Human Development, MANEJEMEN&SAFETY

Bagaimana Menyembuhkan Luka Penderita Diabet? Temuan Baru Antibiotik

SharePenderita diabetes terus bertambah. Bagaimana menyembuhkan luka penderita diabet? Penyakit kencing manis ini menimbulkan komplikasi seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan...

Written by Boromeus Sihombing · 3 min read >
Bagaimana Menyembuhkan Luka Penderita Diabet

Penderita diabetes terus bertambah. Bagaimana menyembuhkan luka penderita diabet? Penyakit kencing manis ini menimbulkan komplikasi seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan sebagainya. Hindarilah diabates. Caranya? 

Bagaimana Menyembuhkan Luka Penderita Diabet
Cartridge mikofluida yang digunakan sebagai bahan analisis di lokasi luka atau infeksi. Bagaimana menyembuhkan luka penderita diabet? (Foto/©: BiFlow Systems GmbH)

Penderita diabetes tipe 2 yang mengalami luka atau infeksi sukar disembuhkan. Bagaimana mengatasinya? 

Penderita diabates diusahakan agar tidak terluka atau terkena infeksi dapat dibantu dengan menggunakan metode konvensional meski memerlukan waktu dua hari. 

Tujuannnya adalah untuk menumbuhkan kultur bakteri yang digunakan sebagai pengidentifikasi patogen yang menimbulkan infeksi luka dan resistensi antibiotik agar mudah menemukan antibiotik yang efektif terhadap luka atau infeksi bagi penderita diabates.  

Merupakan kabar gembira yang dihasilkan oleh para peneliti di Fraunhofer yang berhasil menyingkat waktu dari dua hari menjadi satu jam. Dalam waktu sejam, tim peneliti mendapatkan informasi tentang luka atau infeksi sehingga mudah bagi tim medis untuk menyembuhkan penderita luka pengidap diabetes.

Hampir seribu orang hasil didiagnosis yang menderita diabetes setiap hari di Jerman, dan lebih dari 90 persen yang menderita diabetes tipe 2. Perubahan gaya hidup seperti pola makan menyebabkan jumlah orang yang menderita terus meningkat di Eropa dan di seluruh dunia. 

Sementara itu, jumlah penderita diabates di Indonesia mencapai 10 juta orang pada tahun 2018. Menurut Dr Susie Setyowati, konsultan endroktrin, metabolik dan diabetes yang dijelaskan melalui laman BBC.com, jumlah penderita diabet dapat mencapai 30 juta pada tahun 2030 di Indonesia.

Siapa saja berpotensi menderita diabetes dan menyebabkan penderita terkena komplikasi terutama serangan jantung, store, gagal ginjal, dan penyakit lainnya. 

Penderita diabetes tipe 2  menyebabkan banyak komorbiditas seperti  kerusakan yang disebabkan hiperglikemia pada sel-sel saraf. Pasien kehilangan perasaan di ekstremitas dan menimbulkan  bisul pada kulit dan butuh waktu lama untuk menyembuhkannya. 

Luka ini sering terinfeksi yang disebabkan oleh berbagai patogen. Dokter biasanya mengobati luka dengan pemberian antibiotik. Akan tetapi, tidak semua jenis antibiotik bekerja dengan baik untuk melawan setiap patogen sehingga resistensi antibiotik menjadi lebih umum. 

Untuk mengatasi keadaan itu, dokter mengambil swab luka dan merekayasa agar kultur bakteri yang dicoba  di laboratorium. Hasil uji coba memberikan informasi tentang jenis patogen dan antibiotik yang resisten. Persoalannya adalah waktu yang dibutuhkan yakni dua hari dan tentu saja terlalu lama bagi penderita. 

Penyingkatan waktu tes sangat penting. Contohnya di berbagai lokasi seperti India dan negara-negara lain yang transportasi atau perjalanan dari tempat penderita menuju rumah sakit terdekat membutuhkan waktu sangat lama. 

Bagaimana jika penderita yang membutuhkan rawat jalan? Hasil diagnosis diperoleh selama beberapa minggu dan kondisi ini tidak baik bagi penderita. 

Apa lagi jika pengobatan dengan antibiotik spektrum luas atau tidak efektif memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menyebarkan resistensi antibiotik bagi pasien. 

Bagaimana menyingkat waktu dari dua hari menjadi satu jam agar tes dapat dilakukan lebih cepat sehingga  memungkinkan seorang dokter menggunakan antibiotik yang tepat sejak awal. 

Tim peneliti mengkembangkan metode tes yang digarak melalui proyek MIDARDI yang didanai lembaga  BMBF dan IGSTC. 

Tim peneliti berasal dari Institut Fraunhofer untuk Terapi Sel dan Imunologi, Departemen Bioanalitik dan Bioproses IZI-BB (Potsdam), dan untuk Sistem Nano Elektronik ENAS (Chemnitz) bersama dengan perusahaan BiFlow Systems GmbH yang bekerja sama dengan mitra di India. 

“Dengan tes cepat yang kami lakukan maka tim medis dimungkinkan untuk menentukan bakteri yang telah menginfeksi luka dan resistensi antibiotik yang dimiliki bakteri itu. Dalam satu jam hasil tes memungkinkan dokter dapat memilih antibiotik yang tepat sejak awal perawatan,” kata Dr. Harald Peter, Group Leader di Fraunhofer IZI-BB.

Bakteri yang dicoba kembangkan di laboratorium bertujuan untuk mengamati bagaimana bakteri itu bereaksi terhadap berbagai antibiotik dengan melakukan tes cepat dengan menganalisis DNA bakteri. 

Untuk itu, dokter mengambil sampel dari luka dengan meletakkan cairan luka di area input yang ukurannya seperti ponsel. Di bagian dalam, bakteri diekstraksi dan DNA baterei yang terbuka kemudian dibedah. 

Biosensor di dalam cartridge berisi molekul penangkapan khusus membentuk pasangan yang cocok dengan untai DNA bakteri dan DNA yang termutasi menyebabkan resistensi yang pasti. 

Jika seutas DNA cocok dengan molekul tangkap yang telah tertentu, DNA itu mempunyai ikatan sementara untaian DNA yang terdapat di semua molekul tangkap dihilangkan dalam siklus pembilasan. 

Iluminasi DNA bakteri berlabel fluoresensi mengungkapkan molekul penangkap yang terikat dengan DNA patogen—dokter mengetahui jenis patogen dan jenis resistensi yang dimiliki.

Dilansir dari rilis, tim peneliti Fraunhofer ENAS mengembangkan bagian-bagian persiapan sampel yang rumit berasal dari untaian DNA. 

“Sebagai contoh, kami membantu memastikan bahwa DNA patogen dicerna menjadi potongan-potongan dengan panjang yang tepat dan dengan demikian dapat mengikat molekul penangkap yang tidak bergerak,” jelas Andreas Morschhauser, Pemimpin Kelompok tim peneliti di Fraunhofer ENAS. 

Sementara itu, perusahaan BiFlow Systems GmbH menyediakan cartridge yang memiliki biochip. Perusahaan ini jugalag yang mengeksekusi seluruh penanganan sampel yang diteliti. 

Tim BiFlow Systems memastikan bahwa cairan dipindahkan sesuai kebutuhan melalui chip yang menghasilkan gas dan dapat dikendalikan secara elektrik dengan menggelembungkan membran seperti balon untuk memompakan cairan lebih jauh melalui sistem. 

Rekan-rekan mitra kerja dari Fraunhofer IZI-BB merancang biochip. “Pada jarak 5×5 milimeter, kami dapat menampung hingga 400 untaian molekul yang berbeda, pada jarak kurang dari seratus mikrometer,” kata Dr. Harald Peter.

Metode penemuan para peneliti Fraonhofer ini cocok digunakan oleh tim medis analisis lainnya. Dengan melakukan tes cepat sama sekali tidak terbatas pada luka yang terinfeksi. 

Cara ni dapat digunakan dalam kasus keracunan darah, atau dalam aplikasi kedokteran hewan untuk menganalisis mastitis yaitu peradangan kelenjar susu sapi perah. 

Semua yang diperlukan adalah biochip yang berbeda dengan molekul tangkapan yang sesuai untuk dites. 

“Dalam waktu sekitar dua minggu, kita dapat menyesuaikan biochip dengan masalah yang berbeda,” jelas Dr. Harald Peter. 

Tes cepat juga dapat dirancang untuk semua jenis sampel, apakah cairan luka, darah, urin, atau feses. Para ahli memperkirakan bahwa metode tes cepat dipasarkan dalam waktu  dua-tiga tahun mendatang.

Biochip merupakan serangkaian uji tes secra miniatur (microarray) disusun pada substrat padat agar memungkinkan untuk melakukan beberapa tes (percobaan) pada waktu bersamaan, dan hasil yang dicapai diperoleh dengan kecepatan tinggi. Ukuran permukaan biochip pun seluas kuku orang dewasa.

Pertanyaan, bagaimana menyembuhkan luka penderita diabet dapat dihindari dengan mengatur pola hidup dan makan yang sehat berdasarkan nasihat dokter. Selain itu, rajinlah berolah raga dan hindari stres agar diabetes tidak menpan menyerang tubuh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *