Inspiration, MICE

Robot Menggantikan Peran Manusia dan Bagaimana Kita Menyikapinya?

ShareRobot menggantikan peran manusia  apa kita diam, ngomel, dan berdemo? Kuli pelabuhan, pekerja di crane, bank teller, agen asuransi dan properti, penerjemah,...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >
Robot Menggantikan Peran Manusia

Robot menggantikan peran manusia  apa kita diam, ngomel, dan berdemo? Kuli pelabuhan, pekerja di crane, bank teller, agen asuransi dan properti, penerjemah, pelayan toko, perawat pasien di rumah sakit,  dan banyak pekerjaan yang dilakukan oleh manusia—bakal diganti oleh robot.

 

Robot Menggantikan Peran Manusia
Mesin pembuat tutup botol ini beroperasi secara otomatis tanpa melibatkan banyak pekerja manusia. Selain menggunakan teknologi digital, mesin bekerja yang juga dikendalikan oleh mesin yakni robot. Robot Menggantikan Peran Manusia dan Bagaimana Kita Menyikapinya?
(Foto: Rayendra L. Toruan)

Robot menggantikan peran manusia bukan rumor, benar-benar menjadi nyata di sekitar kita. Tiap pameran logistik dan manufaktur yang diselenggarakan di Jakarta, Surabaya, dan kota-kota lainnya—peserta pameran selalu menampilkan indikator  economic disruptibon.

Sektor manufaktur era Industri 4.0 yang dikelola berdasarkan digital driver menerapkan operasional dengan teknologi yang inovatif. Yang tadinya sebuah pabrik dioperasikan puluhan orang pekerja—misalnya pada perakitan mobil—kini digantikan oleh robot tanpa pernah menuntut kenaikan upah.

Sedangkan operator mesin dapat mengontrol  seluruh sistem produksi yakni perakitan itu dengan menggunakan teknologi sensor kuantum atau nano technology. Keuntungan bagi pengelola perusahaan adalah efisiensi yang berasal dari penggunaan energi dan pengurangan pekerja.

Kapasitas produksi pun meningkat dibarengi dengan kualitas produk serta berkurangnya jumlah produk yang cacat. Demikian juga di bagian kemasan barang dan pendistribusian, proses pekerjaan itu sepenuhnya dilakukan oleh robot.

Bidang pemasaran pun menggunakan teknologi digital yang belakangan ini lagi tren yakni digital marketer. Jika kita longok ke masa 20 tahun silam, multi level marketing demikian  digandrungi oleh anak-anak muda, hanya dalam sekejap, aktivitas bisnis itu meredup. Apakah kita cukup meratap?

Manajemen sektor asuransi dan jasa keuangan seperti perbankan sedang beradaptasi terhadap penggunaan finance technology. Bank justru “mengharuskan” para nasabahnya melayani diri secara online misalnya melalui e-banking, dan sebagainya. Artinya, sebagian besar jasa layanan perbankan dan keuangan telah diambilalih oleh mesin.

Oleh karena derasnya dampak economic disruptibon, pekerjaan yang tadinya dilakukan atau dikerjakan oleh manusia—secara fisik—bakal ditangani oleh robot atau mesin.

Menurut McKinsey yang melakukan suatu riset, lembaga konsultan internasional ini menyimpulkan sekitar 50 juta pekerjaan (di Indonesia) akan diambil-alih mesin dan robot.

Dari segi demografi, jumlah angkatan muda yang produktif lebih banyak di Indonesia saat ini. Jika  warga muda yang dianggap bonus demografi itu terserap di sektor industri dan bisnis, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan angkatan kerja, cukup signifikant.

Akan tetapi, kecenderungan penggunaan robot dan mesin berbasis digital driver pada era Industri 4.0 merupakan kenicayaan agar mampu berdaya saing dengan pasar global. Beberapa perusahaan tingkat dunia, habis ditenggelamkan bada teknologi digital.

Kita sulit membayangkan kekuatiran jutaan anak muda bergelar sarjana namun tak mampu “bersaing” dengan robot dan mesin. Mau jadi kuli di pelabuhan atau pelayan toko? Bisnis transportasi yang masih kukuh gunakan system konvensional, bakal tinggal nama.

Pekerjaan kasar pun pelan-pelan dikuasai oleh robot dan mesin. Di beberapa negara, pekerjaan melayani pasien di rumah sakit pun tidak lagi dilakukan oleh perawat.

Apakah kehadiran digital driver yang menggerakkan robot dan mesin merupakan ancaman bagi manusia? Bagi sebagian orang yang tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan, ya penggunaan teknologi canggih merupakan neraka. Seorang CEO (chief executive officer) perusahaan harus mampu beradaptasi.

Akan tetapi, teknologi berbasis digital disruptibon  justru menambah luasnya kesempatan dan peluang untuk berbuat sesuatu yang kreatif dan inovatif. Contohnya, seseorang menguasai bahasa Mandarin, Jerman, dan bahasa asing lainnya—tidak lagi mencari pekerjaan sebagai penerjemah.

Ciptakan aplikasi yang memungkinkan diri dapat bekerja sama dengan Google yang tampaknya serba tahu itu padahal  perusahaan ini hanya mengandalkan kepiawaian warga dunia—didukung tekonologi buatannya.  Robot Menggantikan Peran Manusia .

Simak pendapat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang PS Brodjonegoro yang cukup menginspirasi anak-anak muda di zaman now.

Menteri ini mengingatkan anak-anak muda untuk melatih diri bermental self-driving, self-power, kreatifitas dan inovasi, serta perilaku baik dalam melayani dan menjaga tutur katanya di dunia maya.

Artinya, jika robot menggantikan peran manusia justru manusia harus lebih mampu menciptakan terbosan-terobosan  baru dan inovatif, dan berpeluang mempekerjakan robot dan mesin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *