Industrialisasi, Teknologi Informasi

Kemacetan di Jalan Menghadang, Ini Solusinya

ShareTeknologi menjadikan mobil berkomunikasi langsung: car-to-x—juga dengan alat traffic light, rambu jalan, pembatas tabrakan dapat saling “berbicara” demi kenyamanan manusia. Setiap pengendara...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >

Teknologi menjadikan mobil berkomunikasi langsung: car-to-x—juga dengan alat traffic light, rambu jalan, pembatas tabrakan dapat saling “berbicara” demi kenyamanan manusia.

Pengereman darurat. (Sumber foto/© Deutsche Telekom/T-Systems)
Pengereman darurat. (Sumber foto/© Deutsche Telekom/T-Systems)

Setiap pengendara atau pengemudi sangat ingin punya kemampuan untuk mengidentifikasi situasi atau keadaan yang (mungkin) berbahaya dan terjadi beberapa waktu kemudiaan—saat dia menyetir. Jika keinginan itu dapat diwujudkan maka secaran otomatis pengemudi itu memiliki kemampuan atau berkesempatan untuk menghindari kemacetan atau bahaya yang menghadang di depan.

Kadang kala seorang pengemudi  dapat mengalihkan ancaman bahaya itu atau kemacetan, namun jika prediksinya tidak tepat atau salah, pengemudi itu hanya buang waktu dan energi. Bagaimana mengasinya?

Perangkat lunak dan perangkat keras  Teknologi Informasi (TI) modern dan teknologi wireless mengantarkan kita ke titik di mana sebuah skenario sudah jauh dicapai—seperti pada tes lapangan yang mendemonstrasikan kegunaan komunikasi car-to-x.

Saat mengenderai kendaraan, kita mendengarkan bunyi familiar tentang berita lalu lintas: dada – dada – dadaaa – daaa! “Kemacetan sejaun 10 kilometer menghadang di depan—di A8 dari kota Munich (Jerman) menuju Salzburg—disebabkan sebuah kecelakaan di persimpangan Frasdorf. Jalur kiri ditutup, mohon menghindari area kecelakaan!” Sebuah peringatan yang datang terlambat di mana lalu lintas mulai berbalik arah di sekitar belokan selanjutnya.

Peristiwa itu merupakan pengalaman yang familiar bagi ribuan pengendara di Jerman. Para pengendera mendapatkan informasi lalu lintas melalui radio, dari sistem informasi lalu lintas in-built atau via Global Positioning System (GPS). GPS merupakan sistem navigasi berbasis satelit yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika dengan dukungan  27 jaringan satelit.

Di Indonesia pun kemacetan lalu lintas menjadi “makanan empuk” bagi para pengguna jalan sehingga menjadi bagian topik yang diperdebatkan oleh calon kepala daerah—seperti pada Pilkada DKIJakarta. Beragam peraturan dibuat untuk mengatasi kemacetan lalu lintas, namun penguasa jalan yakni raja macet tetap tak tergoyahkan.

Apakah pemberitahuan lewat radio atau smartphone tentang kemacetan bisa membantu para pengemudi untuk menghindari kawasan kemacetan? Masalahnya, saluran ini membutuhkan waktu untuk data relevan yang disaring  melalui pusat informasi lalu lintas dan diteruskan ke pengendara.

Ini berarti sering membuat pengendara “telmi” (telat mikir)—terlalu terlambat untuk bereaksi, dan mereka tinggal bergantung pada keterampilan mengemudi mereka dan pengalaman pribadi untuk mengidentifikasi situasi berbahaya dalam waktu yang tepat untuk melewati lokasi kemacetan yang diinfokan oleh pihak terkait.

Mungkinkah kita bebas dari kemacetan?

Kemacetan itu sendiri membebani ekonomi Jerman lebih dari Euro 17 miliar per tahun—tidak  menyebut banyaknya bahan bakar yang dapat dihemat dan emisi yang dapat dihindari. Contohnya kemacetan di Jakarta, menyebabkan kerugian sebesar Rp150 triliun per tahun seperti diberitakan bisnis.com. Berapa ratus gedung sekolah bisa diperbaiki atau dibangun dengan Rp150 triliun?

Mengutip pendapat Michael Eisenbarth, bahwa kecelakaan dan kemacetan merupakan konsep alien. Dengan nada optimis, “Kita tunggu saja, dalam waktu beberapa tahun ke depan,” jelas Michael peneliti Fraunhofer Institute for Experimental Software Engineering IESE di Kaiserslautern, “kendaraan akan mampu berkomunikasi langsung dengan mobil lain dan elemen infrastruktur lalu lintas seperti lampu lalu lintas, pembatas tabrakan dan rambu jalan, membuat alat-alat itu dapat memperingatkan manusia tentang suatu bahaya di jalan raya.”

Bekerja sama dengan pabrikan dan suplier otomotif, perusahaan komunikasi, institusi penelitian lain dan organisasi publik,  IESE berpartisipasi dalam proyek simTD yang mendemonstrasikan komunikasi car-to-x dapat bekerja dan siap bagi aplikasi sehari-hari.

Tak hanya itu, teknologi TI dan wireless dapat membuat perjalanan lebih aman, nyaman, dan lebih efisien. Pada fase iawal proyek itu, Michael Eisenbarth dan timnya bertanggungjawab untuk menemukan standar umum bagi berbagai solusi dan pendekatan yang dibawa oleh partner mereka yang ikut berpartisipasi dalam proyek yang dapat diadopsi di Indonesia. (Bahan diolah dari The car that looks round corners tulisan Tobias Steinhäuβer, Fraunhofer dan sumber lain).

[box type=”note”]

Simak TEKNOLOGI GPS (2)
Begini Cara Kerja 21 Asisten Pengendara

[/box]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *