai tempat atau wadah seperti di kulit batang pohon.

Nah, jamur-jamur yang menumpang di batang pohon itu dapat kita jadikan sebagai potensi ekonomi dan bisnis.

Ah ngawur mana mungkin jamur-jamur yang menempel di batang pohon dapat menghasilkan produk yang ekonomis?

Pertanyaan tadi ya lazim dan sah—apa lagi kita orang awam. Akan tetapi, ini pandangan para ilmuwan yang telah meneliti kandungan jamur yang dilakukan dalam periode waktu lama dan menyedot banyak dana.

Ternyata jamur memiliki asam malat. Jika kita memberi makanan pada jamur secara teratur pada jamur-jamur yang menempel di sekujur kulit atau penampang luar batang pohon, nasihat para peneliti, kita bakal mendapatkan asam malat dalam jumlah yang besar.

Apa jenis makanan yang cocok ditaburkan pada jamur-jamur itu? Taburkanlah larutan gula pada jamur yang tumbuh di batang kayu atau pohon maka jamur-jamur itu akan menghasilkan asam malat dalam jumlah yang besar.

Tim ahli tidak menguraikan perkiraan jumlah asam malat yang kita peroleh setelah menyirami jamur-jamur dengan larutan gula.

Selanjutnya, tim peneliti menjelaskan bahwa fermentasi seperti ini bekerja dengan baik pada skala laboratorium.

Para peneliti di Fraunhofer IGB telah menyelidiki cara untuk meningkatkan proses komersialisasi, khususnya dan mencari tahu bagaimana cara meningkatkan hasil fermentasi.

Dengan menggunakan proses yang serupa, tim peneliti dapat membuat zat aktif permukaan yang dapat digunakan untuk memproduksi deterjen, pengemulsi, bahan aktif untuk kosmetik, farmasi, dan pestisida. Nah, pada proses ini jamur api mempunyai peran sangat besar.

Jamur memang hidup parasit yang kadang membuat kita jengkel karena jamur seenaknya saja menyerang tanaman yang kita rawat. Tanaman tampak seperti terbakar.

Orang Jerman sampai-sampai menyebut jamur jenis itu dengan istilah Brandpilze—bahasa Jerman yang berarti jamur pembakar.

Apa tanggapan Dr. Susanne Zibek, Kepala Kelompok Industri Bioteknologi?

“Proses yang kami kembangkan secara aktif untuk produksi industri. Tujuan utama adalah untuk mengoptimalkan komposisi biosurfaktan yang kami produksi agar sesuai dengan berbagai aplikasi di bidang deterjen dan pengemulsi,” urai Dr. Susanne Zibek.

Ragi merupakan bahan yang menarik untuk diproduksi secara industri skala besar.

Selain menyeduh bir, seperti disebutkan sebelumnya, ragi tertentu juga dapat digunakan untuk menghasilkan molekul yang penting untuk mensintesis plastik baru—seperti asam dicarboxylic  dan melalui proses rantai yang panjang.

Para peneliti di Fraunhofer IGB berhasil mengerjakan proses untuk menghasilkan asam dicarboxylic melalui rantai panjang khususnya dari strain Candida.

Jika bahan kimia berbasis bio digunakan dalam aplikasi industri—apakah sebagai surfaktan, sebagai komponen makanan seperti asam malat atau sebagai bahan pembangun molekul untuk plastik.

Juga sebagai bahan kimia yang harus disintesis dalam skala besar. Hal itu merupakan tantangan yang (kadang) menakutkan: jika produksi surfaktan di seluruh dunia, misalnya hanya 8 juta metrik ton per tahun.

“Peningkatan proses dari kilogram menjadi ton menggunakan banyak teknologi dan komputasi,” jelas  seorang peneliti dari Fraunhofer Zibek.

Kita masih perlu mencari jawaban: Bagaimana kita menyempurnakan komposisi media fermentasi? Bagaimana cara terbaik untuk memberi makan pada jamur-jamur yang hidup parasit itu?

Para peneliti coba menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dalam tim diskusi kecil. Akan tetapi, setelah rintangan terselesaikan, para peneliti di Pusat Fraunhofer khusus Proses Bioteknologi Kimia CBP kemudian menetapkan proses untuk produksi dalam skala besar.

Tim pakar mengoperasikan pabrik percontohan agar proses fermentasi dapat ditingkatkan hingga maksimum sepuluh meter kubik.

Volume produksi yang sangat besar membutuhkan bahan baku dalam jumlah besar. Bagaimana mengatasinya, apa lagi jamur harus diberi makan?

Sumber yang disukai oleh para ilmuwan adalah penggunaan gula kayu. Dengan kata lain, larutan gula yang mengandung glukosa dan xilosa—dapat diperoleh langsung di ligno-yakni Fraunhofer CBP

Dengan mencampur biorefinery selulosa ke dalam media kultur.

Bagaimana hasilnya? Proses ini pada gilirannya memberikan cetakan dan organisme jamur lainnya dengan kondisi pertumbuhan yang optimal setelah menggunakan bahan baku terbarukan yang memungkinkan bahan (jamur) untuk memproduksi berton-ton bahan kimia yakni asam malat.

Luar biasa hasil temuan tim peneliti di Fraunhofer. Oleh karena itu sebaiknya berilah makan jamur pohon akan dibalas dengan potensi bisnis besar. Kita akan membahas potensi jamur di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *