Inspiration, MICE

Work from Home, Rumah Menjadi Kantor

ShareDiksi work from home atau bekerja di rumah demikian popular sejak #Coronavirus menyerang dunia. Hasil survei yang dilakukan oleh Fraunhofer menarik dicermati...

Written by Rayendra L. Toruan · 2 min read >
Work from Home

Diksi work from home atau bekerja di rumah demikian popular sejak #Coronavirus menyerang dunia. Hasil survei yang dilakukan oleh Fraunhofer menarik dicermati karena terjadi perubahan kepuasan antara manajer dan anak buah. Bekerja secara digital menjadi kebudayaan baru. 

Work from Home
Kepuasan dengan home office semakin meningkat, terutama dalam beberapa pekan terakhir (kiri). Hampir tidak ada perbedaan kepuasan menurut industri (kanan). Tidaklah mengherankan jika industri TI berada di garis depan. Work from home (Foto/©: Fraunhofer FIT)

Wabah COVID-19 mengubah kebiasaan umat manusia untuk beradaptasi dan meyesuaikan diri dalam new normal life.  Salah satu contohnya adalah bekerja di rumah atau work from home yang diberlakukan oleh manajemen perusahaan dan instansi pemerintah—termasuk di Indonesia.

Di Indonesia, belum pernah dilakukan apa dampak bekerja di rumah bagi para pekerja. Sementara di Jerman, tim peneliti Fraunhofer FIT telah melakukan survei dengan menyebarkan kuesioner kepada 2000 orang dan dijawab secara lengkap. Survei ini dilakukan pada April 2020. 

Pada awal Mei, tim peneliti mengevaluasi hasil sajian, yakni menyimpulkan pendapat bahwa 79 persen wanita dan 85 persen pria merasa puas bekerja di rumah. Ada pun ke-2000 orang yang disurvei merupakan karyawan yang bekerja di kantor-kantor pusat

Kepuasan para karyawan itu meningkat lebih jauh di antara anggota tim dan manajer. Selain itu, performa dan performa individu dalam tim dinilai lebih baik meski pada awalnya dianggap sebagai faktor negatif yang harus diatasi.

Dampak pandemi COVID-19 menempatkan tenaga kerja di banyak perusahaan dan institusi tingkat pusat. Tim peneliti Fraunhofer FIT mensurvei di kantort-kantor pusat untuk menyelidiki secara ilmiah situasi kerja baru di rumah para pekerja. 

Pada Mei 2020, tim peneliti Fraunhofer FIT mempresentasikan analisis minggu hasil survei pada 1-7 April 2020 dengan mengevaluasi  500 kuesioner. Lebih dari 80 persen responden yang terdiri dari 79 persen wanita dan 85 persen pria, menyatakan rasa kepuasasan bekerja  di kantor pusat.

Evaluasi keseluruhan atas lebih dari 2000 kuesioner yang telah diisi lengkap menegaskan tren pada saat dilaksanaan survei. Para karyawan di kantor pusat merasa lebih enak bekerja di rumah mereka. 

Kepuasan anggota tim dan eksekutif terus meningkat hingga 90 persen. Ini berlaku sama di  semua industry—termasuk industri Teknologi Informasi yang memiliki tingkat kepuasan tertinggi karena kedekatan atas solusi berbasis digital. 

Kepuasan berikutinya diikuti oleh karyawan yang bekerja di sektor keuangan dan sektor industri manufaktur.

“Bukan hanya kepuasan bekerja yang meningkat. Performa individu dalam tim  dinilai lebih baik. Sedangkan performa tim dinilai lebih rendah dibanding individu. Ini berarti kerja individu bekerja lebih baik di kantor pusat daripada kerja tim,” tutur Prof Wolfgang Prinz, Wakil Ketua Institut Fraunhofer untuk FIT Teknologi Informasi Terapan.

Prof Wolfgang Prinz menambahkan bahwa evaluasi pertama dari kinerja tim menunjukkan gambaran yang terbagi. Faktor yang menentukan adalah aksesibilitas kolega dan masalah dengan peralatan teknis. Tampaknya kendala tersebut sebagian besar mudah diatasi. 

Misalnya, banyak alat komunikasi yang berbeda diuji dalam fase eksplorasi “kantor rumah” pertama. Oleh karena itu, penggunaan media komunikasi yang berbeda terlalu dianggap negatif. 

Sementara itu, banyaknya alat tidak lagi menjadi masalah, dan konvensi untuk penggunaan yang tepat telah ditemukan.

Kepuasan responden dengan pekerjaan. Para manajer lebih bahagia dibandingkan dengan para karyawan atau anak buah. Hanya 9 persen eksekutif yang mengatakan bahwa kinerja mereka dikontrol secara khusus di kantor pusat. (Foto/©: Fraunhofer FIT)

Menurut hasil evaluasi, alasan peningkatan kinerja dan kepuasan kemungkinan besar disebabkan fakta bahwa pemisahan pekerjaan dan kehidupan pribadi semakin jarang terlewatkan. 

Salah satu faktornya mungkin adalah pembukaan sekolah, yang memfasilitasi pengelolaan anggaran rutin. Namun, masih ada aspek negatifnya. Kontak sosial paling sering terlewatkan. 

Ketika ditanya “Apa yang hilang dari bekerja di kantor pusat?” responden menjawab bahwa pertukaran pribadi (85 persen) dan profesional (66 persen) hilang. 

Contohnya, jam istirahat seperti minum kopi dan makan siang (masing-masing sekitar 65 persen) dan sesi kreatif bersama (hasilnya di bawah 60 persen) yang terlewatkan. Sekitar 20 persen responden tidak memiliki hak untuk bekerja. 

Hasil temuan ini mengejutkan pada awalnya, tetapi mungkin karena cara kerja juga digunakan untuk hal-hal yang menyenangkan seperti membaca atau mendengarkan musik atau radio ketika bekera di rumah.

Perlu dicatat bahwa keterpaksaan bekerja di kantor pusat menunjukkan aspek yang jauh lebih positif dari yang diharapkan. Tidak ada cara mudah bagi perusahaan atau instansi pemerintah untuk kembali ke rutinitas kantor yang lama. 

Sebaliknya, konsep yang fleksibel perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pengusaha dan karyawan,  demikian Prof Wolfgang Prinz melalui rilisnya.

Saat ini, evaluasi jawaban teks bebas yang sangat ekstensif masih berlangsung. Hasil yang lebih menarik dapat diharapkan—terutama terkait dengan keinginan para peserta yakni pekerja. Hasil lebih lanjut dipublikasikan secara berkelanjutan di sini: www.fit4homeoffice.de atau menghubungi Prof. Dr. Wolfgang Prinz ([email protected]).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *