Human Development, MANEJEMEN&SAFETY

Teknologi Memberdayakan Paru Bayi Prematur

ShareGunakan  teknologi memberdayakan paru bayi prematur agar parunya normal.  World Health Organization melaporkan, Indonesia berada pada posisi ke-5 yang jumlah bayi prematur...

Written by Boromeus Sihombing · 2 min read >
Teknologi Memberdayakan Paru Bayi Prematur

Gunakan  teknologi memberdayakan paru bayi prematur agar parunya normal.  World Health Organization melaporkan, Indonesia berada pada posisi ke-5 yang jumlah bayi prematur terbanyak di dunia. Bagaimana cara menormalkan paru bayi mungil dan lemah itu?

Teknologi Memberdayakan Paru Bayi Prematur
Latihan cara membantu pernafasan bayi prematur dengan memasang alat katup aerosol miniatur yang terintegrasi pada boneka yang dianggap bayi prematur saat dilahirkan.  Teknologi memberdayakan paru bayi prematur (Foto/©: Fraunhofer ITEM)

Setiap wanita mengharapkan bayi yang dikandungnya lahir normal. Akan tetapi, kita tidak bisa menolak jika kenyataan berbeda dengan yang kita harapkan. Bayi yang lahir belum genap waktunya memerlukan penanganan khusus agar terhindar dari masalah.

Menurut Biro Pusat Statistik pada tahun 2016, angka kematian bayi berjumlah  25 dari setiap 1.000 bayi yang lahir. Kalangan kedokteran menyebutkan, bayi yang lahir belum waktunya disebut bayi prematur.

Organ tubuh bayi prematur belum berfungsi secara normal, misalnya paru-paru yang rentan terhadap suatu penyakit ketika bayi prematur itu bernafas. Paru bayi prematur menderita kurang surfaktan yakni zat yang dibutuhkan dalam proses  pengembangan paru.

Bayi prematur juga rentan terhadap penyakit pernapasan ketika menghirup udara. Apakah sistem pengatur dan alat pernafasan yang tersedia di rumah sakit atau klinik bersalin sesuai dengan kebutuhan bayi prematur?  

Menjawab pertanyaan di atas, para peneliti di Institut Fraunhofer untuk Toksikologi dan Kedokteran Eksperimental ITEM—bekerja sama dengan para mitra—telah mengembangkan suatu sistem yakni  obat-obatan dalam bentuk aerosol.

Obat-obat itu diberikan secara efisien kepada bayi prematur untuk membantu pernapasannya agar lebih baik. Dibanding cara medis konvensional, hasil temuan tim peneliti itu  memungkinkan durasi (waktu) terapi yang lebih singkat, dan mengurangi penderitaan bayi mungil dan lemah itu.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 15 juta bayi lahir secara prematur setiap tahun termasuk di Indonesia. Tanpa kecuali, negara-negara industri yang menguasai teknologi (medis) lebih baik, ternyata jumlah bayi prematur juga meningkat.

Contohnya di Jerman, sebanyak (rata-rata) 9,2 dari 100 bayi yang baru lahir merupakan bayi prematur.

Salah satu komplikasi yang paling umum diidap oleh bayi prematur adalah displasia bronkopulmoner—yakni penyakit paru-paru kronis yang disebabkan pernapasan buatan.

Sistem kekebalan bayi prematur belum matang. Bayi prematur memiliki peningkatan risiko infeksi misalnya infeksi paru-paru yang harus diobati dengan obat yang sesuai inhalasi.

Akan tetapi, sistem inhalasi khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan neonatus dan bayi prematur belum tentu selalu tersedia di rumah sakit. Suatu teknologi dibutuhkan karena karakteristik pernapasan spesifik diperlukan bayi prematur.

Karakteristik fitur pasien bayi yang tingkat pernapasan tinggi 40-60 kali bernafas per menit dan periode inhalasi pendek 0,25 hingga 0,4 detik. Paru-paru neonatal hanya memiliki volume kecil. Efeknya pada perawatan inhalasi yang lebih sulit.

Untuk mengatasi keadaan, para ilmuwan di Fraunhofer Institute for Toxicology dan Experimental Medicine ITEM di Hanover—termasuk para pelaku industri dan lembaga penelitian lain—mengembangkan sistem inhalasi baru.

“Obat inhalasi bagi bayi prematur sulit dilakukan. Pasokan terus menerus dari aerosol, yaitu obat dalam bentuk partikel yang dialirkan ke pernafasan tidak efisien. Banyak obat yang mahal hilang karena rasio pernafasan tidak efektif dan tidak bermanfaat. Aerosol yang diencerkan oleh aliran pernafasan mengalir melalui ventilator,” kata Dr Gerhard Pohlmann kepala departemen Translational Medical Technology ITEM Fraunhofer.

Tim peneliti mengandalkan penambahan hembusan nafas secara langsung kepada pasien. Caranya  dengan pemberian aerosol kepada bayi prematur yang dimasukkan lewat hidung dan secara eksklusif dengan inhalasi.

“Untuk pertama kalinya obat yang efisien untuk bayi prematur dapat direalisasikan. Jumlah bahan aktif dapat dikurangi , mempersingkat waktu dan waktu akurat terhadap antibiotik inhalasi yang juga memungkinkan perawatan terfokus pada daerah paru-paru tertentu,” tambah Pohlmann.

Sistem yang sebanding pada dasarnya juga cocok untuk pasien dewasa yang perlu diobati dengan inhalasi setiap hari. Mempersingkat waktu aplikasi dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara signifikan.

Sistem inhalasi inovatif menggabungkan dua teknologi yakni, sebuah sumbat hidung (nasal prong) dengan katup aerosol miniatur melekat langsung ke rongga hidung bayi prematur.

Kapan Indonesia menggunakan teknologi memberdayakan paru bayi prematur agar angka kematian bayi menurun tiap tahun?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *