Para insinyur menciptakan teknologi penyedot air di gurun tandus merupakan solusi berkelanjutan agar Afrika Selatan mendapapatkan sumber air yang sebelumnya selalu langka.
Penulis/editor: Marinus L. Toruan
mmINDUSTRI.co.id – Kondisi geografis benua hitam Afrika terdiri dari kawasan yang gersang. Salah satu adalah negara Afrika Selatan yang selalu menghadapi masalah pengadaan air dari sumber terbatas.
Bagaimana mengelola sumber daya air yang ada di negeri itu secara berkelanjutan?
Selain sumber daya air yang langka atau terbatas, Afrika Selatan menghadapi masalah energi. Sumber dan sistem energi berasal dari pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil.
Terbatasnya sumber air dan minimnya energi berpengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan bagi lebih 53 juta jiwa penduduk Afrika Selatan.
Untuk membantu penduduk Afrika Selatan, Universitas Stellenbosch dan Fraunhofer-Gesellschaft (Jerman) menetapkan kerja sama.
Bertajuk Fraunhofer Innovation Platform for the Water-Energy-Food Nexus at Stellenbosch University, kedua Lembaga membangun kemitraan strategis.
Tujuan jangka panjang kerja sama itu adalah untuk bersama-sama mengembangkan solusi teknologi dan lintas sektoral yang disesuaikan untuk ketahanan air, energi, dan ketersediaan pangan agar tercapai guna pemenuhan kebutuhan masyarakat dan lingkungan.
Pada awal tahun 2018, kota Cape Town mengalami kekurangan air yang akut, dan peristiwa itu menghentak seluruh dunia. Air harus dijatah untuk warga kota metropolis di Afrika Selatan itu.
Krisis itu secara drastis menekankan peran penting air dalam masyarakat dan merupakan kebutuhan mendesak suatu solusi inovatif untuk mengatasi masalah pengadaan sumber air.
Dalam kerja sama erat dengan mitra di Afrika Selatan itu, pihak Fraunhofer berupaya memberikan kontribusi utama yakni cara pengembangan solusi terbaik untuk mengatasi kerawanan air di Afrika Selatan.
Kedua belah pihak menyepakati pembangunan proyek Teknologi pasokan air yang hemat energi dan berkelanjutan untuk desalinasi dan pengendalian mikroba dalam produksi pangan untuk Afrika – WASTEC yang dikerjakan sejak tahun 2019.
Dengan Fraunhofer Innovation Platform for the Water-Energy-Food Nexus di Stellenbosch University disingkat FIP-WEF@SU, kolaborasi tersebut dikonsolidasikan dan diperkaya dengan muatan energi dan ketahanan pangan.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan solusi inovatif yang menciptakan nilai tambah bagi Afrika Selatan dan negara-negara sub-Sahara.
Solusi itu berupa teknologi dan peralatan yang mampu menyedot air di gurun tandus.
Sementara di sektor energi, kerja sama berfokus pada konsep dan pengembangan teknologi yang menyediakan solusi untuk konversi industri energi berbasis batubara menjadi industri regeneratif.
Selain itu, promosi pasokan energi yang terdesentralisasi untuk daerah pedesaan, perkotaan, dan pinggiran kota serta keterkaitannya juga dikembangkan.
Pada bulan Februari 2020, Presiden Fraunhofer Prof. Reimund Neugebauer dan Prof. Eugene Cloete, Wakil Rektor Universitas Stellenbosch menandatangani perjanjian kerja sama yang menandai peluncuran Platform Inovasi Fraunhofer.
Prof. Reimund Neugebauer, Presiden Fraunhofer-Gesellschaft, mengatakan: “Dengan ditandatanganinya perjanjian pembangunan Fraunhofer Innovation Platform, kami semakin memperluas kemitraan strategis dengan Stellenbosch University dan Republik Afrika Selatan.”
Baca: Memisahkan Logam dari Air, Curah Hujan Berubah-ubah tak Terduga