Inspiration, MICE

Terapi Inhalasi Taktik Baru untuk Meredam Virus di Paru

SharePara peneliti menggunakan terapi inhalasi sebagai taktik yang baru guna memperbaiki fungsi pernafasan dalam berbagai kondisi, penyakit atau pun cidera.   Penulis/editor: Rayendra...

Written by Rayendra L. Toruan · 2 min read >

Para peneliti menggunakan terapi inhalasi sebagai taktik yang baru guna memperbaiki fungsi pernafasan dalam berbagai kondisi, penyakit atau pun cidera.  

Ilmuwan Dr. Philippe Vollmer Barbosa pada awalnya menguji apakah bahan aktif RNAi baru bekerja secara in vitro dengan menggunakan bagian jaringan paru-paru manusia. Uji coba ini akan dilanjukan dengan tes sistem tes paru in vitro untuk mengetahui efek inhalasi. (Foto/©: Fraunhofer ITEM/Ralf Mohr)

Penulis/editor: Rayendra L Toruan

mmINDUSTRI.co.idFraunhofer (sumber):  Metode terapi inhalasi merupakan cara yang dilakukan oleh tim Prof. Armin Braun, salah satu penggagas iGUARD merangkap Direktur Divisi Praklinis. Farmakologi dan Toksikologi yang bekerja di Fraunhofer ITEM.

Metore itu merupakan perubahan taktik dengan menggunakan terapi inhalasi. 

Terapi inhalasi merupakan tindakan suatu terapi yang dilakukan melalui sistem pernafasan yang ditujukan untuk membantu mengembalikan atau memperbaiki fungsi pernafasan dalam berbagai kondisi, penyakit, atau pun cidera. 

Terapi inhalasi dikembangkan dan kini sudah diterima secara luas sebagai salah satu terapi yang berkaitan dengan penyakit-penyakit saluran pernafasan yang kronik seperti asma dan penyakit paru obstruktif demikian laman arsip.jurnalrespirologi.org 

Sesuai dengan konteks penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Fraunhofer Institute for Toxicology and Experimental Medicine—disingkat Fraunhofer ITEM, penggunaan terapi inhalasi menjadi fokus penelitian terkait dengan pengembangan metode penghantaran obat melalui terapi inhalasi. 

“Masalah besar yang kami hadapi adalah nanopartikel lipid yang tersedia seringkali rusak atau hancur total oleh kekuatan fisik yang ada selama penghirupan. Nanopartikel lipid terkadang dapat memicu respons imun yang berlebihan.,” tutur  Prof. Armin Braun. 

Hasilnya, para peneliti menguji banyak formulasi nanopartikel lipid yang berbeda hingga mereka menemukan formula yang lebih tahan terhadap penguapan selama inhalasi dan tetap masuk ke dalam sel dengan aman. 

Nanopartikel lipid padat (SLN) adalah nanopartikel yang terdiri dari lipid. Bahan ini  merupakan sistem pengiriman obat farmasi yang inovatif dan bagian dari pengiriman obat berbasis nanopartikel

Karena distribusinya relatif homogen, lebih sedikit efek samping yang tidak diinginkan dan diamati selama penghirupan.

Pengobatan dengan obat siRNA

Setelah melalui simulasi berbasis komputer dan berbagai pengujian in-vitro menggunakan sistem pengujian paru-paru ultra-modern hasill khusus penelitian tim ahli Fraunhofer ITEM, dan obat tersebut dapat diuji pada organisme hidup. 

Pada tes in-vivo pertama, para peneliti mampu mengurangi separuh viral load di paru-paru. Istilah in vitro berasal dari bahasa Latin yang artinya “dalam kaca”. 

Di dunia medis, in vitro merujuk pada metode penelitian yang dilakukan di laboratorium dalam kondisi yang dikontrol dengan menggunakan sel atau jaringan hidup di luar tubuh organisme yang menampungnya demikian id.wikipedia.org. 

Penelitian in vitro dilakukan dengan mengamati reaksi sel atau jaringan terhadap suatu zat atau pengobatan tertentu. 

Contohnya, para peneliti menguji efek suatu zat pada sel kanker dalam lab dengan mengambil sel kanker dari organisme hidup dan memaparkannya pada zat tertentu. 

Metode ini memungkinkan kita memahami proses biologis tertentu dan mengidentifikasi penyakit tanpa melibatkan hewan atau manusia sebagai subjek penelitian.

Tes lebih lanjut kini sedang dilakukan untuk memastikan dosis optimal. Fase klinis pertama diperkirakan akan dimulai pada tahun 2025. 

Dr. Philippe Vollmer Barbosa optimis, “Kami terutama tertarik pada pasien yang menjalani transplantasi paru-paru. Hal ini karena mereka sangat berisiko menderita penyakit pernapasan parah. Terlebih lagi, pasien-pasien ini sudah menjalani pemantauan segera setelah mereka terkena flu,” jelas ahli biokimia tersebut. 

“Hal ini penting karena – seperti semua obat antivirus – pengobatan dengan obat siRNA perlu dilakukan sedini mungkin,” lanjut  Dr. Philippe Vollmer Barbosa. 

Setelah fase klinis kedua dan ketiga, Vollmer Barbosa yakin bahwa obat pertama mungkin tersedia di pasaran pada 5-6 tahun ke depan.

Meskipun fokus utama pengembangan para ahli iGUARD adalah virus parainfluenza, proses inovatifnya sudah pasti Ini mempunyai potensi untuk merevolusi – dan mempercepat – pengembangan terapi antivirus lainnya. 

Hasilnya, teknologi platform dapat menjadi landasan penting dalam persiapan menghadapi pandemi di masa depan. 

Kombinasi terapi inhalasi dan teknologi RNAi telah memenangkan hati Badan Federal Jerman untuk Inovasi Disruptif (Bundesagentur für Sprunginnovationen – SPRIND): 

Dalam kompetisi inovasi SPRIND menantang Broad-Spectrum Antivirals—proyek  ini mencapai final yang  dengan posisi ketiga dan terakhir dan berhasil meraup dana Euro 2,5 juta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *