Inspiration, MICE

Teknologi Digital Selamatkan Nyawa Manusia, Bagaimana Revolusi Melawan Kanker?

SharePenggunaan teknologi digital selamatkan nyawa manusia merupakan revolusi untuk melawan kanker. Simak hipotesis diagnostik berbasiskan kecerdasan buatan untuk membantu 18,1 juta penderita...

Written by Erwin Prasetyo · 2 min read >
Teknologi Digital

Penggunaan teknologi digital selamatkan nyawa manusia merupakan revolusi untuk melawan kanker. Simak hipotesis diagnostik berbasiskan kecerdasan buatan untuk membantu 18,1 juta penderita kanker. Di Indonesia, angka tertinggi adalah kanker payudara wanita.   

Teknologi Digital

Para ahli menggunakan teknologi digital berbasiskan kecerdasan buatan atau artifical intleligency yang dicoba dengan model (manusia) dalam bentuk digital. 

Menurut Globocan tahun 2018, sebanyak 18,1 juta kasus baru dengan angka 9,6 juta kematian yang disebabkan kanker. Dilaporkan 1 dari 8 orang laki-laki dan 1 dari 11 perempuan, meninggal karena kanker.

Jumlah penderita kanker di Indonesia mencapai 136,2 dari 100.000 orang penduduk, dan merupakan urutan 8 di Asia Tenggara. Angka (kasus) tertinggi di Indonesia adalah kanker paru mencapai  19,4 per 100.000 penduduk laki-laki dengan kematian 10,9 per 100.000 penduduk (rata-rata).

Sementara angka tertinggi disebabkan kanker payudara yang mencapai 42,1 per 100.000 penduduk (rata-rata) yang menimpa perempuan dengan kematian 17 per 100.000 penduduk, disusul kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan kematian 13,9 per 100.000 penduduk.

Para pakar menyebutkan bahwa kanker di zaman now menjadi epidemi yang menyerang umat manusia. Di Jerman, statistik mengindikasikan 500.000 kasus baru yang disebabkan kanker setiap tahun. Dan sekitar 200.000 orang di Jerman meninggal dunia karena kanker setiap tahun.

Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) sebuah lembaga di bawah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, hampir satu dari empat kanker mendiagnosis seluruh dunia terkait dengan orang Eropa, dan satu dari lima kematian terkait tumor. Bagaimana mengatasinya? 

Para pakar mengharapkan penggunaan teknologi kecerdasan buatan semakin ampuh meski artificial intelligency (AI) menakutkan bagi sejumlah orang. Akan tetapi, kecerdasan buatan semakin besar bantuannya bagi manusia utamanya di bidang kedokteran. 

Penjelasan kecerdasan buatan di bidang medis bukanlah lagi fiksi ilmiah. Berdasarkan pengalaman Prof. Jörn Kohlhammer, Kepala Departemen Institut Fraunhofer untuk Penelitian Grafik Komputer IGD, cukup meyakinkan.

“Penggunaana aritifical intelligency  justru menguntungkan dokter agar lebih akurat dalam  membandingkan perjalanan penyakit sejumlah besar pasien, dan menawarkan saran dokter sebagai perawatan pribadi sebaik mungkin,” urai Prof. Jörn Kohlhammer.

Tahun 2019, Jerman meluncurkan porgam  Dekade Nasional Melawan Kanker.  Inisiatif ini dicanangkan oleh Anja Karliczek, Menteri Pendidikan dan Penelitian Federal Jerman (BMBF).

“Penelitian adalah alat yang paling penting dalam memerangi kanker,” ujar Anja Karliczek. Pada Mei 2019, dia menambahkan, “Selama sepuluh tahun ke depan, kita akan kumpulkan semua kekuatan kita dalam program Dekade Nasional Menentang Kanker,” tandas Anja Karliczek. 

Bagaimana para ahli memanfaatkan pasien model digital? Proyek besar besutan Fraunhofer dinamai dengan  MED²ICIN yang menciptakan pasien dengan pasien model digital. Model pasien dalam bentuk digital merupakan dasar perawatan yang sesuai kebutuhan dan biaya.

Proyek ini ditangani oleh para ahli dari Fraunhofer IGD yang melihatkan para peneliti dari tujuh lembaga milik Fraunhofer untuk mengerjakan proyek MED2ICIN

Melalui proyek ini, para ahli dapat memprediksi tingkat dan kualitas kebaikan perawatan yang diberikan bagi tiap pasien. Menurut ahli, satu orang mungkin merespon sangat baik terhadap satu perawatan, sementara hasil respons pasien lain sama sekali tidak ada. 

Jika respon tidak ada maka hal itu bukan hanya membebani pasien baik secara fisik dan emosional,  juga membengkakkan biaya bagi perusahaan asuransi kesehatan.

“Untuk membuat prediksi ini, kami menggunakan model pasien digital,” jelas Dr. Stefan Wesarg, Kepala Departemen Fraunhofer IGD. 

“Model pasien digital ini merangkum semua data yang tersedia dari pasien termasuk data yang diperoleh dari tes dan data tentang penyakit sebelumnya—termasuk informasi gaya hidup seperti pasien perokok. Data biaya perawatan kesehatan umum juga dimasukkan ke dalam model.”

Salah satu tujuan proyek ini adalah untuk menciptakan kembaran digital pasien. Dan yang menarik perhatian dokter kepada pasien, apakah ada kasus terapi yang serupa dan apa yang dapat dipelajari dari kasus itu untuk meningkatkan pengobatan saat ini. 

Untuk mencapai tujuan, tim dokter mengklasifikasikan kelompok orang dengan gambar klinis yang sama dan perkembangan penyakit menjadi kelompok.

Memeriksa persamaan atau perbedaan yang signifikan (model pasien digital) membutuhkan waktu dan kurang praktis. Oleh karena itu, peran kecerdasan buatan demikian penting.

Kecerdasan buatan atau AI mampu menjelajahi volume data untuk perbandingan penting, memvisualisasikannya, dan kemudian menentukan jenis perawatan yang bagi pasien tertentu.

“Dengan cara ini, dokter mampu membandingkan pasien yang tidak ditemui secara langsung. Misalnya karena pasien menderita penyakit tertentu yang sangat jarang terjadi,” tutur  Prof. Jörn Kohlhammer. 

Pada masa mendatang, model pasien digital dapat membantu memprediksi bentuk perawatan yang terbaik untuk mengobati penyakit spesifik seseorang pasien.

Pengembangan temuan itu bergantung pada para peneliti, dan kemudian dimasukkan ke dalam pedoman yang menentukan metode diagnostik dan pilihan cara pengobatan yang digunakan untuk berbagai indikasi.

Misalnya, bentuk jenis kemoterapi yang harus digunakan untuk menyembuhkan kanker kolorektal. Atau  apa dan bagaimana kemoterapi, radiasi, dan pembedahan dapat digabungkan. 

“Kita memulai dengan pedoman,” ujar Prof. Jörn Kohlhammer. “Pedoman nerekomendasikan petunjuk bagi para dokter. Dengan menggunakan data sistem, kami memperkuat pengetahuan  keahlian dokter agar mengoptimalkan pedoman—memberikan perawatan yang personal.”

Sementara bagi pasien (manusia), berbekal hasil  pedomen maka pasien tidak lagi diperlakukan sesuai dengan standar umum. Pasien dirawat dengan metode perawatan yang menjanjikan prospek terbaik bagi pribadinya.

Semoga para dokter, pengelola rumah sakit, dan pihak terkait lainnya di Indonesia lebih piawai menggunakan teknologi digital selamatkan nyawa manusia sekaliguss merevolusi perlawan terhadap kanker

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *