Human Development, MANEJEMEN&SAFETY

Teknologi Menutupi Bagian Mata Malas Memastikan Kesembuhan

ShareTeknologi menutupi bagian mata malas atau amblyopia yang diderita anak-anak, tim ahli memastikan kesembuhan. Bagaimana orangtua dan dokter mata berperan? Bagaimana jika...

Written by Boromeus Sihombing · 2 min read >
Teknologi Menutupi Bagian Mata Malas

Teknologi menutupi bagian mata malas atau amblyopia yang diderita anak-anak, tim ahli memastikan kesembuhan. Bagaimana orangtua dan dokter mata berperan? Bagaimana jika anak menolak menggunakan kacamata rana elektronik? Orangtua dapat memantau lewat smartphone.

Teknologi Menutupi Bagian Mata Malas
Michie L. Toruan dan adiknya Samara L. Toruan memiliki mata yang sehat berkat perawatan yang baik dan kontinyu yang dilakukan oleh ibunya. teknologi menutupi bagian mata malas memastikan kesembuhan (Foto: Stevi Ayu Kurniawati)

Bagaimana merawat mata malas atau amblyopia yang diderita oleh anak-anak? Tim peneliti, menurut rilis Fraunhofer, sistem sensor multimodal terintegrasi dalam penggunaan.

Pengoperasian kacamata rana yang shutter-nya dikendalikan oleh sistem sensor multimodal yang terintegrasi di komponen kacamata rana elektronik itu.

Para peneliti di Fraunhofer Institute for Biomedical Engineering IBMT sukses mengembangkan teknologi baru itu, dan perangkat aplikasinya pun dapat diakses melalui  smartphone agar  memungkinkan bagi para orangtua untuk melakukan pantauan selama proses perawatan.

Semua data yang dihasilkan dengan penggunaan teknologi ini dikompilasi dalam sistem file pasien digital, yang juga dikembangkan oleh tim IBMT.

Aplikasi berbasis web ini sesuai dengan undang-undang perlindungan data dan dapat diakses oleh dokter mata untuk memantau, menyesuaikan, dan meningkatkan kualitas perawatan.

Sebagai contoh, aplikasi itu memberitahukan kepada dokter mata, apakah pasien memakai kacamata rana atau tidak? Informasi  seperti itu belum tersedia dengan perawatan konvensional.

“Data diunggah ke aplikasi melalui Bluetooth dan kemudian diarsipkan dengan aman di basis data cloud,” tandas Dr. Frank Ihmig, seorang ilmuwan Fraunhofer IBMT di St. Ingbert, Jerman. “Tujuan kami adalah menyediakan terapi individu berbasis pasien.”

Bagaimana cara meningkatkan penerimaan terapi dengan kacamata rana elektronik ini? Data untuk pemrosesan secara real-time dikumpulkan oleh berbagai sensor.

Data itu termasuk suhu dan sensor kontak terhadap permukaan kulit pasien untuk memantau periode (lama) waktu dan posisi ketika anak atau pesien ketika menggunakan kacamata.

Dengan data, dokter dapat mengukur fase oklusi misalnya ketika lensa LCD digelapkan. Liquid  crystal display (LCD) merupakan tehnologi yang memperlihatkan gambar pada notebook atau di alat yang lebih kecil dari komputer yakni smartphone.

“Data ini dicatat dalam perangkat memori elektronik yang terintegrasi dalam bingkai kacamata,” Ihmig menambahkan.

Lensa kacamata digelapkan melalui sistem shutter yang dikontrol secara elektronik berdasarkan kristal cair  yang terintegrasi. Frekuensi dan durasi terapi oklusi dapat disesuaikan secara individual untuk setiap kasus spesifik.

Oleh karena itu,  penggunaan kacamata rana lebih fleksibel dibandingkan dengan perawatan penutup mata konvensional. Pembuatan teknologi kacamata rana elektronok ini tentu merupakan peluang bagi mitra tim peneliti.

Pelaku industri berharap proyek ini bakal mendorong pasien muda untuk memakai kacamata selama durasi yang ditentukan oleh tim peneliti.

Sensor kontak kulit memantau, apakah kacamata rana sedang dipakai pada posisi yang benar? Kacamata rana menyediakan informasi bagi pemakai muda dengan umpan balik yang ramah anak. Hal itu dapat membantu meningkatkan penerimaan untuk bentuk terapi yang tepat bagi anak-anak.

Sebuah sensor percepatan mengenali pola pergerakan tertentu si anak. Misalnya kita dapat membedakan berbagai aktivitas anak saat berdiri, berbaring, duduk, berjalan, berlari, melompat, bersepeda, dan menaiki tangga.

“Kacamata rana buatan kami sangat sensitif terhadap konteks,” Ihmig menjelaskan. “Ini berarti, saat pemakai beraktivitas yang membutuhkan energi seperti olahraga, maka mekanisme untuk menggelapkan lensa LCD dinonaktifkan, dan hasilnya tetap jelas. Hal itu memastikan penglihatan spasial penuh dan menghilangkan risiko pemakainya terhindar dari suatu kecelakaan.”

Tes awal atau uji coba terhadap anak-anak amblyopia direncanakan pada kuartal kedua tahun 2019. Selain itu, diharapkan bahwa studi validasi yang dilakukan menjelang penyelesaian proyek, dan tim peneliti akan mengkonfirmasi sesegera mungkin.

Tim peneliti telah mengembangkan model fungsional pertama kacamata rana elektronik. Langkah selanjutnya adalah membuat ukuran kacamata lebih kecil agar dapat diintegrasikan dalam bingkai kacamata anak-anak.

Secara paralel, kacamata rana berfungsi  dengan basis elektronik yang penggunaan energi lebih hemat energi—berdampak terhadap usia masa pakai baterai kacamata.

Baterai dapat diisi ulang secara induktif dan tanpa kabel. Model fungsional telah dipamerkan oleh manajemen Fraunhofer.

Cegahlah anak dari mata malas atau amblyopia sedini mungkin agar terhindari dari masalah penglihatan. Gangguan amblyopia atau mata malas dapat berkembang hingga usia 40 tahun.  

Kita berterima kasih kepada tim peneliti yang menemukan kacamata rana berbasis elektronik yang dapat melatih saraf dan keseimbangan otot pada mata.

Perawatan dengan menggunakan  teknologi menutupi bagian mata malas memastikan kesembuhan dan tatapan anak pun memancarkan keceriaannya. Dan, keceriaan anak-anak adalah bagian kebahagiaan keluarga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *